Prabowo dan Ganjar Bersaing Ketat Rebut Suara Mahasiswa
Hasil survei PolGov UGM juga merekam, sebanyak 47,30 persen responden menilai isu ketersediaan lapangan kerja menjadi hal yang mendesak untuk diperhatikan oleh capres-cawapres.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
Peneliti PolGov, Arya Budi (tengah), memaparkan hasil Survei Preferensi Politik Mahasiswa di Pemilu 2024 di Jakarta, Selasa (26/9/2023). Tingkat keterpilihan Prabowo Subianto sebesar 30,19 persen; Ganjar Pranowo sebesar 30 persen, dan Anies Rasyid Baswedan 18,30 persen.
JAKARTA, KOMPAS — Enam bulan menjelang pemungutan suara Pemilihan Presiden 2024, tingkat keterpilihan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo di kalangan mahasiswa bersaing ketat. Adu gagasan tentang penyediaan lapangan pekerjaan diyakini menjadi faktor penting untuk menarik simpati dari ceruk pemilih mahasiswa.
Survei Research Centre for Politics and Government atau PolGov Universitas Gadjah Mada (UGM) merekam tingkat keterpilihan bakal calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto, dengan bakal capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bersaing sangat ketat. Tingkat keterpilihan Prabowo mencapai 30,19 persen, unggul tipis dibandingkan dengan Ganjar yang tingkat keterpilihannya 30,00 persen.
Sementara tingkat keterpilihan bakal capres dari Koalisi Perubahan, Anies Rasyid Baswedan, mencapai 18,30 persen. Adapun responden yang memilih bakal calon lain sebanyak 1,13 persen dan responden yang belum menentukan pilihannya sebanyak 20,38 persen.
Survei dilakukan pada periode 24 Juli hingga 7 Agustus dengan responden sebanyak 719 mahasiswa dari sekitar 30 perguruan tinggi. Namun, pengambilan sampel menggunakan metode chain-referral sampling atau snowball sampling sehingga responden dalam survei tersebut tidak mewakili populasi mahasiswa di seluruh Indonesia.
Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan UGM, Arya Budi.
Peneliti PolGov, Arya Budi, saat merilis Hasil Survei Preferensi Politik Mahasiswa di Pemilu 2024 di Jakarta, Selasa (26/9/2023), mengatakan, tingkat keterpilihan Prabowo dan Ganjar yang cukup tinggi disebabkan mahasiswa sudah mengenal dan mengetahui rekam jejak keduanya mampu menjadi presiden. Prabowo sudah dikenal karena sudah berkontestasi di pilpres sejak 2009 dan dianggap memiliki kompetensi memimpin Indonesia dari berbagai pengalamannya.
Adapun Ganjar namanya cukup dikenal mahasiswa karena mendapat sorotan ketika menjadi Gubernur Jawa Tengah dua periode. Ganjar juga sering diasosiasikan dengan gaya kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang cukup populer di kalangan mahasiswa.
Menurut dia, perilaku memilih dari kalangan mahasiswa tidak hanya memandang faktor usia bakal capres. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat keterpilihan Prabowo meskipun Menteri Pertahanan tersebut usianya sudah mencapai 71 tahun. Survei juga menunjukkan, mahasiswa tidak hanya memandang latar belakang kampus sebagai variabel utama dalam memilih presiden yang tecermin dari tingkat keterpilihan Ganjar dan Anies berada di bawah Prabowo meskipun keduanya sama-sama berasal dari Universitas Gadjah Mada.
”Cara memilih mahasiswa bukan sekadar representasi berdasarkan usia, tetapi mereka mempertimbangkan kemampuan memimpin karena tanggung jawan yang harus dilaksanakan presiden sangat besar,” ujar Arya.
(Kiri ke kanan) Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
Menurut dia, ceruk dari kelompok pemilih mahasiswa tetap akan menjadi target dari bakal capres. Sebab, pemilih dari generasi Z berusia 17-26 tahun mencapai 22,85 persen atau setara dengan 46,8 juta pemilih. Terlebih, mereka cenderung perhatian dengan isu-isu publik dan dinamika politik sehingga gagasan dari bakal capres akan diperhatikan.
Hasil survei juga merekam, sebanyak 47,30 persen responden menilai, isu ketersediaan lapangan kerja menjadi hal yang mendesak untuk diperhatikan capres-cawapres. Dengan demikian, para bakal capres harus fokus untuk adu gagasan memberikan solusi atas masalah lapangan pekerjaan. Sebab, isu tersebut sangat dekat dan diperlukan oleh mahasiswa, terutama setelah mereka lulus dari kampus.
”Sebagian besar keresahan mahasiswa terkait lapangan kerja, jadi gagasan mengenai lapangan kerja bisa menentukan arah pilihan mahasiswa kepada capres-cawapres,” ujar Arya.
Para pencari kerja memadati lokasi bursa kerja yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Selasa (4/7/2023).
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa, Nihayatul Wafiroh, mengatakan, kelompok pemilih dari kalangan pemilih muda dan pemilih perempuan menjadi rebutan dari semua bakal capres. Sebab, jumlah pemilih tersebut sangat banyak dan bisa menentukan kemenangan.
Menurut dia, isu tentang ketersediaan lapangan kerja menjadi hal yang paling banyak mendapatkan perhatian pemilih.
Tidak hanya kalangan mahasiswa, isu ini juga sering kali disuarakan oleh pemilih lain di berbagai kelompok. Hal ini menunjukkan persoalan lapangan kerja menjadi masalah penting yang harus diselesaikan oleh presiden terpilih.