Setelah Dideklarasikan sebagai Capres PDI-P, Elektabilitas Ganjar Kembali Melejit
Berdasarkan hasil survei terbaru dari Charta Politika, elektabilitas Ganjar Pranowo kembali menyalip Prabowo Subianto. Sementara elektabilitas Anies Baswedan membayangi kedua bakal capres tersebut.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F26%2F043bb3b1-bfeb-4e68-bcbc-549f9762c86b_jpg.jpg)
Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan
JAKARTA, KOMPAS — Mengacu hasil survei terbaru dari Charta Politika, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden pilihan publik kembali ke posisi puncak setelah elektabilitasnya sempat tergerus seusai polemik Piala Dunia U-20. Namun, kemungkinan terjadinya dua putaran dalam Pemilihan Presiden 2024 sangat terbuka, karena hingga kini, belum ada figur bakal calon presiden yang meraih elektabilitas melebihi angka 50 persen.
Charta Politika memotret elektabilitas tiga nama teratas yang muncul setelah simulasi 10 nama. Tiga nama teratas itu adalah Ganjar Pranowo yang telah ditetapkan sebagai bakal calon presiden (capres) dari PDI-P, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (Nasdem, Demokrat, dan PKS) Anies Baswedan. Jika memakai simulasi tiga nama, elektabilitas Ganjar mencapai 38,2 persen, Prabowo sebesar 31,1 persen, dan Anies sebesar 23,6 persen.
Survei ini dilakukan pada periode 2-7 Mei 2023 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel 1.220 responden, yang tersebar di 34 provinsi. Metodologi yang digunakan ialah metode acak bertingkat dengan toleransi kesalahan (margin of error) ±2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Jika melihat tren elektabilitas ketiga figur potensial capres itu, Ganjar memang terlihat sempat mendapat guncangan atau tsunami politik setelah penolakan kehadiran tim Israel di Piala Dunia U-20, akhir Maret 2023. Ini terpotret dari hasil survei Charta Politika pada April 2023, ketika itu elektabilitas Ganjar merosot dari 37,8 persen (Februari 2023) menjadi 31,4 persen.
Baca juga: Bukan Kepentingan Elektoral, Ini Alasan Kader PDI-P Tolak Tim Israel

Dari kiri, Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, Presiden Joko Widodo, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, bakal calon presiden PDI-P Ganjar Pranowo, Ketua DPP PDI-P Prananda Prabowo berfoto bersama seusai pengumuman bakal capres PDI-P yang dilaksanakan di Batutulis, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023).
Jika dikalikan 270 juta penduduk Indonesia, penurunan 6,4 persen itu berarti sekitar 12 juta penduduk. Atas dampak elektoral ini, elektabilitas Ganjar sampai disalip oleh Prabowo dengan perolehan 33,1 persen pada April 2023. Namun, Anies tetap berada di posisi ketiga dengan elektabilitas 25,2 persen.
”Apakah Anies mendapat limpahan elektoral dari kekisruhan U-20? Ternyata tidak. Anies dalam situasi itu pun terus mengalami penurunan konstan setelah mengalami kenaikan pada Desember 2022 atau pasca-deklarasi Nasdem. Lalu, semenjak Februari 2023 sampai sekarang, elektabilitas Anies mengalami penurunan,” tutur Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam jumpa pers, Senin (15/5/2023).
Namun, sejak Ganjar dideklarasikan sebagai bakal capres PDI-P di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat, pada 21 April 2023 atau sehari sebelum Lebaran, elektabilitas Ganjar melejit menjadi 38,2 persen, berdasarkan survei Mei 2023 ini. Elektabilitas Ganjar jauh meninggalkan Prabowo yang hanya 31,1 persen.
”Angka elektabilitas Ganjar ini lebih tinggi dibandingkan Ganjar belum terkena pro-kontra isu Piala Dunia U-20. Peristiwa di Batutulis ini mengagetkan dan terjadi di situasi senyap. Ini marketing yang bagus sekali karena terjadi pula di saat Lebaran. Dengan begitu, peristiwa tersebut menjadi bahan obrolan banyak keluarga,” kata Yunarto.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F05%2F13%2F9be82d52-4207-4116-9e4e-9792e29df144_jpeg.jpg)
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya
Terlepas dari itu, Yunarto melihat konstelasi pada dua tahun terakhir, tidak ada perubahan yang berarti di papan atas tokoh potensial capres. Hanya ada tiga tokoh yang terus bertengger di papan atas, yakni Ganjar, Prabowo, dan Anies.
Hal ini menunjukkan kemungkinan besar Pilpres 2024 akan terdapat tiga poros yang diikuti oleh ketiga tokoh capres tersebut. Artinya, hampir pasti akan ada putaran kedua di pilpres nanti karena kemungkinan tak akan ada capres yang memiliki elektabilitas lebih dari 50 persen.
Meski demikian, peluang satu putaran menjadi terbuka apabila ada calon yang mampu meraih elektabilitas setidaknya 44 persen, setidaknya setelah nama capres dan calon wakil presiden (cawapres) didaftarkan ke KPU pada 19 Oktober 2024.
”Jadi, dinamika pertarungan elektoral baru bisa dilihat ketika pendaftaran di KPU, yang resmi memperlihatkan mereka sebagai calon. Kalau ada calon yang mendapat elektabilitas 44 persen, kita baru bisa bicara kemungkinan satu putaran. Tetapi, sekarang, kan, belum ada daya ledak (elektoral) yang kuat, mengingat belum ada kepastian soal calon wakil presiden, dan koalisi partai juga terbelah,” ujar Yunarto.
Baca juga: Survei Poltracking: Elektabilitas Prabowo dan Ganjar Bersaing Ketat, Anies Membayangi
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F15%2F3482f693-4866-4820-9d24-d609d6b9661f_jpg.jpg)
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) dan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menanam mangrove dalam Puncak Penanaman Mangrove Nasional oleh TNI di Seluruh Indonesia 2023, di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta Utara, Senin (15/5/2023).
Lagi pula, jika melihat tingkat keterkenalan terhadap tokoh, belum semua mendapati persentase hingga di atas 95 persen. Hanya Prabowo yang memiliki tingkat keterkenalan mencapai 96,6 persen karena Prabowo memang sudah tiga kali mengikuti kontestasi pilpres.
Namun, untuk tokoh-tokoh lain, tingkat keterkenalannya masih berkisar 90 persen, bahkan ada yang masih di bawah 90 persen. Misalnya, Anies (91,3 persen), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno (90,2 persen), serta Ganjar (86,5 persen). Menurut Yunarto, tokoh-tokoh ini justru lebih memiliki peluang menaikkan elektabilitas karena tingkat popularitas mereka belum maksimal.
”Mencoba menerka dengan keadaan seperti ini, prediksi beberapa bulan ke depan, terutama pasca-pendaftaran capres-cawapres di KPU, yang punya peluang menang biasanya menguji tingkat keterkenalan. Yang punya peluang naikkan elektabilitas, ya, mereka yang masih punya peluang menaikkan tingkat keterkenalannya lewat pasang baliho dan lain-lain,” ucap Yunarto.
Posisi cawapres
Dengan tidak ada tokoh yang memiliki elektabilitas di atas 50 persen, Yunarto menilai, pertarungan cawapres menjadi amat penting. Semua tokoh potensial cawapres akan mulai memasang harga, berkeliling ke para tokoh, bahkan berpindah koalisi. Sebab, mereka menyadari bahwa ”harganya” mahal dalam konteks pertarungan ketat tiga capres.

Sejumlah figur yang kerap disebut berpotensi menjadi cawapres adalah Erick Thohir, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Sandiaga Uno (dari kiri ke kanan).
Sejumlah tokoh potensial cawapres yang terpotret oleh Charta Politika pada Mei 2023 ini, meliputi Sandiaga Uno (19,8 persen), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (18,4 persen), Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD (15,2 persen), dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (10,9 persen).
Adapun, nama-nama lain berada di bawah 10 persen, seperti Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir (9,2 persen), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indah Parawansa (5,8 persen), dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (3,5 persen).
Menurut Yunarto, yang menjadi menarik adalah masuknya Mahfud MD. Dalam waktu singkat, Mahfud dapat menyalip nama-nama teratas, seperti Agus, Erick, Khofifah, bahkan Muhaimin yang belakangan rajin melakukan safari politik.
”Saya tidak tahu, apakah ini dampak dari keberanian Pak Mahfud di rapat bersama Komisi III DPR dalam pembahasan mengenai dugaan tindak pidana pencucian uang? Karena di sana, Pak Mahfud memang terlihat menampilkan posisi politik yang berbeda dan membuat gebrakan-gebrakan. Yang jelas, output-nya, Pak Mahfud masuk tiga besar dan ini bisa mengubah konstelasi ketika setiap partai fokus mengajukan jagoan atau ketua umumnya menjadi cawapres,” kata Yunarto.
Baca juga: Kisruh Transaksi Mencurigakan, Mahfud MD Sebut Akses Sri Mulyani Ditutup Bawahannya
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F03%2F29%2F6960f5ee-8345-4d77-a56e-f8bacdf5a3ed_jpg.jpg)
Suasana saat Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD bersama Komisi III DPR di Ruang Rapat Komisi III Gedung DPR, Jakarta, Rabu (29/3/2023).
Namun, lanjut Yunarto, pada akhirnya, dalam pencarian sosok cawapres ini, koalisi partai politik akan memiliki formula bukan hanya persoalan elektabilitas tinggi, melainkan sosok tersebut harus bersifat komplementer atau mampu menutupi kelemahan capresnya. Misalnya, apabila Ganjar kuat di Jawa Tengah dan Jawa Timur tetapi kurang kuat di Jawa Barat, Sumatera, dan Sulawesi, maka Ganjar akan cenderung disandingkan dengan sosok yang punya kekuatan di daerah Sumatera dan Sulawesi.
Kemudian, apabila Anies kuat di Jakarta dan Banten tetapi lemah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, maka cawapres yang cocok mendampinginya tentu yang memiliki kekuatan di Jawa Timur. Prabowo, misalnya, pada pilpres lalu kalah di Jawa Timur, maka Menteri Pertahanan tersebut akan mengincar sosok yang kuat di Jawa Timur.
Momentum politik
Secara terpisah, PDI-P bersyukur bahwa efek deklarasi yang dirancang khusus dan diumumkan oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri pada momentum yang tepat berdampak pada meroketnya elektoral PDI-P dan Ganjar Pranowo. Selain hal tersebut, lebih dari 67 persen mempersepsikan Ganjar sebagai sosok yang dinilai paling mampu melanjutkan kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan, hasil survei tersebut menunjukkan bahwa kerja elektoral perlu topangan momentum politik. Selain itu, dibutuhkan pula dukungan pergerakan kekuatan yang terorganisasi dari partai dan menyatu dengan rakyat, termasuk para sukarelawan. ”Dengan begitu, akan menciptakan electoral power yang bersifat sky rocketing,” ucapnya.
Baca juga: Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Sederet Opsi Penentu Kemenangan Pilpres

Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengecek persiapan Puncak Bulan Bung Karno 2023 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Senin (8/5/2023).
Momentum dukungan positif tersebut dikelola oleh PDI-P dengan mendorong seluruh jajaran partai bersama seluruh elemen masyarakat dan sukarelawan untuk bergerak serentak, turun ke bawah. Semua bersama-sama mengisi narasi yang pada dasarnya terus mempercepat terhadap apa yang sudah dicapai Presiden Jokowi dengan tingkat kepuasan yang tinggi.
Ketua DPP PDI-P Said Abdullah pun berpendapat kenaikan elektabilitas Ganjar ini menandakan mulai bergeraknya mesin kepartaian dari PDI-P. Konsolidasi kerja kepartaian akan terus dikuatkan di seluruh Indonesia.
”Dalam dua pekan ini sudah terjadi konsolidasi PDI-Perjuangan di Jatim dan Jabar, dan terus akan berjalan pararel di daerah-daerah,” ungkapnya.
PDI-P meyakini, elektabilitas Ganjar akan semakin melesat mengingat tingkat kesukaan publik terhadap Ganjar sangat tinggi mencapai 95,1 persen dari mereka yang kenal terhadap Ganjar. Padahal, keterkenalan Ganjar masih di level 86,5 persen, sementara kandidat lainnya, seperti Prabowo dan Anies, sudah mencapai masing-masing 96,6 dan 91,3. ”Artinya, ceruk Mas Ganjar untuk makin tinggi keterpilihannya makin besar,” katanya.