Asa Menghimpun Kedermawanan dan Ikhtiar Mengurangi Kemiskinan
Manfaat zakat diharapkan bisa terus diperluas, termasuk untuk mengatasi kemiskinan ekstrem.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
Dengan populasi penduduk Muslim sebanyak 87,2 persen, potensi zakat di Indonesia tergolong besar, yakni mencapai Rp 327 triliun jika dihitung berdasarkan Indikator Pemetaan Potensi Zakat. Namun, realisasi zakat yang terhimpun baru sekitar Rp 71,4 triliun dan sebagian besar tak disalurkan lewat organisasi pengelola zakat resmi.
Besarnya potensi zakat membuat Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) berani memasang target pengumpulan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya hingga Rp 26 triliun pada 2022. Hasilnya, Baznas berhasil mengumpulkan sekitar Rp 22 triliun sepanjang tahun itu. Meski belum sesuai target, angka tersebut meningkat 57 persen dari pengumpulan tahun 2021 yang mencapai Rp 14 triliun. Tahun 2023 ini, Baznas kembali menaikkan target pengumpulan zakat, infak, dan sedekah menjadi Rp 33 triliun.
Dari data tersebut bisa dikatakan, potensi zakat yang luar biasa di Tanah Air belum tergali dengan optimal. Padahal, banyak kalangan yang mengharapkan zakat dapat dimanfaatkan untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan.
”Penghimpunan dan kebermanfaatan zakat juga diharapkan makin meningkat, serta dampaknya bagi umat akan semakin luas dan nyata,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada Penganugerahan Baznas Award 2023 di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Untuk dapat bertumbuh secara maksimal, zakat memerlukan ekosistem yang baik. Berbagai komponen penting dalam ekosistem zakat harus terus dikelola dengan baik dan dikembangkan agar potensi zakat yang luar biasa dapat tergali secara optimal.
Wapres Amin menjelaskan, komponen utama ekosistem zakat mencakup sumber zakat atau asal-usul harta zakat itu sendiri, muzaki atau orang yang wajib membayar zakat, amil zakat, dan mustahik atau orang yang berhak. Semua aspek, mulai perencanaan, penghimpunan, penyaluran, hingga akuntabilitas zakat, harus terus dikelola secara profesional dan amanah.
Diperlukan pula komponen pendukung ekosistem zakat, seperti perbaikan regulasi, tata kelola, peningkatan literasi, serta edukasi dan riset. Selain itu, optimalisasi saluran transaksi, kerja sama mitra bantuan, pemanfaatan data dan digitalisasi, serta penguatan asosiasi dan jejaring.
Kami ingin juga bahwasanya zakat ini akan berdampak besar, terutama dalam mengurangi dan menghilangkan kemiskinan, terutama kemiskinan ekstrem.
Baznas sebagai lembaga pengelola zakat secara nasional sudah seharusnya aktif berperan mengupayakan penguatan ekosistem zakat nasional. ”Seluruh komponen ekosistem zakat perlu diorkestrasi, diharmonisasikan, dan dikuatkan perannya agar makin selaras dan saling mendukung dalam optimalisasi pengelolaan zakat,” kata Wapres Amin.
Di bagian akhir sambutannya, Wapres Amin mengatakan, semua ajaran Islam—termasuk zakat—mempunyai hikmah dan memiliki dampak. ”Kami ingin juga bahwasanya zakat ini akan berdampak besar, terutama dalam mengurangi dan menghilangkan kemiskinan, terutama kemiskinan ekstrem,” kata Wapres yang juga Ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan kemiskinan ekstrem nol persen pada tahun 2024. Awal April lalu, ketika memberikan keterangan pada sesi konferensi pers di Istana Kepresidenan Yogyakarta, Wapres menjelaskan bahwa target tersebut dipatok sebelum pandemi Covid-19.
Meskipun demikian, pemerintah masih tetap berkeinginan mencapai target penurunan kemiskinan ekstrem tersebut dengan berbagai cara. Hal ini ditempuh dengan mengoordinasikan langkah-langkah agar lebih efektif, melakukan terobosan-terobosan dengan mempercepat gerakan, dan membuat sasaran-sasaran prioritas di mana masih ada kemiskinan yang tinggi.
”(Terkait prioritas) ini, kan, kami sudah ada 12 provinsi yang menjadi sasaran. Kami masih tetap menginginkan supaya 2024 itu nol persen. Artinya, kita masih tetap berkeinginan. Bahwa karena adanya pandemi, (upaya mencapai target) itu memang terhambat, sehingga memang lebih berat. Tetapi masih ada sisa waktu. Ini akan kita genjot terus. Kami optimistis bisa (mencapai target),” ujar Wapres.
Sebelumnya, saat merilis berita resmi statistik pada 16 Januari lalu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan, pada September 2022 persentase penduduk miskin di Indonesia sebesar 9,57 persen atau naik 0,03 persen dibandingkan Maret 2022. Apabila dibandingkan posisi September 2021, persentase penduduk miskin pada September 2022 tersebut menurun 0,14 persen.
Tingkat kemiskinan pada September 2022 kondisinya belum pulih apabila dibandingkan kondisi prapandemi Covid-19. Sebagai perbandingan, pada Maret 2019, jumlah penduduk miskin dan rasio kemiskinan di Indonesia tercatat 25,14 juta orang dan 9,41 persen. ”Hal ini, salah satunya, disebabkan oleh kondisi tenaga kerja, di mana belum sepenuhnya angkatan kerja mampu terserap di pasar kerja akibat pandemi,” kata Margo.
Ketua Baznas Noor Achmad menuturkan, ada harapan gerakan zakat dapat ikut menyelesaikan kemiskinan ekstrem di Indonesia. Oleh karena itu, Baznas terus berupaya menggali potensi zakat. Berbagai program juga disiapkan untuk meningkatkan besaran zakat yang dihimpun.
”Kami berjanji dengan Bapak Wapres, insya Allah, kalau gerakan zakat ini, apa yang diperoleh oleh Baznas meningkat terus, kita akan bersama-sama dengan Bapak Wapres bisa menyelesaikan kemiskinan ekstrem yang ada di Indonesia,” katanya.
Selama dua tahun terakhir, Baznas meluncurkan Gerakan Cinta Zakat sebagai salah satu upaya untuk menggali potensi zakat. Tahun ini, menurut Noor, Baznas akan meluncurkan program ”Berkah Berzakat: Terima Kasih Muzaki dan Terima Kasih Mustahik” untuk mengapresiasi kinerja organisasi pengelola zakat serta pemangku kepentingan yang turut mendukung dan mendorong kebangkitan zakat di Indonesia
Apresiasi diberikan karena ternyata selama pandemi Covid-19, terdapat peningkatan jumlah masyarakat yang berinfak dan bersedekah. ”Yang mengagumkan, mereka tidak berzakat, tetapi infak. Yang mengagumkan lagi, yang infak itu anak-anak muda. Jadi, yang semula kami punya muzaki atau munfiq itu 700.000 (orang), selama Covid-19 melonjak sampai hampir 3 juta. Siapa yang menguasai, adalah anak-anak muda,” kata Noor.
Pengalaman selama pandemi Covid-19 menunjukkan kedermawanan warga ada di mana-mana. Di sisi lain, kemiskinan pun ada di berbagai tempat. Saatnya menghubungkan kedermawanan itu untuk membebaskan saudara-saudara sebangsa setanah air dari jerat kemiskinan.