Film Jadi Sarana Penyampai Pesan Perdamaian
JAKARTA, KOMPAS — Film sebagai salah satu sarana komunikasi visual bisa menjadi penyampai pesan perdamaian yang diemban oleh Islam. Para penyebar Islam awal di Indonesia, yakni Walisongo, telah memberikan contoh bagaimana bentuk kreativitas visual, seperti wayang dan aneka bentuk kesenian lainnya, bisa menjadi infrastruktur yang baik bagi penyemaian pesan dan ajaran secara damai.Penulis buku Atlas Walisongo, Agus Sunyoto, dalam diskusi yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Lahir Ke-91 Nahdlatul Ulama di gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Jakarta, Senin (30/1), menuturkan, Walisongo meninggalkan contoh nyata peran media kreatif. Penyampaian pesan kebaikan dan perdamaian bisa dilakukan melalui media apa pun, termasuk tarian, musik, wayang, dan lagu anak-anak. Melalui media kreatif itu, pesan Walisongo lebih mudah diterima khalayak. Dalam diskusi bertema "Ngaji Sejarah dan Sinema" kemarin, hadir pula Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid, penulis buku dan naskah film Seno Gumira Ajidarma, serta sineas Tino Saroengallo.Menurut Seno, bahasa film adalah bahasa pesan yang mudah dipahami. Siapa pun bisa membuat film. Apalagi, film tak hanya diartikan sebagai karya visual yang bisa dikomersialkan atau karya seni. "Maknanya lebih luas dari itu," katanya.Dalam pengungkapan identitas bangsa Indonesia, misalnya, menurut Seno, film telah beberapa kali membuktikan peranannya. Dalam film besutan Usmar Ismail yang berjudul Darah dan Doa, digambarkan perjalanan tentara Siliwangi yang kembali ke Jawa Barat dari Jawa Tengah. Tak hanya menggambarkan heroisme tentara, identitas Indonesia yang beragam juga ditampilkan melalui kehidupan para pahlawan di negeri ini. (REK)
