Lika-liku Parpol Raih Simpati Anak Muda demi Mendulang Suara
Juru bicara berusia muda dikerahkan sejumlah parpol untuk menggaet pemilih muda. Namun, itu tak cukup. Parpol perlu memperhatikan berbagai isu yang jadi ketertarikan anak muda, termasuk cara penyampaiannya.

Proses "tapping" Strategi Pemilu 2024 yang menghadirkan politisi muda Partai Golkar Dyah Roro Esti (kanan), Juru Bicara Muda Partai Kebangkitan Bangsa Ais Shafiyah Asfar (kedua dari kanan), peneliti Litbang Kompas Arita Nugraheni (kedua dari kiri), dan wartawan Kompas Anita Yossihara di Menara Kompas, Jakarta, Senin (20/3/2023).
- Ais, Jubir Muda PKB, mengungkap orang muda sekarang banyak yang peduli isu lingkungan hidup. Untuk tarik perhatian mereka maka dibuat tagar #pedulilingkungan.
- Dengan memajukan isu yang jadi perhatian anak muda sekarang bisa mendorong adanya payung hukum berupa undang-undang tentang energi baru dan terbarukan.
- Yang perlu ditawarkan parpol kepada anak muda adalah program kerja, bukan sekadar ideologi.
Besarnya pemilih muda di Indonesia menjadi incaran partai politik untuk mendulang suara. Namun, jika asal mendatangi, apalagi mendekati dengan bersikap menggurui, alih-alih mendapatkan suara, mereka malah bisa ilfeel alias ilang feeling dan pergi meninggalkan.
Isu-isu kekinian, seperti perubahan iklim, lingkungan hidup, hingga energi, bisa menjadi pintu masuk untuk mendekati orang muda. Tentu saja, untuk mendekati mereka pun harus dengan cara anak muda banget.
”Usia saya 22 tahun. Saya dan teman sepantaran saya terbantu (mendapat informasi) melalui podcast (siniar). Saya harap melalui podcast dan media sosial, para politisi itu gencar (menyapa). Sementara demand (permintaan) masyarakat itu tinggi karena semua menggunakan medsos,” tutur Juru Bicara Muda Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ais Shafiyah Asfar, dalam gelar wicara Strategi Pemilu 2024 bertajuk ”Menggaet Gen Z di Pemilu 2024”, Senin (20/3/2023).
Didapuk sebagai juru bicara muda, Ais diberi tugas untuk menjembatani PKB dengan orang-orang muda. Di satu sisi, Ais dan beberapa juru bicara muda lainnya berfungsi untuk menyampaikan informasi dari partai kepada orang muda. Sebaliknya, aspirasi atau harapan orang muda kepada partai dapat disampaikan melalui mereka, termasuk usulan mengenai siniar tersebut.
Simak juga: Politisi Muda Bicara tentang Peluang Generasi Z Berkontribusi di Politik

Juru Bicara Muda PKB Ais Shafiyah Asfar hadir dalam gelar wicara Strategi Pemilu 2024 bertajuk "Menggaet Gen Z di Pemilu 2024" di studio harian Kompas, Jakarta, Senin (20/3/2023). Generasi Z punya peran penting menentukan arah bangsa melalui Pemilu 2024.
Bukan hanya soal cara penyampaian, menurut Ais, orang muda sekarang banyak yang peduli dengan isu kekinian, semisal isu lingkungan hidup. Salah satu cara untuk menarik perhatian adalah membuat tagar #pedulilingkungan, membuat diskusi dengan aktivis lingkungan yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), dan diskusi dengan organisasi seperti River Warrior yang bergerak di bidang penyelamatan lingkungan hidup.
”Ini memperlihatkan bahwa PKB itu berideologi lingkungan, sebuah green party (partai hijau). Menurut saya, ke depan, hal ini bakal menjadi isu yang paling penting,” kata Ais.
Melalui isu lingkungan, banyak anak muda menjadi saling terkoneksi.
Politisi muda Partai Golkar yang kini duduk di Komisi VII DPR, Dyah Roro Esti Widya Putri, mengamini hal itu. Menurut Roro, melalui isu lingkungan, banyak anak muda menjadi saling terkoneksi.
Melalui isu yang kekinian, seperti lingkungan hidup, energi terbarukan, serta isu lapangan pekerjaan, kerja sama di antara orang muda terasa lebih mudah dilakukan karena semua memiliki minat yang sama. Hal itu diakui Roro ketika dirinya bersama beberapa anak muda yang duduk di parlemen untuk mendorong adanya payung hukum berupa undang-undang tentang energi baru dan terbarukan.
Baca juga: KPU dan Parpol Perlu Siapkan Strategi Khusus bagi Pemilih Muda

Politisi muda Partai Golkar, Dyah Roro Esti, hadir dalam gelar wicara Strategi Pemilu 2024 bertajuk "Menggaet Gen Z di Pemilu 2024" di studio harian Kompas, Jakarta, Senin (20/3/2023). Generasi Z punya peran penting menentukan arah bangsa melalui Pemilu 2024.
”Tanpa bumi yang sehat, tidak mungkin merealisasikan target-target yang tinggi. Anak muda itu lebih connected (terhubung) dengan isu tersebut,” ujar Roro.
Strategi partai politik
Untuk menggaet pemilih muda, lanjut Roro, Partai Golkar memiliki Golkar Institute, sebuah lembaga pendidikan politik yang dikhususkan bagi anak-anak muda yang berniat untuk berpolitik. Melalui Golkar Institute, anak muda yang tertarik berpolitik mendapatkan akses untuk bertemu dan belajar dari kader Partai Golkar yang kini sudah duduk baik di lembaga legislatif maupun eksekutif.
Selain itu, Golkar juga melakukan pembekalan bagi orang muda yang secara khusus ingin mengikuti kontestasi pemilihan legislatif, baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal itu kini sudah mulai membuahkan hasil dengan hadirnya empat anggota DPR berusia 35 tahun ke bawah, termasuk dirinya.
”Bagaimana orang muda tertarik untuk bergabung? Dengan memberi ruang dan kesempatan, maka bisa muncul kesadaran. Partai Golkar memberikan wadah sehingga terjadi interaksi anak-anak muda di dalamnya, muncul semangat anak muda untuk mau melakukan perubahan," tuturnya.
Partai Golkar, lanjut Roro, menyadari betul bahwa mayoritas populasi Indonesia adalah dari generasi milenial yang mana sekitar 70 persennya masuk usia produktif dan memiliki hak suara. Meski kemajuan teknologi informasi memungkinkan mereka untuk mengakses berbagai informasi terkait isu politik secara instan, tetap ada isu berat yang tidak mudah dicerna. Penyebaran informasi secara luas dan mudah dimengerti itulah yang kini menjadi salah satu tantangan Partai Golkar.
Baca juga: Pemilih Muda Menjadi Pertimbangan Partai Politik Menjaring Caleg
Roro mengaku merasa didukung di Partai Golkar. Sebab, meski masih muda, dia tetap diberi ruang untuk beropini, termasuk ketika menjalankan tugas sebagai wakil rakyat di parlemen. Terkait isu yang sensitif, terdapat mekanisme internal untuk saling mengontrol dan menyeimbangkan serta diberi latar belakang dari isu tersebut.
Hal senada diungkapkan Ais. Ia mengatakan, PKB juga memiliki forum PKB Institute yang telah berjalan untuk tiga gelombang. PKB Institute tersebut dibuat untuk merespons kepedulian anak muda yang tinggi di bidang politik, tetapi pengetahuannya masih kurang. Melalui forum tersebut, terjadi transfer pengetahuan politik ataupun langkah yang diperlukan dalam berpolitik.
”Jadi belajar langsung tentang political marketing dan strategi pemenangannya,” ujar Ais.
Ais mengakui, PKB diasosiasikan dengan partainya Nahdlatul Ulama (NU) serta berasal dari kalangan pondok pesantren. Untuk itu, diperlukan wajah baru PKB agar diterima kalangan yang lebih luas, termasuk anak muda. Salah satunya, saat ini juru bicara muda PKB berusia maksimal 31 tahun. Tidak hanya itu, salah satu juru bicara muda PKB juga bukan seorang Muslim dan berasal dari keturunan Tionghoa.
”Ini justru bagus. Jadi PKB harus menggaet suara dari luar NU, dari anak muda. Tidak hanya sowan ke pondok pesantren, tapi juga ke luar karena sekarang banyak parpol sudah menggabungkan diri ke program anak muda,” ucap Ais.
Berdasarkan survei, dari anak muda berusia 17-39 tahun, sebanyak 6 dari 10 orang mengaku mengikuti pembicaraan tentang isu sosial, isu perubahan iklim, hingga isu politik.
Isu kekinian
Pentingnya memahami anak muda melalui isu kekinian diamini oleh peneliti Litbang Kompas, Arita Nugraheni. Menurut Arita, berdasarkan survei, dari anak muda berusia 17-39 tahun, sebanyak 6 dari 10 orang mengaku mengikuti pembicaraan tentang isu sosial, isu perubahan iklim, hingga isu politik. Namun, hanya 4 dari 10 orang yang benar-benar memahami isunya.
Baca juga: Tertarik Jadi Wakil Rakyat? Lewati Dulu Serangkaian Tes di Parpol

Proses "tapping" Strategi Pemilu 2024" yang menghadirkan politisi muda Partai Golkar Dyah Roro Esti (kanan) dan Juru Bicara Muda Partai Kebangkitan Bangsa Ais Shafiyah Asfar di Menara Kompas, Jakarta, Senin (20/3/2023).
Untuk itu, pertama-tama, parpol dibutuhkan untuk meningkatkan pendidikan politik bagi mereka sehingga akan meningkatkan kualitas mereka dalam merespons suatu isu. Dari situ, anak muda dapat dilibatkan secara bertahap.
”Anak muda itu perlu konten yang bermuatan politik, tapi enak dan renyah. Dan konten pun enggak jayus (lelucon yang tak berhasil mengundang tawa). Karena, ada politikus yang datang ke anak muda tapi dengan cara menggurui, kan, males juga,” ujar Arita.
Menurut Arita, yang perlu ditawarkan parpol kepada anak muda adalah program kerja, bukan sekadar ideologi. Melalui program kerja, anak muda bisa melihat, apa yang bisa diberikan parpol kepada masyarakat.
Hasil survei Litbang Kompas periode Januari 2023 mencatat, minat gen Z (kisaran 17-26 tahun) untuk menggunakan hak pilih pada Pemilu 2024 cukup besar. Namun, antusiasme mereka cenderung lebih tertuju pada kontestasi pemilihan presiden. Ketika harus memilih sekaligus untuk kontestasi capres, partai, dan caleg, antusiasme gen Z paling rendah dibandingkan generasi di atasnya.

Secara terpisah, pengajar dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Preciosa Alnashava Janitra, berpandangan, isu kekinian memang dapat menjadi pintu masuk untuk mendekati anak muda dan banyak parpol sudah menangkap peluang itu. Namun, jika momennya tidak tepat, hal itu justru kontraproduktif.
”Misalnya, belum lama ini ada konser grup musik Blackpink. Lalu, ada parpol yang melakukan giveaway tiket, tapi dengan syarat berfoto di depan baliho tokoh parpol. Bagi anak muda yang kritis, hal itu malah jadi bumerang karena seolah kesukaan mereka terhadap idolanya dipolitisasi atau diboncengi kepentingan politik,” tutur Alnashava atau biasa disapa Shava.
Shava mengamini, media sosial membantu parpol menjangkau anak muda. Namun, untuk masuk ke anak muda melalui isu kekinian tetap diperlukan riset. Penggunaan medsos dengan sekadar menyampaikan jargon atau pesan tertentu justru bisa menjadi sasaran kritik anak muda.
Baca juga: Saksi Parpol, Ujung Tombak Pengawal Suara dalam Pemilu
Tentang cara penyampaian, model komedian tunggal saat ini justru digandrungi anak muda. Sebab, nilai dan pesan yang hendak disampaikan akan lebih mudah diterima, termasuk oleh mereka yang sebelumnya tidak memahami konteksnya.
Besarnya pemilih muda membuat mereka menjadi rebutan parpol. Namun, jika menggarap ceruk suara ini secara asal-asalan, siap-siap saja untuk ditinggalkan.