Sejauh ini, para bakal calon presiden dilihat masih sibuk beradu gimik untuk meraih simpati publik. Gagasan dan program dari setiap bakal calon belum tampak.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
KOMPAS/HAS/RON
(kiri ke kanan) Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan
Capaian elektabilitas sejumlah bakal calon presiden memantik mereka untuk lebih intens merebut simpati publik. Namun, jangan hanya sibuk bersafari dan beradu gimik, gagasan dari setiap bakal calon dinantikan. Adu gagasan diyakini bisa menjauhkan pemilihan dari politik primordial.
Hasil survei Litbang Kompas pada 29 April-10 Mei 2023 menempatkan bakal calon presiden (capres) dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, meraih elektabilitas tertinggi sebagai capres pilihan publik dengan angka 24,5 persen. Elektabilitasnya naik 6,4 persen dibandingkan survei serupa Januari lalu, yakni 18,1 persen.
Hasil ini membuat Prabowo kembali mengungguli bakal capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ganjar Pranowo, yang meraih elektabilitas 22,8 persen. Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah itu turun turun dari 25,3 persen pada survei Januari 2023. Adapun bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (Partai Nasdem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera) berada di urutan ketiga dengan elektabilitas 13,6 persen atau meningkat 0,5 persen dibandingkan survei sebelumnya.
"Hasilnya survei ini setback satu tahun, jadi mundur seperti survei Juni 2022. Angka yang sekarang untuk elektabilitas Prabowo dan Ganjar hampir sama dengan situasi di Juni 2022," kata peneliti Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas dalam acara Satu Meja The Forum bertajuk "Adu Kuat Para Kandidat" yang disiarkan Kompas TV, Rabu (24/5/2023) malam.
Selain Toto, acara diskusi yang dipandu Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo itu, dihadiri oleh Ketua DPP PDI-P Eriko Sotarduga, Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman, Anggota Tim Delapan Koalisi Perubahan untuk Persatuan Sudirman Said, serta Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi.
Dalam survei Litbang Kompas pada 26 Mei hingga 4 Juni 2022 menunjukkan, Prabowo menduduki urutan teratas dengan elektabilitas 25,3 persen sedangkan Ganjar berada di urutan kedua dengan elektabilitas 22 persen, serta Anies memiliki tingkat keterpilihan 12,6 persen.
Menurut Toto, elektabilitas Prabowo meningkat karena ada pergeseran pemilih dari Ganjar. Sikap penolakan Ganjar terhadap kedatangan tim nasional Israel yang akan berlaga di Piala Dunia U-20 membuat pemilihnya beralih ke Prabowo. Selain itu, ada pula faktor sinyal dukungan Presiden Joko Widodo ke Prabowo.
Adapun Anies, menurut Toto, sejatinya memiliki modal awal elektabilitas yang cukup tinggi. Pada Oktober 2019 atau awal periode kedua Presiden Jokowi, elektabilitas Anies mencapai 8,7 persen, jauh di atas Ganjar (1,8 persen). Sementara Prabowo elektabilitas mencapai 14,3 persen.
Sebanyak 18 bendera partai politik peserta Pemilu 2024 terpasang di Kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Selasa (2/5/2023).
"Perubahan elektabilitas ini tidak hanya dilihat dari kiprah dari Anies sendiri, tetapi juga mesin politik di balik Ganjar dan Prabowo, sehingga kalau dilihat dinamika di media sosial bisa dilihat pembicaraan tentang Anies senantiasa tertekan oleh mesin politik dari Ganjar dan Prabowo," katanya.
Semakin mendekati pemilu, lanjut Toto, loyalitas pemilih dari ketiga bakal capres relatif sama, sekitar 53 persen hingga 55 persen, namun karakter pemilihnya berbeda.
Secara demografi, pemilih Ganjar banyak berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan kelompok generasi Y. Sedangkan pemilih Prabowo ada di wilayah luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, serta kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Adapun pemilih loyal Anies banyak dari kelompok masyarakat berpendidikan tinggi.
Respons tim capres
Habiburokhman menilai, elektabilitas Prabowo yang rebound karena dua faktor. Yakni, efek Prabowo yang disebabkan kinerjanya sebagai menteri pertahanan. Selain itu, ia tak menampik karena kedekatan Prabowo dan Jokowi. Publik kemudian yakin bahwa Prabowo merupakan sosok yang bisa meneruskan capaian Jokowi. Di sisi lain, Prabowo kerap menyampaikan gagasan-gagasan saat bertemu sejumlah tokoh agama.
Sementara Eriko menilai, elektabilitas Ganjar belum meningkat signifikan mengingat rentang waktu survei baru dilakukan 33 hari setelah deklarasi. Selain itu, Ganjar baru mengunjungi sekitar enam provinsi setelah deklarasi. Posisinya sebagai Gubernur Jateng juga membuat geraknya terbatas, tidak bisa safari ke berbagai daerah seperti halnya Prabowo sebagai menteri.
Adapun Sudirman menyampaikan hasil survei akan digunakan sebagai evaluasi. Namun secara umum, Anies disebutnya tetap bersyukur atas capaian tersebut karena semakin mendekati pemilu, suasana koalisi maupun penerimaan masyarakat menguat. Di sisa waktu sembilan bulan sebelum Pemilu 2024, Anies akan terus menggaungkan politik gagasan. Selain itu, Anies akan bertemu dengan tokoh-tokoh, anak muda, dan kader parpol.
Namun, Burhanuddin meragukan safari politik memiliki dampak elektoral yang signifikan. Sebab, capres memiliki keterbatasan untuk menemui masyarakat secara langsung. Yang lebih menentukan dalam pemilihan, adalah opini publik yang bisa dibangun melalui media, baik media massa konvensional maupun media sosial. Media massa perlu menarik bakal capres dengan proposal kebijakan yang akan ditawarkan kepada masyarakat.
"Pada titik itu, saya mengharapkan pertarungan sembilan bulan ke depan lebih banyak ditarik ke arah pertarungan gagasan dan program, ini yang kurang. Yang kita tangkap selama beberapa bulan atau beberapa tahun terakhir adalah capres sibuk dengan gimik. Pertarungan semacam ini (adu gagasan) akan jauh lebih cerdas dan akan menjauhkan dari politik primordial," tuturnya.