Aktivis Perempuan Serukan Kebangkitan Nasional Jilid II
Oleh
Madina Nusrat
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah aktivis perempuan bersatu menyerukan Kebangkitan Nasional Jilid II sebagai upaya mengatasi perpecahan yang terjadi di masyarakat belakangan ini. Mereka pun berkumpul dan menyampaikan seruan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (3/6).
Dalam seruan itu disampaikan bahwa proses politik Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta telah menorehkan luka mendalam dan memaksa masyarakat mengalami polarisasi yang tajam dalam kehidupan beragam di Jakarta. Emmy Hafild, aktivis Lingkar Perempuan Nusantara yang juga ketua penyelenggara seruan ini, menyampaikan, sejak Indonesia hidup berbangsa pada 1928, ternyata kehidupan masyarakat menjadi kian rapuh. Kebangsaan yang dulu menggebu-gebu mungkin tererosi. Akibatnya, yang muncul sekarang adalah identitas berdasarkam agama ataupun ras.
”Yang kuat muncul saat ini adalah identitas agama, dan saat ini pula kita menghadapi radikalisme dengan latar agama, bukan lagi penjajahan. Kita ini menghadapi gempuran ideologi paham radikalisme yang bisa membuat identitas kita sebagai bangsa itu terancam,” ujar Emmy.
Acara ini pun turut dihadiri kalangan aktivis perempuan dan sejumlah kelompok perempuan lainnya. Adapun seruan ini digagas sejumlah aktivis perempuan antara lain Saparinah Sadli, Kartini Syahrir, dan lebih dari 20 aktivis perempuan lainnya.
Seruan Kebangkitan Nasional Jilid II itu pun dibacakan Lathifa Al Anshori dan Isyana Bagoes Oka secara bergantian dan diikuti aktivis perempuan yang hadir. Berikut seruan lengkap yang aktivis perempuan di Museum Kebangkitan Nasional Jakarta hari ini.
Pilkada DKI menorehkan luka mendalam bagi kita, semua rakyat Indonesia. Bangsa kita dipaksa menghadapi polarisasi tajam dalam kemajemukannya. Keniscayaan rahim pertiwi dikoyak-koyak demi kepentingan ambisi politik sesaat.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2017 adalah momen menjahit dan merawat kembali ke-Indonesia-an yang majemuk. Dengan demikian, ideologi radikal yang bertentangan dengan realita kemajemukan tidak mendapat tempat dalam kehidupan kita berbangsa.
Dengan mempertimbangkan hal itu, dengan ini kami mendeklarasikan Gerakan Kebangkitan Nasional Jilid II yang bertujuan untuk:
Merawat dan memperkuat nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan ke-Indonesia-an untuk maju sebagai bangsa beradab di dunia.
Menguatkan falsafah Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan pada kesadaran asal-usul bangsa Indonesia yang berasal dari berbagai ras dunia, dan berevolusi menjadi suku-suku yang membentuk bangsa Indonesia.
Merawat dan memperkuat kembali sifat-sifat dasar bangsa kita yang toleran, saling menghormati, gotong royong, musyawarah dan mufakat.
Menegakkan penghormatan terhadap hak-hak asasi yang dijamin dalam UUD 1945 dan UU turunannya, hak untuk dipilih dan memilih tanpa didasarkan pada suku agama ras dan antar-golongan, hak mengutarakan pendapat sesuai hati nurani, kebebasan berbicara, serta perlindungan terhadap diskriminasi SARA dan jender.
Mencegah manipulasi isu SARA untuk dipakai sebagai kendaraan politik untuk memenangkan pemilu, pilkada, dan berbagai bentuk pemilihan pemimpin di segala bidang dan wilayah, dan harus dilarang.
Menegaskan kembali komitmen partai-partai politik dan organisas massa untuk tidak menggunakan isu SARA dalam mencapai tujuan politik dan menghormati serta melindungi keberadaan dan hak-hak asasi seluruh kelompok masyarakat.