Densus 88 Tangkap Lima Tersangka Teroris di Sulawesi Tengah
Lima tersangka kasus terorisme di Sulawesi Tengah ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror. Diduga mereka masuk jaringan Jamaah Islamiyah. Kelimanya diyakini hasil pengembangan dari penangkapan tersangka sebelumnya.
Kepala Biro Humas Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Ahmad Ramadhan dalam keterangan tertulis, Jumat (17/3/2023), mengatakan, pada Kamis (16/3) Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri melakukan penegakan hukum dengan menangkap lima tersangka teroris. ”Lima tersangka teroris yang ditangkap adalah kelompok jaringan teroris Jamaah Islamiyah Provinsi Sulawesi Tengah,” kata Ahmad.
Kelima tersangka tersebut, lanjut Ahmad, berinisial ZA, KB, AF, MA, dan RAM. Namun, Ahmad tidak memerinci lebih jauh mengenai keterlibatan atau peran masing-masing tersangka dalam tindak pidana terorisme.
Terkait penangkapan tersebut, pengamat terorisme Al Chaidar berpandangan, penangkapan tersebut merupakan buah dari kinerja Densus 88 Antiteror Polri. Kelima tersangka teroris yang ditangkap tersebut diyakini merupakan hasil dari pengembangan kasus dan pengakuan tersangka teroris yang ditangkap sebelumnya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Ahmad Ramadhan, dalam jumpa pers, Senin (6/3/2023).
”Kerja Densus 88 itu berdasarkan pada investigasi di lapangan dan perkembangan dari pengakuan para tersangka sebelumnya. Dan, pengakuan tersangka teroris itu biasanya baru didapatkan lama setelah penangkapan, semisal ada yang dua bulan setelah ditangkap, bahkan ada yang sampai setahun baru memberikan keterangan. Sangat lama,” tutur Al Chaidar.
Oleh karena itu, Al Chaidar meyakini bahwa penangkapan tersangka teroris tersebut tidak terkait dengan datangnya bulan Ramadhan. Di sisi lain, terdapat kelompok teroris lain yang menganggap bulan Ramadhan sebagai momen yang tepat untuk menjalankan aksi teror.
Al Chaidar meyakini bahwa penangkapan tersangka teroris tersebut tidak terkait dengan datangnya bulan Ramadhan.
Daerah rawan
Menurut Al Chaidar, penangkapan kelima tersangka teroris itu dinilai sebagai salah satu keberhasilan Densus 88 Antiteror Polri dalam mendalami jaringan teroris. Sebab, mereka ditangkap di Sulawesi Tengah yang dalam perspektif terorisme merupakan wilayah yang cenderung konfliktual atau daerah yang rawan. Sementara, dari sisi penyebaran jaringan JI, Sulteng termasuk satu dari 16 provinsi di Indonesia yang menjadi basis jaringan JI.
”Sulawesi Tengah, khususnya daerah Poso. Banyak anggota kelompok tersebut yang berasal dari Sumbawa atau Nusa Tenggara Barat,” kata Al Chaidar.
Menurut Al Chaidar, dulu kelompok JI memiliki pengaruh besar terhadap kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Namun, di tengah jalan, MIT mengubah halauannya ke kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Dengan tertangkapnya lima tersangka teroris tersebut, menurut Al Chaidar, terdapat kemungkinan adanya simpatisan MIT yang kembali kepada JI. Sebab, kelompok MIT sudah habis dengan tewasnya anggota terakhir MIT bernama Askar atau disebut Pak Guru dalam satu kontak tembak dengan Satuan Tugas Madago Raya di Kabupaten Poso, Sulteng, September 2022.
”Maka, ada kemungkinan MIT itu kembali lagi kepada JI. Sekaligus, penangkapan ini menunjukkan sebenarnya MIT itu masih ada,” kata Al Chaidar.
Dikutip dari laman Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), berdasarkan survei yang dilakukan bersama beberapa instansi lain, terjadi penurunan Indeks Potensi Radikalisme pada 2022 dibandingkan 2020. Jika pada 2020 berada pada 12,2 persen, pada 2022 menjadi 10 persen. Selain itu, survei tersebut menemukan bahwa potensi radikalisme lebih tinggi pada perempuan, generasi muda, dan mereka yang aktif di internet.