Anies Baswedan: Jika Mau Jadi Cawapres, Harus Masuk Koalisi
Anies mengaku nama-nama bakal cawapres ada yang berasal dari pimpinan partai. Namun, bagi PKS, bakal cawapres bagi Anies juga tak tertutup kemungkinan dari non-partai selama membawa efek elektoral.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan, menyebut tantangan Indonesia ke depan sangat luas, tak sekadar persoalan ekonomi. Untuk itu, bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya juga harus bisa menjawab segala tantangan yang ada. Lebih dari itu, jika ingin menjadi pendampingnya, harus masuk terlebih dahulu ke dalam koalisi.
Anies menyatakan, jika ada partai lain yang ingin mengusulkan seseorang dari partainya, partai tersebut haruslah terlebih dahulu menjadi bagian dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Terkait dengan pertemuan Surya Paloh dan Luhut B Pandjaitan, Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengatakan, PKS belum berkomunikasi secara langsung dengan Golkar.
Koalisi telah bersepakat keputusan akhir diserahkan sepenuhnya kepada Anies.
Sebagaimana diketahui, Anies Rasyid Baswedan telah diusung sebagai bakal calon presiden (capres) oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. KPP terdiri dari Partai Demokrat, Partai Nasdem, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Anies Baswedan dalam apel ”Hari Buruh PKS”, Sabtu (6/5/2023), di parkir timur kantor DPP PKS, Jalan Simatupang, Jakarta Selatan, mengatakan, tantangan bangsa ke depan tidak hanya persoalan tantangan ekonomi. Untuk itu, bakal calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampinginya haruslah bisa menjawab tantangan bangsa yang lebih besar dari hanya sekadar masalah ekonomi.
”Terus soal wakil, saya rasa lebih besar daripada (menjawab tantangan ekonomi) itu karena ini bicara tentang agenda bangsa ke depan,” ujar Anies.
Dalam kegiatan tersebut, hadir pula Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Sekretaris Jenderal DPP PKS Aboe Bakar Al Habsyi, dan Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid.
Saat ini, tim kecil dari KPP sudah mengerucutkan bakal cawapres Anies, dari 12 nama menjadi 5 nama. Nama-nama tersebut dipilih berdasarkan sejumlah skenario. Misalnya, skenario pertama, melihat apakah pemerintahan saat ini sudah mewujudkan tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi yang baik.
Skenario kedua, melihat tantangan geopolitik global ke depan. Bakal cawapres nanti harus bisa menjawab tantangan tersebut. Skenario ketiga, melihat seberapa mendesak persoalan korupsi dan penegakan hukum negeri ini perlu segera dibenahi. Skenario keempat, melihat tantangan ekonomi ke depan.
Anies mengungkapkan, terkait nama-nama bakal cawapresnya, tak dimungkiri tentu di antaranya adalah pimpinan partai.
Anies mengungkapkan, terkait nama-nama bakal cawapresnya, tak dimungkiri tentu di antaranya adalah pimpinan partai atau anggota partai yang kini berada dalam koalisi. Untuk itu, jika ada partai lain yang ingin mengusulkan seseorang dari partainya, partai tersebut haruslah terlebih dahulu menjadi bagian dari koalisi.
”Kalau tidak menjadi bagian dari koalisi, ya tidak fair (adil). Itu, kan, prinsip yang sangat sederhana,” ujar Anies.
Sebelumnya, pada Jumat (5/5) kemarin, Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar yang juga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberikan saran kepada Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh terkait bakal cawapres yang cocok untuk Anies.
Dari penelusuran Kompas, nama yang diusulkan Luhut adalah Airlangga Hartarto, Ketua Umum DPP Partai Golkar. Adapun nama lain yang banyak disebut di antaranya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, pengusaha Chairul Tanjung, Menko Polhukam Mahfud MD, dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Anies menegaskan, sejauh ini dirinya tidak mengetahui nama bakal cawapres yang disarankan Luhut kepada Paloh. Namun, yang pasti, nama-nama yang muncul nantinya akan dibahas secara komprehensif oleh tim kecil KPP, termasuk kemungkinan nama Mahfud MD dan Gubernur Jawa Timur Khofifaf Indar Parawansa. ”Nanti tim yang membahas. Mereka sedang membahas nama-nama itu,” katanya.
Koalisi sangat terbuka bagi partai lain untuk bergabung asalkan memperjuangkan platform yang sama.
Belum berkomunikasi
Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengatakan, sejauh ini PKS belum pernah berkomunikasi secara langsung dengan Golkar terkait dengan rencana bergabung dengan KPP. Meski demikian, koalisi sangat terbuka bagi partai lain untuk bergabung asalkan memperjuangkan platform yang sama, salah satunya berkaitan dengan masalah-masalah ekonomi dan dunia pekerja.
”Jadi, bagi kami di koalisi ini sangat terbuka untuk kalaupun tadi ada perubahan-perubahan koalisi di yang lain, kemudian mau bergabung dengan koalisi kami di Koalisi Perubahan. Tentu ini akan menambah kekuatan dan harapannya bisa memperkuat kemenangan,” ucap Syaikhu.
Berkaitan dengan bakal cawapres Anies, menurut Syaikhu, koalisi telah bersepakat keputusan akhir diserahkan sepenuhnya kepada Anies. Di samping itu, partai-partai yang ada di koalisi, baik PKS, Nasdem, maupun Demokrat, juga diberikan kesempatan untuk mengajukan masing-masing kandidatnya.
Syaikhu menyebut, sangat mungkin nama bakal cawapres Anies berasal dari kalangan non-partai. Pada prinsipnya, bagi PKS, masalah bakal cawapres tidak hanya sekadar simbolis, tetapi bakal cawapres ini justru akan menjadi faktor penguat suara, untuk kemenangan Anies. Karena itu, bakal cawares nanti, salah satunya akan diuji melalui survei sehingga diharapkan dapat membawa efek elektoral yang besar.
”Kami ingin menang. Untuk menang, itu tadi faktornya, bisa jadi yang punya elektoral mungkin bukan orang partai, sangat-sangat terbuka,” ujar Syaikhu.