Dalam pidato di peringatan HUT Ke-50 PDI-P, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menegaskan PDI-P konsisten menyiapkan kader untuk memimpin bangsa.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, NIKOLAUS HARBOWO
·6 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Presiden Joko Widodo (dua dari kanan) didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kedua dari kiri) menerima nasi tumpeng dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) dalam puncak acara HUT Ke-50 PDI Perjuangan di Jakarta, Selasa (10/1/2023).
PDI-P konsisten mempersiapkan sosok terbaik secara matang sehingga bisa melanjutkan pembangunan bangsa.
Presiden Jokowi senang PDI-P akan mengusung kadernya sendiri di Pilpres 2024.
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto tak memungkiri PDI-P kemungkinan tetap berkoalisi dengan parpol lain.
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri tidak terpengaruh oleh desakan berbagai pihak yang menginginkan pemenang Pemilu 2014 dan 2019 itu segera mengumumkan calon presiden yang akan diusung pada Pilpres 2024. Ia menegaskan PDI-P konsisten menyiapkan kader untuk memimpin bangsa. Partai lain diingatkan agar melakukan hal serupa dan tak berupaya mendompleng keberhasilan kader PDI-P.
Desakan dari sejumlah pihak agar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) segera mengumumkan calon presiden (capres) 2024 dirasakan Megawati Soekarnoputri menguat menjelang peringatan hari ulang tahun ke-50 partai politik yang dipimpinnya. Namun, Megawati bergeming.
Dalam pidato pada peringatan Hari Ulang Tahun Ke-50 PDI-P, di Jakarta International Expo, Selasa (10/1/2023), Megawati mengatakan, PDI-P konsisten untuk mempersiapkan sosok terbaik secara matang sehingga bisa melanjutkan pembangunan bangsa.
Megawati menekankan, parpol berkewajiban mempersiapkan kadernya menjadi pemimpin. Di PDI-P, hal tersebut bukan perkara mudah yang bisa dilalui setiap orang. Untuk menjadi kader saja, ada sejumlah jenjang yang harus dilalui, mulai dari mendapatkan kartu tanda anggota, mengikuti berbagai penilaian, hingga bekerja di struktur partai.
Berdasarkan pengalamannya memimpin dan membangun partai sejak 1990-an, pemimpin juga harus memiliki kemauan untuk bekerja keras, turun ke bawah, membangun ikatan lahir batin dengan masyarakat. Tanpa kesediaan untuk bersama rakyat, pemimpin tak akan bisa benar-benar mengetahui permasalahan dan membaca keinginan masyarakat.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri melakukan pidato politik saat puncak acara HUT Ke-50 PDI-P di Jakarta, Selasa (10/1/2023).
”Harus ada bonding antara pemimpin dan rakyat. Tidak hanya menyatu secara fisik, tetapi juga terasa ada getaran, dan jika tidak turun ke bawah, tak akan bisa merasakan itu,” katanya di hadapan belasan ribu kader yang menghadiri peringatan HUT Ke-50 PDI-P.
Acara juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma’ruf Amin, serta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju dari kalangan profesional. PDI-P tak mengundang tokoh dari parpol lain karena agenda difokuskan untuk konsolidasi internal. Menurut rencana, konsolidasi serupa dengan massa lebih besar akan digelar lagi pada 1 Juni di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Megawati melanjutkan, berdasarkan sejumlah argumentasi mengenai kepemimpinan itu, ia meminta para kader memercayai keputusannya. Sebagai ketua umum yang diberikan mandat oleh kongres partai untuk menentukan capres, ia menjamin tak akan memilih sosok yang akan merugikan partai.
Ia menekankan bahwa tugas seluruh kader adalah bekerja dengan turun langsung di tengah masyarakat. ”Urusan calonnya tidak usah dipikir, itu urusan ketua umum. Yang jelas, Ibu tak akan menjebloskan kita ke sumur. Kalau kita bekerja, kita pasti menang,” ujar Megawati.
Ia mengingatkan, hendaknya parpol lain juga bekerja keras sesuai konteks masing-masing. Megawati melihat ada kecenderungan parpol lain mendompleng keberhasilan kader PDI-P. ”Mbok kerja dulu, baru gegap gempita. Ini, kok, gegap gempita saja, enggak pamit-pamit, tetapi mengambil orang-orang saya. Enak saja,” kata Megawati.
Dalam pidato selama 2 jam itu, Megawati menyampaikan kembali penolakan terhadap penundaan Pemilu 2024 dan masa jabatan presiden tiga periode. Selama hampir 20 menit, ia menyinggung perihal pentingnya kepemimpinan perempuan.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Satgas Cakra Buana PDI Perjuangan membawa bendera partai saat penerjunan dalam rangkaian puncak acara HUT Ke-50 PDI Perjuangan di Jakarta, Selasa (10/1/2023).
Megawati juga meluncurkan rumah sakit apung yang akan beroperasi di daerah-daerah terluar. Rumah sakit dari kapal perang tersebut diberi nama Laksamana Malahayati, perempuan pahlawan dari Aceh.
Mengusung kader
Presiden Joko Widodo menyambut baik niat PDI-P untuk mengusung kader sendiri menjadi bakal calon presiden di Pemilihan Presiden 2024. Diyakininya, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri hati-hati dalam mengambil keputusan. ”Ibu Megawati dalam memutuskan betul-betul sangat hati-hati, betul-betul tenang dan tidak grusa-grusu seperti yang lainnya,” ujar Jokowi.
Ia mengapresiasi Megawati karena tidak goyah meskipun sudah didesak-desak dari sisi mana pun agar segera mengumumkan nama bakal capres usungan PDI-P. Padahal, Jokowi tahu nama tersebut sudah di tangan Megawati.
”Kita semuanya sabar menunggu. Yang nanti beliau akan sampaikan, tentunya pada saatnya dengan perhitungan dan kalkulasi-kalkulasi yang telah dibuat oleh Ibu Ketua Umum, Ibu Megawati Soekarnoputri,” ucap Presiden Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga mengucapkan selamat ulang tahun ke-50 kepada PDI-P. Di usia emas, setengah abad, PDI-P telah menjadi partai yang matang karena sudah melewati jalan panjang, pahit, getir, serta jatuh dan bangun menjadi partai besar seperti saat ini.
Ditemui di sela-sela HUT Ke-50 PDI-P, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, nama capres sudah dikantongi Megawati, dan akan diumumkan pada saat yang tepat. Ia tak menampik Megawati akan memilih kader PDI-P sebagai capres. Dalam perspektif berpolitik yang ideal, parpol harus mempersiapkan kader yang telah digembleng untuk menjadi pemimpin.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kanan) bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) menghadiri puncak acara HUT Ke-50 PDI Perjuangan di Jakarta, Selasa (10/1/2023).
Akan tetapi, hal itu belum tentu berarti partainya akan mengusung pasangan capres dan cawapres dari sesama kader PDI-P. Realitas Indonesia sebagai negara besar dengan segmentasi pemilih beragam harus dipertimbangkan.
Selain itu, sekalipun PDI-P sudah memenuhi ambang batas pencalonan presiden, Hasto tak memungkiri kemungkinan partainya tetap berkoalisi dengan parpol lain. Penyebabnya, PDI-P mengedepankan semangat gotong royong dalam membangun bangsa.
Saat dihubungi, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, PDI-P memang selalu mengusung kadernya untuk menjadi pejabat publik. Hal itu bisa membedakan sekaligus menunjukkan keunggulannya dibanding parpol lain.
Dalam konteks capres pilihan publik, setidaknya ada dua nama yang mengemuka, yakni Ganjar Pranowo dan Ketua DPR Puan Maharani. Adi memprediksi, PDI-P akan menjagokan salah satu dari mereka sesuai konteks lawan yang dihadapi.
Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali menuturkan, semua partai saling membaca kekuatan lawan yang akan dihadapi. Karena itu, semua terlihat saling menunggu. Begitu pula Nasdem, yang hingga kini belum menentukan pasangan bagi Anies Baswedan.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ahmad Ali, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem.
Bagi Nasdem, siapa pun bakal capres yang akan diusung PDI-P pasti memiliki peluang menang yang sama. Ia menyadari PDI-P memiliki pemilih ideologis sangat kuat.
Militansi kader-kadernya juga membuat mereka bekerja sangat terstruktur. Karena itu, siapa pun figur yang bakal diusung PDI-P pasti menjadi ancaman bagi pasangan calon lain sehingga semua partai bakal menunggu, melihat, dan mengatur pemetaan wilayah.
Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa Syaiful Huda menduga, PDI-P akan mengumumkan capres di menit-menit akhir. Artinya, hal itu juga akan menjadi pertimbangan partai-partai lain dalam membangun koalisi. Pertimbangannya, jika PDI-P mau berlayar sendiri dengan figur yang sudah ada, berarti akan ada lebih dari tiga poros atau minimal tiga poros. Namun, jika PDI-P tak berlayar sendiri, potensinya hanya dua atau tiga poros.
Keputusan PDI-P di menit-menit akhir pasti juga akan berpengaruh pada konfigurasi, terutama pada partai-partai yang belum menentukan sikap atau poros koalisi. Namun, bagi PKB dan Gerindra yang sudah menentukan koalisi, mungkin akan lebih berhitung pada aspek, siapa figur yang akan didorong PDI-P.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Syaiful Huda, Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ia mengapresiasi keputusan PDI-P mengusung kader sendiri. Memang begitulah esensi dari partai politik. Ini bagian dari cara partai menjaga proses kaderisasi dan demokratisasi.