Momen bergandengan tangan antara Gibran Rakabuming Raka dan Megawati Soekarnoputri kembali menjadi pembicaraan. Peristiwa itu dinilai menunjukkan bahwa Gibran bukan kader biasa di PDI-P.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Momen bergandengan tangan antara Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, dan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri kembali menjadi pembicaraan. Selain menampilkan kedekatan, peristiwa gendengan tangan itu juga dinilai menunjukkan bahwa Gibran bukan kader biasa di PDI-P.
Peristiwa Megawati menggandeng tangan Gibran diketahui terjadi setelah keduanya menghadiri pelantikan Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu, Senin (30/1/2023), di Kota Semarang, Jawa Tengah. Dalam kesempatan itu, wajah Gibran terlihat semringah.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Gibran juga mengunggah foto tersebut melalui akun Twitter-nya, @gibran_tweet, pada Senin sore. Hingga Selasa (31/1/2023) siang, unggahan itu disukai 4.373 pengguna Twitter lainnya.
”Banyak pesan. Rahasia (isi pesannya). Woconen seko (baca saja dari) ekspresi muka saya waktu digandeng Bu Mega. Itu bisa menjawab, ya,” kata Gibran saat ditemui di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa siang.
Beberapa waktu belakangan, Gibran kerap disebut akan maju dalam pemilihan gubernur (pilgub) pada tahun 2024. Dia disebut bakal bertarung dalam pilgub Jawa Tengah atau DKI Jakarta. Oleh karena itu, gandengan tangan Megawati pun memunculkan spekulasi mengenai kelanjutan langkah politik Gibran.
Ditanyai soal isu tersebut, Gibran enggan menjawab. Ia mengaku belum memastikan bagaimana langkah politiknya pada tahun 2024. Namun, Gibran menyebut telah memperoleh sejumlah arahan dari Megawati selaku ketua umum partai tempatnya bernaung.
Woconen seko (baca saja dari) ekspresi muka saya waktu digandeng Bu Mega. Itu bisa menjawab, ya (G.ibran Rakabuming Raka)
Menurut Gibran, arahan dari Megawati itu juga menyinggung soal politik. Ketertarikan adik Gibran, Kaesang Pangarep, untuk terjun ke dunia politik juga disinggung.
”Sing penting wis ketemu Ibu, uwis (yang penting sudah bertemu Ibu, sudah). Kemarin sudah cukup. Singkat, padat, dan jelas,” kata Gibran yang merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo.
Gibran menyebut, dirinya tak hanya menganggap Megawati sebagai pemimpin partai. Bagi Gibran, Megawati sudah seperti ibu dan neneknya sendiri. Apalagi, momen bergandengan tangan keduanya bukan terjadi sekali saja.
Kejadian serupa sempat tertangkap kamera di sela-sela acara tasyakuran pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono pada Desember 2022 lalu. ”Beliau sudah seperti ibu dan eyang saya sendiri. Pokoknya, tugasku kalau beliau ke sini, saya mengantar dan mendampingi,” kata Gibran.
Di sisi lain, Gibran terus berusaha menunjukkan kinerjanya dengan beberapa proyek pembangunan yang digarap semasa memimpin Surakarta. Hampir dua tahun memimpin, sedikitnya ada 16 proyek prioritas yang dicanangkannya.
Beberapa di antara proyek itu sudah diresmikan, misalnya, Masjid Raya Sheikh Zayed Al Nahyan, kebun binatang Solo Safari, dan Taman Pracima Pura Mangkunegaran. Selain itu, masih ada sejumlah proyek infrastruktur lain yang juga cukup vital, seperti pembangunan rel layang dan revitalisasi pasar tradisional.
Gibran juga selalu mendorong penyelenggaraan acara bertaraf internasional di Surakarta. Tahun lalu, ia mampu mendorong promotor musik untuk mendatangkan band asal Amerika Serikat, Dream Theater, yang tengah menggelar tur dunia. Tahun ini, giliran band asal Inggris, Deep Purple, yang akan konser di Surakarta.
”Berbagai proyek prioritas ini kan pekerjaan sekarang. Tugas saya menyelesaikan pekerjaan yang sekarang. Makanya jangan tanya tentang cagub-cagub (calon gubernur). Ini (proyek prioritas) juga tidak ingin pamer. Biar warga yang menilai saja,” kata Gibran.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menyebut, kabar majunya Gibran dalam pilgub masih akan dilihat lebih lanjut. Sebab, tahapan pilgub juga baru akan dilaksanakan setelah pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tuntas (Kompas, 30/1/2023).
Sementara itu, Abdul Hakim, pakar psikologi politik dari Universitas Sebelas Maret, menyampaikan, gandengan tangan antara Gibran dan Megawati menunjukkan kesan kedekatan di antara kedua sosok tersebut. Dari peristiwa itu, seolah tersirat pesan bahwa Gibran bukan kader sembarangan di PDI-P.
”Gibran itu dua kali digandeng Bu Mega. Seolah-olah (Bu Mega) ingin memberikan sinyal kepada kader-kadernya bahwa Gibran itu ada di bawah lindungan beliau sehingga tidak boleh diganggu. Pesan kepada publik juga cukup jelas. Gibran menjadi kader yang sangat penting bagi PDI-P,” kata Hakim.
Menurut Hakim, posisi Gibran dinilai penting karena dia merupakan salah seorang politisi muda paling populer saat ini. Dia menyebut belum ada sosok politisi muda lain di PDI-P yang tingkat popularitasnya melampaui Gibran.
Hakim juga meyakini popularitas Gibran bakal mampu menghasilkan limpahan elektoral dari kalangan pemilih muda untuk PDI-P pada pemilu mendatang. Dia menambahkan, gandengan tangan Megawati itu juga bisa dianggap sebagai sinyal bahwa PDI-P akan mendukung Gibran pada pemilu 2024.
”“Yang jelas, PDI-P memberikan kepastian akan ada di belakang Gibran. Entah dia mau maju ke Jawa Tengah atau DKI Jakarta. Dan, itu modal politik yang sangat penting. Artinya, Gibran sekarang punya posisi atau daya tawar tinggi di antara partai-partai lain,” kata Gibran.