Quraish Shihab: Keragaman dan Perbedaan adalah Keniscayaan
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keragaman dan perbedaan adalah keniscayaan. Idul Fitri semestinya juga mengantarkan masyarakat terus mempertahankan kesucian dan keragamannya.
Hal ini diungkapkan Quraish Shihab dalam khotbah shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Minggu (25/6) pagi. Turut menunaikan ibadah shalat Id di Masjid Istiqlal, Presiden Joko Widodo dan Ny Iriana, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ny Mufidah, serta sejumlah menteri Kabinet Kerja dan kepala lembaga negara. Bertindak sebagai imam adalah Ahmad Husni Ismail, Direktur Bina Masyarakat Islam Kementerian Agama.
”Keragaman dan perbedaan adalah keniscayaan yang dikehendaki Allah untuk seluruh makhluk, termasuk manusia. Seandainya Allah mau, niscaya kamu dijadikan satu umat saja, tetapi (tidak demikian yang dikehendaki-Nya). Itu untuk menguji kamu menyangkut apa yang dianugerahkan-Nya kepada kamu. Karena itulah, berlomba-lombalah dalam kebajikan,” ujar Quraish Shihab.
Ditegaskan pula, sebagai umat Islam dan sebagai bangsa, semua adalah satu bangsa, satu tanah air. Kendati berbeda mazhab, agama, atau pandangan politik, semua ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Semua juga sudah sepakat ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Tak hanya itu, lanjut Quraish Shihab, Islam tidak melarang kita untuk berkelompok-kelompok dan berbeda. ”Yang dilarang adalah berkelompok dan berselisih. Maksudnya, janganlah menjadi serupa dengan orang yang berkelompok-kelompok dan berselisih dalam tujuan setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan. Mereka itulah yang mendapatkan siksa yang pedih. Demikian Q.S. Ali’ Imran [3]:105,” tuturnya.
Dengan ber-Idul Fitri, selayaknya maknanya dipahami. Fitri atau fitrah berarti asal kejadian, bawaan sejak lahir. Ia adalah naluri. Fitri juga berarti suci karena kita dilahirkan dalam keadaan suci, bebas dari dosa. Fitrah juga berarti agama karena keberagaman mengantar manusia mempertahankan kesuciannya.