Gubernur Lemhannas: 2023 Dibayangi Ancaman yang Kompleks
”Seperti berjalan di atas kaca, bisa dilalui tetapi harus melangkah hati-hati agar kacanya bisa dilalui dan tidak pecah berantakan,” kata Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto menggambarkan tantangan pada 2023.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
AFP/RONALDO SCHEMIDT/RS
Seorang tentara Ukraina berpatroli di dekat rumah yang terbakar di Desa Lukianivka, dekat Kyiv, Rabu (30/3/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional atau Lemhannas Andi Widjajanto mengingatkan, situasi geopolitik yang akan dihadapi Indonesia pada tahun 2023 sangat menantang. Tantangan itu lebih kompleks daripada 1997-1998 karena saat ini ada ancaman perang nuklir dan resesi ekonomi global yang membayangi.
Andi menuturkan, pada tahun 1997-1998, yang dihadapi Indonesia sebelum reformasi hanya tantangan ekonomi makro yang ambruk. Namun, pada 2023 ini, ada resesi ekonomi di Amerika Serikat, perang besar antara Rusia dan Ukraina, hingga perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Ada lebih banyak variabel kritikal yang lebih mengkhawatirkan.
”Kami seperti berjalan di atas kaca, bisa dilalui tetapi harus melangkah hati-hati agar kacanya bisa dilalui dan tidak pecah berantakan,” katanya dalam paparan ”Mitigasi Risiko Krisis 2023” bersama pemimpin redaksi di Jakarta, Rabu (22/2/2023).
Andi menjelaskan, berdasarkan kajian yang dilakukan Lemhannas, dari luar negeri pada akhir Maret 2023 ini diprediksi AS akan masuk masa resesi baru. AS harus menaikkan batas utangnya sehingga situasi politik domestiknya menjadi tidak ideal. Di Asia, sejumlah negara juga sudah ambruk perekonomiannya, seperti Sri Lanka. Pakistan juga sudah membatasi penggunaan listrik untuk konsumsi industri dan rumah tangga karena tidak bisa membeli bahan bakunya. Turki juga dilanda inflasi atau kenaikan harga-harga yang sangat tinggi.
Sementara itu, perang antara Rusia dan Ukraina juga masih membayangi. Pada saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2022, Andi juga mendengar langsung bahwa Rusia tidak akan mempertimbangkan menggunakan senjata nuklir dalam perang dengan Ukraina. Namun, jika ada serangan udara ke wilayah Rusia, akan dipertimbangkan penggunaan senjata nuklir.
”Pertanyaannya, wilayah Rusia yang dimaksud yang mana? Apakah benar-benar Rusia atau empat wilayah Ukraina yang dikuasai oleh Rusia?” katanya.
KOMPAS/SUCIPTO
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto saat diwawancarai di Universitas Balikpapan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (21/6/2022).
Situasi saat ini, lanjutnya, negara-negara Barat sekutu AS sudah mulai membantu persenjataan Ukraina. Mereka sudah mulai membantu dengan pesawat tempur dan tank. Jika eskalasi terus meningkat, dikhawatirkan serangan nuklir akan benar-benar terjadi. Ancaman segenting itu terakhir kali dirasakan pada perang Kuba tahun 1962. Saat itu, situasi dunia sudah siap untuk perang nuklir.
Sementara itu, dari dalam negeri juga akan ada pergantian pejabat di lingkup TNI yang diprediksi akan berpengaruh pada situasi politik dan keamanan. Pada November 2023, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman akan pensiun. Sementara itu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono juga akan pensiun pada Desember 2023. Dua pejabat tinggi itu akan pensiun pada saat kampanye pemilu berjalan. Idealnya, masa pensiun tiga bulan sebelum kampanye karena mereka akan terlibat dalam pengamanan pemilu.
Meskipun demikian, situasi ekonomi Indonesia di 2022 masih cukup menggembirakan. Masih ada pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31 persen. Dengan begitu, Indonesia masih disebut oleh International Monetary Fund sebagai bright spot atau titik terang ekonomi karena bisa mengendalikan inflasi atau harga. Indonesia juga masih punya cadangan devisa yang cukup. Nilai tukar rupiah juga masih cenderung stabil.
”Kami sudah sampaikan kepada Presiden dan Dewan Ketahanan Nasional. Kami sudah memberikan early warning sehingga harapannya 2023 bisa dilewati dengan baik dan skenario terburuk bisa dihindari,” katanya.
TANGKAPAN LAYAR KOMPAS TV
Pakar hubungan internasional Dinna Prapto Raharja pada acara Satu Meja the Forum bertajuk ”Mampukah Jokowi Damaikan Rusia-Ukraina” yang disiarkan Kompas TV, Rabu (29/6/2022) malam.
Praktisi hubungan internasional Dinna Prapto Raharja sepakat bahwa ada ancaman buruk dari situasi geopolitik terutama dari perang Rusia-Ukraina. Ini dipengaruhi oleh ambisi AS yang ingin menjadi negara adikuasa yang unipolar. AS akan mendesak kekuatan yang berbeda dan tidak selaras, baik ideologi, politik, maupun perekonomian, untuk menyerah dan membuka diri kepada AS. Selain tekanan dunia Barat terhadap Rusia, AS juga melakukan hal yang sama dengan China. Posisi India masih abu-abu karena tidak mau berkonfrontasi langsung dengan AS.
”Ambisi AS yang ingin menjadi satu-satunya kekuatan dunia dari politik dan ekonomi ini juga menjadi ancaman tersendiri dibandingkan dengan perangnya. Perang Rusia dan Ukraina juga harus diantisipasi karena sepertinya perang masih belum akan berhenti,” ungkapnya.
Menghadapi ancaman itu, politik luar negeri Indonesia harus lebih solid. Indonesia jangan hanya pasi, menunggu dan menanti dengan penuh kegalauan. Posisi Indonesia saat ini menganggap bahwa situasi masih positif. Rusia akan baik-baik saja, China bisa duduk dengan Amerika Serikat. Seharusnya Indonesia sudah merancang skenario dan rencana strategis jangka pendek ataupun jangka panjang.
Situasi geopolitik itu pun, menurut dia, harus diantisipasi agar tidak digunakan oleh elite-elite politik di Indonesia untuk menggoreng isu seperti penundaan pemilu. Dinna mendengar bahwa skenario penundaan pemilu belum sepenuhnya hilang. Ini harus dijaga oleh masyarakat sipil agar tidak digunakan sebagai momentum untuk mengkhianati konstitusi dan reformasi.