Di HUT Ke-80, Wapres Amin Disebut Dapat Sinergikan Islam dan Politik
Sosok Wapres Ma'ruf Amin menunjukkan bahwa Islam dan politik bisa bersinergi. Dengan politik yang dilandasi nilai-nilai luhur, kekuatannya menjadi luar biasa.
JAKARTA, KOMPAS — Pada hari jadinya yang ke-80, Wakil Presiden Ma’ruf Amin disebut sebagai ulama dan juga tokoh yang telah mengajarkan agama Islam dan kekuasaan bisa bersinergi menjadi satu kekuatan politik. Memperjuangkan Islam wasatiyah atau Islam moderat yang inklusif.
Penilaian itu adalah testimoni yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD di perayaan hari jadi ke-80 Wapres Ma’ruf Amin di salah satu hotel di Jakarta Pusat, Sabtu (11/3/2023).
Selain Mahfud, setidaknya 10 menteri Kabinet Indonesia Bersatu lainnya juga turut hadir di acara tersebut. Mereka antara lain Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, serta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Wapres Amin yang didampingi Nyonya Wury memasuki ruangan grand ballroom tempat berlangsungnya perayaan bersama wapres ke-10 dan ke-12 Indonesia M Jusuf Kalla. Beberapa anak Ma’ruf Amin juga hadir di acara itu, seperti Siti Mamduha, Siti Nur Azizah, Siti Hanna, Siti Haniatunnisa, dan Ahmad Muayyad.
Di acara itu juga diluncurkan buku tentang Ma’ruf Amin berjudul Kiai Wapres, Wapres Kiai. Perayaan ulang tahun pun ditandai dengan penandatangan secara digital untuk peluncuran buku tersebut. Buku itu kemudian dibagikan kepada para menteri dan undangan.
Baca juga: Sikap Kerja 80 Tahun Wapres Amin
Mahfud MD yang memberikan sambutan selamat ulang tahun kepada Wapres Amin di acara itu, kemudian menyampaikan, Ma’ruf Amin merupakan sosok yang mampu menunjukkan bahwa Islam dan politik sama sekali tidak bertentangan, tetapi bisa bersinergi.
Dengan mengutip Imam Al-Ghazali, Mahfud menyampaikan, agama asas, nilai-nilai luhur perjuangan, sedangkan kekuasaan politik adalah pengawal perjuangan. Suatu perjuangan yang tidak dikawal kekuatan organisasi atau negara dengan benar, kegagalannya menjadi niscaya.
Ma’ruf Amin merupakan sosok yang mampu menunjukkan bahwa Islam dan politik sama sekali tidak bertentangan.
”Jadi jangan dipertentangkan. Orang Islam boleh berpolitik atau tidak? Boleh!” tuturnya.
Hal terpenting, lanjutnya, menjadikan Islam dalam inklusivitas dan kosmopolitanisme di tengah bangsa yang sangat beragam. Dengan demikian, yang diperjuangkan umat Islam saat ini adalah apa yang disebut Ma’ruf Amin sebagai Islam wasatiyah atau Islam moderat.
Kehadiran Kiai Ma’ruf Amin di pentas perpolitikan nasional, menurut Mahfud, juga menunjukkan pentingnya peran umaro (pemerintah) dan ulama (pemimpin agama). ”Ini mungkin yang sedang terjadi di Indonesia. Kalau melihat orang yang rusak, saling curi, saling ganggu dan saling fitnah, itu karena pemerintahnya rusak, tidak konsisten, korup, tidak disiplin. Kenapa pemerintah rusak, karena ulamanya rusak, cendekiawannya rusak membikin dalil-dalil sembarangan, bukan untuk rakyat banyak,” kata Mahfud lagi.
Pemerintahan rusak itu, lanjutnya, disebabkan ulama, cendekiawan, dan ilmuwan menelurkan saran-saran yang destruktif ketika lebih mencintai harta benda.
Rasa syukur
Di kesempatan itu, Wapres Amin menyampaikan rasa syukurnya karena sudah berusia 80 tahun. Usia ini, ujarnya, melebihi umur Nabi. Nabi Muhammad SAW wafat di usia 63 tahun.
Wapres Amin juga menambahkan, hal terpenting bukan umur, melainkan amal. Sebab, banyak yang berumur panjang tetapi sedikit faedahnya, dan sebaliknya ada yang berumur sedikit tapi amalnya baik, berguna, serta bernilai.
Dengan demikian, umur berkah bukan dilihat dari banyaknya hari-hari dan masa hidup seseorang. Umur berkah adalah umur yang dipergunakan sebaik-baiknya untuk berbagai amal kebajikan.
Baca juga: Wapres: Pemerintah Terus Menjaga Keamanan dan Kesejahteraan Papua
”Saya merasa umur saya panjang tapi nilai yang saya berikan tidak banyak. Karena itu, saya mohon maaf sebagai tokoh agama dalam kiprah berulama sampai menjadi rais aam dan ketua umum dan juga dalam kapasitas saya sebagai wapres, saya yakin apa yang saya berikan jauh dari semestinya. Karena itu, saya mohon maaf karena tidak bisa menggunakan dengan seharusnya,” tuturnya.
Wapres Amin menambahkan bahwa yang ia berikan, itu semua bukan karena kehebatan atau kepintarannya. ”Ini semata pertolongan Allah SWT karena kita tidak memiliki apa-apa,” ujarnya.
Wapres Amin mengaku bahwa orangtuanya mempersiapkannya sebagai kiai sehingga dia bersekolah di pesantren. Hal ini membawanya menjadi pengurus Nahdlatul Ulama dan kemudian ke Majelis Ulama Indonesia.
Wapres Amin mengaku bahwa orangtuanya mempersiapkannya sebagai kiai sehingga dia bersekolah di pesantren.
”Tapi rupanya Pak Jokowi menarik supaya berpindah arah dari kekiaian ke ke-umaraan, kenegaraan. Walau modal saya enggak terlalu banyak, untung saya pernah jadi anggota DPRD DKI sebelas tahun dan pernah di DPR RI. Jadi saya punya pengalaman sedikit,” tambahnya.
Selain itu, pengalaman menjabat Dewan Pertimbangan Presiden di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disebutnya menambah modal.
Namun, dia menjelaskan saat menjelang Pemilu Presiden 2019 dan ditanya bagaimana cara kerja sebagai wapres bila terpilih. Wapres Amin mengakui tak punya pengalaman sebagai wapres saat itu. Namun, dia mengatakan akan seperti orang bermain badminton saja dalam kerja sebagai wapres.
”Kalau pasangan saya ke depan, saya ke belakang. Kalau pasangan saya ke kanan, saya ke kiri. Kalau pasangan saya ke belakang, saya ke depan sehingga tidak terjadi tabrakan dan saling isi,” kata Amin yang mengakui menyukai badminton.
Ke depannya, sampai 2024, dia berharap bisa terus bekerja baik dan berakhir baik. ”Soal bagaimana hasil dan penilaian, masyarakat yang akan menilai dan Allah yang akan menilai paling benar dan paling adil,” tambahnya.
Memeriahkan acara peluncuran buku tersebut, salah satu cucu Wapres Amin, Zaituna Ratu Dewi Tanara, membawakan tari Slendang Batik Nusantara bersama teman-temannya dari Sekolah Citra Islami. Wapres Amin tampak terkejut saat melihat anak-anak ini menari dan kemudian menyalami Wapres Amin dan Nyonya Wury. Keduanya kemudian mencium cucu mereka serta mengajaknya berfoto.
Baca juga: Wapres: Laju Kemiskinan Terus Dikendalikan
Acara ini juga dimeriahkan aktor, pelawak, dan penyanyi Gilang Dirga yang melantunkan lagu ”Buku Ini Aku Pinjam” karya Iwan Fals serta lagu melayu ”Seroja”. Selain itu, penyanyi Ebiet G Ade juga menyanyikan beberapa lagu andalannya, seperti ”Elegi Esok Pagi” dan ”Berita kepada Kawan”.
Siti Mamduhah, anak kedua Ma’ruf Amin dengan istri pertamanya, Siti Churiyah, yang meninggal tahun 2013, mengatakan, ayahnya adalah inspirasi dan teladan bagi putra-putrinya. Karena itu, selain merasa bangga dan bersyukur, mereka mengharap keselamatan untuk Ma’ruf Amin yang dipanggil Abah itu.
Siti Mamduhah, anak kedua Ma’ruf Amin dengan istri pertamanya, Siti Churiyah yang meninggal tahun 2013, mengatakan, ayahnya adalah inspirasi dan teladan bagi putra-putrinya.
Beberapa ucapan selamat dan testimoni dari berbagai pihak juga disampaikan dia acara tersebut. Ketua MUI Anwar Abbas, misalnya, menyebut Ma’ruf Amin sebagai ahli fikih yang bertransformasi menjadi ahli ekonomi syariah dan sangat peduli terhadap terciptanya keadilan ekonomi.
Tak hanya itu, wartawan yang sehari-hari meliput kegiatan Wapres juga memberikan kado berupa karikatur Wapres Amin. ”Bagus sekali ya, terima kasih,” ujar Wapres Amin sembari tersenyum lebar.