Ketua Majelis Tinggi Demokrat yang juga Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono meyakini Demokrat berpeluang meraih kemenangan di Pemilu 2024 jika Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono maju di Pilpres 2024.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono konsisten mendorong Agus Harimurti Yudhoyono untuk menjadi bakal calon wakil presiden dari koalisi yang tengah dibentuk bersama dengan Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera. Sosok Ketua Umum Demokrat itu diklaim paling berpeluang mendatangkan kemenangan karena tingkat keterpilihannya yang tinggi. Keikutsertaan Agus dalam Pemilihan Presiden 2024 juga diyakini bisa menjadi kunci bagi Demokrat untuk mencapai target memenangi pemilu legislatif.
Setahun jelang Pemilu 2024, Partai Demokrat kembali mengumpulkan kader utamanya. Kali ini dalam bentuk retret di Pacitan, Jawa Timur, Jumat-Minggu (13-15/1/2023). Selama tiga hari, jajaran majelis tinggi, dewan pimpinan pusat, dewan pimpinan cabang, dan dewan pimpinan daerah Demokrat mendiskusikan langkah-langkah strategis untuk mencapai target kemenangan. Langkah untuk menyuarakan perubahan dan perbaikan kondisi bangsa juga dibicarakan.
Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng, dihubungi dari Jakarta, Selasa (17/1/2023), mengatakan, dalam retret tersebut, Ketua Majelis Tinggi Demokrat yang juga Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan kembali target partai untuk meraih kemenangan besar pada 2024. Kemenangan besar yang dimaksud tidak hanya dalam pileg, tetapi juga pilpres. ”Pak SBY berpesan, Partai Demokrat harus berada di depan menyuarakan suara rakyat untuk perubahan dan perbaikan. Karena kami ingin menang, ingin menang besar baik di Pileg maupun Pilpres 2024,” ujarnya.
Tak hanya itu, Andi menambahkan, Yudhoyono juga meyakini bahwa Demokrat berpeluang meraih kemenangan di pileg dan pilpres dengan mencalonkan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon wakil presiden (cawapres). Agus terus didorong untuk menjadi bakal cawapres untuk mendampingi Anies Baswedan yang didukung sebagai bakal capres Partai Nasdem. ”Kita lihat saja secara obyektif, semua polling, simulasi, menunjukkan hal itu. Kita ini, kan, mau menang. Kalau mau menang, ya, kita lihat mana yang terbaik,” kata Andi.
Ia menambahkan, penilaian Yudhoyono itu salah satunya berdasarkan pada modal elektoral yang dimiliki Agus. Hasil survei elektabilitas dari sejumlah lembaga yang kredibel dan independen diyakini Demokrat sebagai instrumen paling sahih untuk mengukur aspirasi publik.
Berdasarkan survei Litbang Kompas pada Oktober 2022, Agus masuk dalam sosok cawapres pilihan publik dengan elektabilitas 6,6 persen. Raihan itu menempatkannya pada posisi kelima di bawah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (11,6 persen), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (10.6 persen), Anies Baswedan (9,3 persen), dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (7,3 persen). Adapun di bursa capres pilihan publik, elektabilitas Agus mencapai 2,2 persen.
Demokrat melihat, capaian tersebut menjadi modal kuat Agus menjadi pasangan Anies Baswedan. Dalam survei Litbang Kompas setidaknya sepanjang 2022, Anies konsisten berada di posisi tiga besar bersama dengan Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Adapun pada Oktober lalu, elektabilitas Anies mencapai 16,5 persen.
Secara terpisah, Deputi Analisa Data dan Informasi DPP Demokrat Syahrial Nasution menambahkan, elektabilitas Demokrat dan Agus yang dilaporkan sejumlah lembaga merupakan hasil kerja partai dan kader secara murni. Capaian itu tidak didongkrak oleh tokoh di luar partai. Oleh karena itu, jika Anies dipasangkan dengan Agus, diperkirakan pasangan itu akan sangat kuat secara elektoral dan sesuai dengan harapan publik.
”Dari semua tokoh yang masuk radar survei baik capres maupun cawapres, hanya Anies dan Agus yang merupakan simbol perubahan. Keduanya memiliki kekuatan elektabilitas pada segmen masing-masing sehingga saling menguatkan jika dipasangkan,” kata Syahrial.
Sejak lima bulan lalu, Demokrat, Nasdem, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berkomunikasi intensif untuk berkoalisi di Pilpres 2024. Namun, hingga saat ini koalisi belum terbentuk salah satunya karena belum ada kesepakatan mengenai sosok bakal cawapres untuk mendampingi Anies Baswedan. Demokrat mengusulkan Agus, sedangkan PKS mencalonkan Wakil Ketua Dewan Syuro-nya, Ahmad Heryawan.
Sebelumnya, seusai menyampaikan pidato politik awal tahun 2023 di Kantor DPP Demokrat, pekan lalu, Agus mengatakan bahwa hal utama yang mesti diperhatikan ketiga partai dalam menentukan cawapres untuk Anies Baswedan adalah aspirasi publik. Sekalipun kesepakatan belum dicapai, ia memastikan bahwa komunikasi di antara ketiga partai terus berjalan dan menunjukkan perkembangan. Di tengah situasi yang dinamis dan tensi politik yang terus menghangat, Demokrat pun berupaya agar ketiganya bisa mencapai konsensus untuk membentuk koalisi tanpa saling memaksakan kehendak.
”Saat ini kami terus berproses, kami juga senang perkembangannya nyata, on the track,” kata Agus (Kompas.id, 12/1/2023).
Agus tidak menjawab kemungkinan gagalnya pembentukan koalisi jika kesepakatan ihwal pasangan capres-cawapres tidak kunjung tercapai. Yang jelas, kata dia, koalisi yang mengusung ide utama perubahan dan perbaikan diinisiasi oleh Demokrat. Oleh karena itu, pihaknya tidak akan meninggalkan gagasan tersebut.