Kunjungan Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB Tak Ganggu Koalisi Perubahan
Kunjungan Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB dinilai tidak menganggu hubungan Koalisi Perubahan. Meski begitu, kedatangan ini bisa dimaknai sebagai upaya Nasdem meningkatkan daya tawar di hadapan Demokrat dan PKS.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pimpinan partai Nasional Demokrat menyebut kunjungan partainya ke Sekretariat Bersama atau Sekber Gerindra-Partai Kebangkitan Bangsa di Jakarta, Kamis (26/1/2023), tidak mengganggu keutuhan koalisinya bersama Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Demokrat. Ke depan, Nasdem berencana membentuk sekber dengan dua partai tersebut.
Safari politik yang dilakukan Nasdem, di tengah belum terbentuknya Koalisi Perubahan secara resmi, ini dinilai sebagai upaya menaikkan daya tawar calon presiden yang diusung, yaitu Anies Baswedan.
Wakil Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Ahmad Ali menerangkan, kunjungan partainya ini tidak menurunkan hubungan erat partainya dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera di Koalisi Perubahan. Kedatangan ini juga sebagai semacam ucapan selamat bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Gerindra yang memiliki rumah sekber.
Kedatangan Ali bersama pimpinan partai Nasdem ini juga tidak memengaruhi kerja sama partainya dengan Demokrat dan PKS, khususnya mengenai ajakan untuk segera membentuk sekretariat koalisi bersama.
“Doakan saja semoga kita bisa membuat sekretariat bersama seperti Gerindra dan PKB. Koalisi tetap berbaik-baik saja. Kedatangan hari ini sudah direncanakan jauh hari. Kami tetap bersama Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS),“ ucapnya.
Menanggapi isu mengenai bergabungnya Partai Nasdem ke koalisi Gerindra-PKB, Ali menyebut kerja sama bisa saja terjadi karena ketiga partai ini merupakan partai yang bekerja sama di pemerintahan. Namun, kedatangan ini belum tentu menjadikan Nasdem akan berkoalisi dengan Gerindra-PKB.
Kami tetap bersama Demokrat dan PKS.
“Kami belum berpikir mencari alternatif koalisi karena pembicaraan kami dengan Partai Demokrat dan PKS di Koalisi Perubahan masih sangat serius. Namun, semakin banyak sekretariat bersama, semakin bagus,“ ujar Ali yang disambut tawa para pimpinan partai yang hadir.
Kedatangan para pemimpin Partai Nasdem ini juga untuk mencairkan suasana pilpres yang hawanya sudah mulai terasa meski penyelenggaraannya masih akan terjadi pada tahun depan. Terkait hubungan di antara dua koalisi, yaitu koalisi Gerindra-PKB dan Koalisi Perubahan (Nasdem-Demokrat PKS), keduanya saling mendoakan.
“Bahwa politik itu sangat dinamis, iya, kemungkinan apa saja bisa terjadi, iya. Tapi, paling tidak sampai hari ini sudah ada dua koalisi, yaitu koalisi yang sudah terbentuk (Gerindra-PKB) dan satu lagi hampir terbentuk (Koalisi Perubahan). Koalisi ini saling mendoakan, siapa pun pemenangnya, itu yang terbaik untuk Indonesia,“ ucapnya.
Masih delapan parpol
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menjelaskan, selain Nasdem, masih ada sekitar delapan partai lagi yang akan menjalin komunikasi dengan datang ke Sekber Gerindra-PKB ini. Pertemuan ini juga menjadi penegasan bahwa partai politik harus berpolitik dengan semangat kebersamaan, tidak dengan politik identitas, apalagi sampai masuk ke ranah suku, agama, dan ras.
“Setidaknya hari ini ada tiga parpol (PKB-Gerindra-Nasdem) berkumpul, mudah-mudahan besok atau lusa bisa ada lagi yang ngobrol-ngobrol di sini. Semua bisa dibicarakan tidak ada politik yang buntu,“ ujarnya.
Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani menerangkan, perbincangan antara para pemimpin partai tidak hanya tentang pemilu, tetapi juga masa depan demokrasi Indonesia dan berbagai masalah yang dihadapi bangsa. Terkait dengan koalisi dengan Nasdem, Muzani menjelaskan bahwa itu menjadi keputusan pihak Nasdem, tetapi Gerindra siap menerima dengan terbuka apabila memang ingin bergabung.
Muzani menegaskan, politik Indonesia sangat cair sehingga segala kemungkinan bisa terjadi. Gerindra berharap tidak hanya Nasdem yang akan datang berkunjung ke sekretariat bersama ini, tetapi masih banyak partai lainnya yang diharapkan bisa berkunjung.
“Kita persilakan keputusan kepada Nasdem, tetapi kalau mau bergabung di sekretariat bersama ini, ya, alhamdulillah,“ ucapnya.
Silaturahmi biasa
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menerangkan, kedatangan Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB dapat dimaknai sebagai silaturahmi politik saja karena mengingat masih lamanya pembukaan pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024. Masih jauhnya hari pendaftaran membuat proses pembentukan koalisi akan sangat dinamis.
Ada upaya tarik-menarik kepentingan antara Nasdem-PKS-Demokrat soal bakal calon wakil presiden. Kekuatan mereka relatif berimbang, maka itu Nasdem mungkin bermanuver untuk meningkatkan daya tawarnya di Koalisi Perubahan.
Meskipun begitu, kedatangan Nasdem ke sekretariat bersama ini juga bisa menjadi suatu strategi untuk meningkatkan elektabilitas serta daya tawar Nasdem dalam menentukan pemimpin khususnya, calon wakil presiden yang diusung Koalisi Perubahan nanti. Kunjungan ini dapat dimaknai sebagai upaya Nasdem untuk menjadi partai penentu di dalam koalisi bersama PKS dan Demokrat.
“Ada upaya tarik-menarik kepentingan antara Nasdem-PKS-Demokrat soal bakal calon wakil presiden. Kekuatan mereka relatif berimbang, maka itu Nasdem mungkin bermanuver untuk meningkatkan daya tawarnya di Koalisi Perubahan,“ ujarnya.
Yunarto menjelaskan, kedatangan ini juga dapat dimaknai sebagai strategi Nasdem untuk mendapatkan sosol bakal calon wakil presiden yang tepat untuk meningkatkan keterpilihan Anies Baswedan. Ia menyebut, apabila Anies Baswedan disandingkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono, elektabilitas Anies tidak akan naik signifikan sehingga mampu menggeser Ganjar Pranowo yang di hampir seluruh survei menduduki posisi puncak.
Alasannya, kedua tokoh ini memiliki karakteristik pemilih yang sama, yaitu masyarakat di perkotaan dan kalangan intelektual. Padahal, Anies Baswedan membutuhkan suara dari masyarakat perdesaan dan juga basis-basis daerah yang memiliki lumbung suara besar, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Duet antara Anies dan AHY memang tidak signifikan bila dikombinasikan. Kedatangan ini bisa jadi strategi untuk mencari calon wakil presiden yang memang bisa mendongkrak suara Anies,“ katanya.