Survei "Kompas", Persaingan Bakal Capres dan Cawapres Kian Sengit
Lonjakan elektabilitas Prabowo Subianto disebut sebagai buah akumulasi dari banyak strategi. Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sama-sama optimistis akan bisa membalikkan situasi.
Dari kiri ke kanan: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan
JAKARTA, KOMPAS - Persaingan di antara tiga bakal calon presiden pada Pemilihan Presiden 2024, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan, semakin sengit. Elektabilitas sejumlah figur potensial calon wakil presiden pun bersaing ketat. Dengan tidak adanya figur bakal calon presiden yang memiliki elektabilitas dominan atau lebih dari 50 persen, pemilihan figur bakal calon wakil presiden bisa menjadi penentu kemenangan.
Mengacu hasil survei Litbang Kompas pada 29 April-10 Mei 2023, bakal calon presiden (capres) dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, kembali meraih elektabilitas tertinggi sebagai capres pilihan publik dengan angka 24,5 persen. Elektabilitasnya naik lebih dari 6 persen dibandingkan dengan survei serupa Januari lalu, yakni 18,1 persen. Dengan capaian itu, Prabowo menyusul bakal capres dari PDI-P dan PPP, Ganjar Pranowo, yang meraih elektabilitas 22,8 persen. Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah ini turun dari 25,3 persen pada survei periode Januari 2023.
Meski demikian, selisih elektabilitas Prabowo dan Ganjar masih dalam rentang margin of error +/- 2,83 persen.
Adapun bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (Partai Nasdem, Demokrat, dan PKS), Anies Baswedan, membayangi di peringkat ketiga dengan elektabilitas 13,6 persen atau meningkat 0,5 persen dibandingkan survei sebelumnya.
Dalam simulasi pertarungan berhadap-hadapan antarbakal capres, Prabowo pun selalu unggul atas Ganjar dan Anies. Ketika dihadapkan dengan Ganjar, Prabowo mendapatkan dukungan dari 51,1 persen responden. Saat berhadapan dengan Anies, dukungan terhadap Prabowo mencapai 62 persen. Sementara itu, Ganjar hanya memenangi simulasi pertarungan dengan Anies dengan elektabilitas 59,9 persen.
Kendati demikian, dalam pertanyaan tertutup yang terdiri dari sepuluh, lima, dan tiga kandidat, Prabowo selalu berada di bawah Ganjar.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengungkapkan, lonjakan elektabilitas Prabowo merupakan akumulasi dari langkah strategis yang dilakukan partai.Ia bercerita, pada November 2022, Gerindra melaksanakan evaluasi besar-besaran untuk menghentikan tren penurunan elektabilitas Prabowo yang dimulai sebulan sebelumnya.
”Hasil evaluasi itu meminta untuk menggerakkan mesin partai lebih optimal. Semua kader Gerindra turun ke lapangan, menyapa masyarakat, dan menjelaskan pentingnya Pak Prabowo maju sebagai capres,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (23/5/2023).
GERINDRA
Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, bersama Presiden ke-6 Republik Indonesia Soesilo Bambang Yudhoyono di Museum dan Galery SBY-Ani di Pacitan, Jawa Timur, Sabtu (20/5/2023)
Kader-kader Gerindra juga diharuskan aktif di media sosial. Hal ini terutama untuk menyebarkan berita positif dan meluruskan informasi tak benar mengenai ketua umumnya.
Tak hanya itu, pengurus Gerindra juga meminta Prabowo untuk mulai menyapa masyarakat di akhir pekan atau hari libur. Itu harus dilakukan, karena selama ini Prabowo fokus bekerja di kabinet dan tak mau menggunakan hari kerja untuk urusan Pilpres 2024. Permintaan itu dikabulkan Prabowo, ia pun mulai melaksanakannya sejak Desember 2022.
“Ditambah, kami harus jujur, mulai akhir November dan Desember itu, kan, Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) mulai melakukan endorse secara terbuka kepada Pak Prabowo. Empat hal inilah yang menyebabkan kenaikan elektabilitas Pak Prabowo dan otomatis berimbas pada kenaikan elektabilitas Partai Gerindra,” kata Andre.
Bakal calon presiden Ganjar Pranowo saat mengikuti acara konsolidasi pemenangan Pilpres 2024 yang diselenggarakan DPD PDI Perjuangan Sumatera Selatan, di GOR Dempo, Palembang, Sabtu (20/5/2023).
Masih ada waktu
Kendati posisinya disalip Prabowo, Ganjar mengaku tak mempermasalahkannya. Alasannya, Prabowo merupakan sosok yang lebih berpengalaman dalam kontestasi pilpres.
Namun, dalam rentang waktu sebelum penyelenggaraan pemilu, kondisi masih dinamis. Ia meyakini, ada faktor eksternal yang bisa mengubah situasi. ”Akan ada pemantik-pemantik yang bisa membalikkan situasi. Beberapa survei di luar Kompas, elektabilitas Ganjar kemarin turun, sekarang sudah rebound, rebound tinggi, sudah balik lagi sekarang,” ujarnya.
Adapun bagi Anies, hasil survei menjadi pemicu untuk bekerja lebih keras. Masih ada waktu sekitar sembilan bulan sebelum pemungutan suara untuk meyakinkan pemilih. Ia pun merasa sudah terbiasa dengan hasil survei yang menempatkannya di urutan ketiga.
”Saya melihat ini sebagai pemicu untuk bekerja lebih keras, menjangkau semua, dan mengajak untuk berkompetisi dalam rekam jejak, rekam gagasan, dan rekam karya,” kata Anies.
Bakal calon presiden Anies Baswedan berpidato di depan para relawannya di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu (21/5/2023).
Faktor penentu
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihat, Pilpres 2024 akan berlangsung sengit jika diikuti Anies, Ganjar, dan Prabowo. Hal ini mengingat hasil survei menunjukkan tak ada kandidat dengan elektabilitas dominan. Jarak tingkat keterpilihan di antara mereka tak signifikan dan masih bisa saling mengejar. Dengan kondisi itu, sangat terbuka pilpres digelar dua putaran.
Dalam konteks persaingan yang kompetitif ini, ia memandang, para kandidat juga harus mengoptimalkan figur calon wakil presiden (cawapres). Posisi cawapres krusial karena berperan membantu kenaikan elektabilitas atau memastikan menjaga suara kandidat. Oleh karena itu, penentuan figur cawapres yang tepat sangat penting.
Masih mengacu hasil survei terbaru Kompas, ada 12 figur yang dinilai publik layak menjadi cawapres. Selisih elektabilitas antarfigur pun tak terpaut jauh.
Dua figur dengan elektabilitas tertinggi adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (11,9 persen) serta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (9,3 persen). Keduanya juga dipilih lebih banyak responden sebagai figur yang tepat untuk mendampingi Ganjar dan Anies. Khusus Prabowo, nama Ganjar dinilai paling cocok untuk mendampingi. Baru di urutan kedua dan ketiga ada nama Sandiaga dan Kamil.
Selain pentingnya penentuan cawapres, lanjut Arya, gagasan program dari capres juga menjadi faktor penting yang bisa memengaruhi pilihan publik. Gagasan dimaksud harus relevan dan mampu merespons situasi aktual, misalnya terkait isu ekonomi global, geopolitik, kesehatan, demokrasi, dan pemberantasan korupsi. Adu gagasan ini menjadi krusial karena calon pemilih muda yang kritis dan rasional cukup banyak pada Pemilu 2024.
“Publik akan melihat kontestasi ke depan sebagai kontestasi gagasan, program, dan kebijakan,” kata dia.
Selain itu, para calon juga perlu memaksimalkan mobilisasi pemilih tidak hanya melalui pertemuan langsung, tetapi juga di media sosial.