SURABAYA, KOMPAS — Setelah dua pekan, DPD Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Jawa Timur menutup masa pengambilan formulir pendaftaran bakal calon gubernur Jawa Timur dan wakilnya, Rabu (14/6), pukul 17.00 WIB. Hingga batas waktu terakhir, ada enam orang yang mengambil formulir bakal calon gubernur ataupun wakil gubernur.
Enam orang yang mengambil formulir pendaftaran itu yakni Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf; Wakil Ketua DPRD Jatim Kusnadi; anggota DPRD Jatim, Suhandoyo; Bupati Ngawi Budi Sulistyono; anggota DPR, MH Said Abdullah; serta Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Saifullah yang paling awal mengambil formulir, awal Juni lalu, mendaftar sebagai bakal calon gubernur, sedangkan Kusnadi yang juga Ketua DPD PDI-P Jatim sebagai bakal cawagub. Empat pendaftar lain, yakni Suhandoyo, Budi Sulistyono, Said Abdullah, dan Abdullah Azwar Anas, mengambil formulir sebagai bakal cagub dan cawagub. Paling terakhir mengambil formulir adalah Anas yang dilakukan oleh Ketua DPC PDI-P Banyuwangi Made Cahyana Negara.
”Empat orang tersebut sudah mendaftar dan mengambil formulir. Terkait status mereka apakah sebagai bakal calon gubernur atau wakil, baru bisa diketahui nanti saat akhir pengembalian formulir, akhir Juni,” kata Sekretaris DPD PDI-P Jatim Sri Utari. Proses selanjutnya, mulai Kamis (15/6) hingga 30 Juni, memasuki masa pengembalian formulir pendaftaran.
Saifullah yang sudah resmi diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa bukan hanya mendaftar melalui PDI-P, melainkan juga mendaftar melalui Partai Demokrat. Selain itu, dia juga minta dukungan ke Partai Golkar, PAN, dan PPP.
Hingga saat ini, nama bakal calon gubernur yang sudah mencuat ke permukaan ialah Saifullah, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, dan beberapa bupati di Jatim. Namun, beberapa bupati dan mantan bupati hingga kini umumnya belum melakukan sosialisasi secara terbuka meski ada yang sudah memasang baliho di beberapa wilayah, seperti mantan Bupati Probolinggo, Hasan Aminuddin.
Adapun Risma, meski hasil beberapa survei menyebutkan dirinya sangat dikenal sebagai pekerja keras, sejak awal tidak mencalonkan diri karena terikat janji menyelesaikan periode kedua sebagai Wali Kota Surabaya hingga 2021.