Anies: Dukungan PKS Bentuk Kerja Sama Berkelanjutan
Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Rasyid Baswedan, mensyukuri dukungan yang telah dinyatakan PKS kepadanya sebagai calon presiden.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS — Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Rasyid Baswedan, mensyukuri dukungan yang telah dinyatakan Partai Keadilan Sejahtera kepadanya sebagai calon presiden. Menurut Anies, dukungan tersebut merupakan bentuk kerja sama kedua belah pihak yang saling berkelanjutan. Bertambahnya partai pendukung juga diharapkannya mampu memperkuat soliditas koalisi.
“Saya merasa terhormat atas kepercayaan yang diberikan PKS. Ini sebuah kepercayaan besar. Dan, kita sudah bekerja bersama ketika PKS mengusung saya di DKI Jakarta, sehingga sekarang berkelanjutan. Ini bukan sesuatu yang baru. Ini melanjutkan yang selama ini sudah terbangun,” kata Anies, seusai diskusi budaya dengan para dalang, di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (2/1/2023) petang.
Anies mengungkapkan, dukungan itu sekaligus memberikan pesan perihal kerja sama yang terus bersambung. Upaya mendorong perbaikan, sebut dia, mesti didasari kemauan untuk bekerja sama. Hal serupa berlaku bagi segala usaha menghadirkan keadilan sosial.
Sebelumnya, Wakil Majelis Syuro PKS Sohibul Iman mengungkapkan, sedikitnya ada tiga alasan dukungan partai dilabuhkan pada Anies, yaitu bisa melakukan perubahan pada Indonesia, berjiwa nasionalis dan religius, serta memiliki kans untuk menang. Indikator terakhir hendaknya dibuktikan lewat survei elektabilitas yang dilakukan berbagai lembaga.
“Tidak harus memiliki elektabilitas tertinggi. Tetapi, setidaknya orang itu masuk dalam tiga besar elektabilitas tertinggi karena kandidat yang masuk tiga besar itu punya peluang menang yang sama besar. Tidak harus yang tertinggi tetapi kerja keras partai yang akan menentukan,” kata Sohibul. (Kompas, 31/1/2023)
Dengan adanya dukungan dari PKS, artinya sudah ada tiga partai yang menyatakan dukungannya ke Anies. Dua partai yang sudah lebih dulu menyatakan dukungan ialah Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan Partai Demokrat. Partai Nasdem telah mendukung Anies sebagai bakal calon presiden sejak Oktober 2022, sedangkan Partai Demokrat baru mengungkapkan dukungannya pekan lalu.
“Partai Nasdem yang pertama kali, kemudian Partai Demokrat pekan lalu. Dan, pekan ini ada Partai PKS. Insya Allah, soliditas ini bisa semakin terjaga,” kata Anies.
Tiga partai yang mendukung Anies, yakni Demokrat, Nasdem, dan PKS, tergabung dalam Koalisi Perubahan. Dukungan bersama semacam itu diperlukan karena masing-masing partai tidak bisa mengusung calon presidennya sendiri. Itu disebabkan oleh aturan ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) sebesar 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional.
Terbentuknya koalisi memunculkan pertanyaan baru, yaitu siapakah sosok tepat calon wakil presiden yang nantinya bakal mendampingi Anies. Sejauh ini, koalisi tersebut memang belum menentukannya. Ketiganya menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Anies.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Wawan Mas’udi menjelaskan, dukungan eksplisit dari PKS memberikan modal dan kepercayaan politik bagi Anies. Itu sekaligus menandakan terbentuknya koalisi baru dalam konstelasi pemilu nanti. Namun, dari sudut pandang lainnya, keberadaan koalisi tersebut sekaligus menunjukkan kemandekan kaderisasi ketiga partai politik.
“Bagaimana pun, tiga partai itu sudah cukup lama berdiri. Tetapi, untuk menentukan sosok calon presiden saja harus berasal dari tokoh-tokoh yang berada di luar partai. Meski itu boleh dalam konteks demokrasi, tetapi dalam kerangka fungsi partai untuk melakukan kaderisasi kepemimpinan, tampaknya ada hal yang belum sepenuhnya terbangun,” kata Wawan.
Selanjutnya, Wawan mengungkapkan, proses pencalonan juga masih cukup panjang. Terlebih lagi, pendaftarannya baru dilangsungkan Oktober. Untuk itu, koalisi yang terbentuk juga akan cukup cair dan dinamis hingga masa pendaftaran tiba. Itu dibuktikan dari sikap koalisi yang urung menetapkan bakal calon wakil presiden mereka.
Wawan menilai, figur pendamping Anies kelak akan menjadi jalan temu dari ketiga partai yang tergabung dalam koalisi tersebut. Faktor penentunya kemungkinan berupa hal-hal teknis dalam kontestasi pemilu nanti. Entah itu persoalan pembiayaan politik hingga keuntungan elektoral bagi internal partai. Jika kesepakatan tak juga ditemui, bukan hal mustahil koalisi bisa terpecah.
“Ketiga partai masih bersaing dalam konteks legislatif. Apalagi kalau ada ceruk-ceruk suara yang sama mereka akan saling berhitung. Justru kalau hanya menguntungkan satu atau dua partai, yang merasa dirugikan akan berhitung ulang,” kata Wawan.