Pelaku Penembakan Disebut Kerap Mendatangi Kantor MUI
Sosok pelaku penembakan di kantor MUI tidak dikenal oleh pengurus MUI. Namun, yang bersangkutan pernah dua kali berkirim surat yang ditujukan kepada Ketua MUI.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku penembakan kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, diketahui kerap mendatangi kantor tersebut. Pelaku juga disebut pernah melakukan penyerangan di kantor MUI di Lampung. Untuk itu, diharapkan aparat kepolisian dapat menelusuri kemungkinan adanya pihak lain yang terlibat.
Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Hukum dan HAM Majelis Ulama Indonesia Ikhsan Abdullah, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (2/5/2023), menuturkan, sosok terduga pelaku penembakan di kantor MUI tersebut tidak dikenal oleh pengurus MUI. Namun, yang bersangkutan pernah dua kali berkirim surat yang ditujukan kepada Ketua MUI.
Pada surat yang pertama, yang bersangkutan mengaku sebagai Tuhan. Surat itu sempat dibahas oleh pimpinan MUI. Kemudian, yang bersangkutan kembali mengirimkan surat kedua yang di dalamnya bernada ancaman. Pelaku juga kerap mendatangi kantor MUI di Jakarta.
Ikhsan juga membenarkan adanya surat bernada ancaman bertuliskan ”Surat yang Kedua”. Pihaknya juga telah mengetahui bahwa terduga pelaku berasal dari Lampung. Di sisi lain, pelaku ditengarai telah mengetahui agenda kegiatan pengurus MUI di Jakarta.
”Jadi dia sudah tahu bahwa setiap Selasa diadakan rapat pimpinan MUI jam 10.00. Kami tadi rapat di lantai empat. Dia sudah mondar-mandir dan peristiwa itu terjadi sekitar jam 11.00,” tutur Ikhsan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Kompas, pelaku diduga warga Lampung bernama Mustofa (63). Dari kartu tanda penduduk elektronik, disebutkan pekerjaan Mustofa adalah petani. Selain identitas juga diperoleh selembar pernyataan berjudul ”Sumpah Yang Kedua” tertanggal 22 Juli 2022 dengan dibubuhi tanda tangan atas nama Mustofa NR.
Surat pernyataan itu ditujukan kepada Kapolda Metro Jaya. Dalam surat itu disampaikan bahwa Mustofa mengaku membawa pisau ke kantor Kapolda Metro Jaya, ia menyatakan tetap tak memperoleh keadilan. Kapolda juga tidak mempertemukannya dengan Ketua MUI. ”Saya mohon kepada Bapak selaku penegak hukum supaya saya dipenjarakan seumur hidup, tembak mati kalau tidak bapak lakukan,” demikian isi pernyataan tersebut.
Selanjutnya di surat pernyataan itu, Mustofa menyebut bahwa ia bersumpah akan mencari senjata api. ”Saya akan tembak penguasa pejabat di negeri ini, terutama orang-orang MUI tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Meminta izin untuk kedua kalinya kepada penegak hukum kepolisian karena saya sudah lelah berjuang untuk mendapatkan hak saya yaitu keadilan,” demikian potongan pesan di surat pernyataan itu.
Di surat itu tak disebutkan pokok permasalahan secara spesifik, selain menuntut keadilan.
Menurut Ikhsan, terduga pelaku tersebut ditengarai merupakan pelaku yang menyerang kantor MUI Lampung sekitar dua bulan yang lalu.
Menyerang MUI Lampung
Menurut Ikhsan, terduga pelaku tersebut ditengarai merupakan pelaku yang menyerang kantor MUI Lampung sekitar dua bulan yang lalu. Namun, saat itu tidak ada korban jiwa karena serangan dilakukan pada sore hari ketika pengurus dan pegawai MUI Lampung sudah pulang. Peristiwa tersebut sudah dilaporkan kepada kepolisian setempat.
Dengan adanya peristiwa tersebut, MUI berharap agar kepolisian mengusutnya hingga tuntas, termasuk kemungkinan ada pihak lain yang menggerakkan. Ia pun meminta masyarakat tetap tenang dan mempercayakan penanganan peristiwa ini kepada kepolisian.
”Ini harus kita lawan. Namun, masyarakat tidak perlu cemas karena kepolisian sudah menangani,” kata Ikhsan.
Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Shandi Nugroho ketika dikonfirmasi perihal pelibatan Detasemen Khusus 88 Polri mengatakan, kasus tersebut kini ditangani Polda Metro Jaya. Sementara, Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Polri Komisaris Besar Aswin Siregar tidak merespons pertanyaan yang dikirim.
Secara terpisah, pengamat terorisme Al Chaidar berpandangan, peristiwa penembakan di kantor MUI tersebut bukan merupakan aksi terorisme, melainkan aksi kriminalitas. Sebab, pelaku bukanlah bagian dari jaringan teroris.
Menurut Al Chaidar, pelaku kemungkinan besar bukan seorang Muslim. Selama ini, MUI memang memiliki pengalaman diserang oleh orang dari kalangan yang disebut sesat. Al Chaidar menduga, peristiwa penyerangan tersebut terkait dengan pihak lain, termasuk intelijen. Al Chaidar pun berharap agar aparat kepolisian menelusuri kemungkinan adanya pihak lain yang terkait dengan pelaku tersebut.