Mathla’ul Anwar Berkomitmen Jaga Persatuan di Tahun Politik
Mathla’ul Anwar, organisasi kemasyarakatan yang didirikan para ulama di Banten pada awal abad ke-20, tak ingin polarisasi masyarakat yang terjadi sejak Pemilu 2019 terulang di Pemilu 2024.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi kemasyarakatan Mathla’ul Anwar berkomitmen untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta menghindari penggunaan politik identitas jelang Pemilu 2024. Pemilu dipandang sebagai agenda rutin lima tahunan dalam negara demokrasi yang semestinya tidak memicu perpecahan masyarakat.
Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar Embay Mulya Syarief mengatakan, sejak didirikan pada awal abad ke-20, komitmen organisasi kemasyarakatan (ormas) tersebut terhadap kebangsaan tak perlu diragukan. Bahkan, ormas yang didirikan para ulama di Banten itu turut berperan dalam mendirikan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Memasuki tahun politik jelang Pemilu 2024, ia juga mengajak seluruh warga Mathla’ul Anwar untuk menciptakan suasana yang kondusif agar polarisasi masyarakat yang terjadi pada Pemilu 2019 tidak terulang kembali. Hal tersebut penting karena meski Mathla’ul Anwar tidak berpolitik praktis secara kelembagaan, organisasi tetap memberikan kebebasan kepada setiap warganya untuk mengekspresikan hak politik masing-masing.
”Pemilu adalah ritual lima tahunan biasa, jangan sampai karena itu semua, Anda ribut, hal yang dilarang oleh agama. Sebaiknya kita menciptakan iklim politik yang teduh, tidak ada gesekan antarmasyarakat,” kata Embay saat berpidato dalam acara Silaturahmi Akbar Keluarga Besar Mathla’ul Anwar, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Minggu (29/1/2023).
Acara yang diselenggarakan Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) di MPR itu dihadiri Wakil Ketua MPR dari Fraksi PAN Yandri Susanto. Hadir pula Ketua Umum PAN sekaligus Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.
Embay melanjutkan, bangsa Indonesia sejak awal telah membangun politik integrasi. Setidaknya, itu terlihat dari pelaksanaan Sumpah Pemuda 1928. Begitu pula mosi integral yang dikemukakan M Natsir pada 1948, yang mengusulkan kembalinya bangsa Indonesia ke NKRI ketika dibentuk menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Politik integrasi itu didasarkan pada kesadaran atas bangsa yang majemuk.
”Kita adalah bangsa yang beragam, majemuk. Kita harus merawat kebinekaan itu agar tidak mudah dipecah belah karena saat terpecah belah itulah bangsa kita dulu dijajah selama ratusan tahun,” kata Embay.
Zulkifli Hasan ditemui seusai acara berharap, Mathla’ul Anwar bisa menjadi pelopor untuk mengakhiri perselisihan yang semestinya tidak perlu ada di tahun politik, terutama yang berkembang di media sosial. Dalam demokrasi, perbedaan preferensi masyarakat dalam menentukan pilihan politik adalah hal biasa. Pemilihan presiden (pilpres) pun adalah agenda rutin lima tahunan yang akan selalu dilaksanakan.
”Mathla’ul Anwar bisa menjadi contoh, menjadi mentor, menjadi pelopor untuk mempersatukan masyarakat karena kita ini adalah bangsa besar,” ujar Zulkifli.
Menurut dia, setiap tokoh yang akan berkontestasi di Pemilu 2024 perlu diberikan kesempatan untuk didengar gagasannya. Tidak terkecuali jika Erick Thohir akan menjadi salah satu kontestan dalam pemilu kelak.
”Kalau Pak Erick nanti maju bagaimana pikirannya, yang lainnya maju bagaimana pikirannya, itu kita dengar. Nanti kalau bagus konsepnya, gagasannya, kita dukung ramai-ramai,” kata Zulkifli.
Adapun Erick berterima kasih diterima sebagai keluarga besar Mathla’ul Anwar. Ini merupakan kesempatan keduanya menghadiri acara ormas tersebut. Namun, ia tidak merespons pernyataan Zulkifli mengenai kemungkinan untuk ikut berkontestasi pada Pemilu 2024.