Songsong Usia Satu Abad, NU Luncurkan ”Merawat Jagat Membangun Peradaban”
Usia seabad menjadi momentum Nahdlatul Ulama menegaskan komitmennya untuk menebar manfaat dan kebaikan bagi masyarakat Indonesia dan dunia.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki usia seabadnya dalam penanggalan Hijriah yang akan jatuh pada 16 Rajab 1444 H atau 7 Februari 2023, Nahdlatul Ulama meluncurkan lagu dengan judul ”Merawat Jagat, Membangun Peradaban”. Usia satu abad menjadi momentum untuk menegaskan peran sentral organisasi Islam terbesar di Indonesia ini dalam menjaga keutuhan bangsa.
Adapun, NU didirikan pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur. Momen peringatan satu abad ini juga dinilai menjadi waktu yang tepat untuk merefleksikan peristiwa penting Nahdlatul Ulama di masa lampau untuk menatap masa depan.
Dalam acara peluncuran lagu, Jumat (6/1/2023), Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan, lirik lagu ini ditulis oleh Mustasyar NU, KH Ahmad Mustofa Bisri, dan musiknya dikerjakan oleh Tohpati Ario Hutomo. Acara puncak hari lahir NU sendiri akan dilakukan pada 7 Febuari 2023, di Stadion Gelora Deltras Sidoarjo, Jawa Timur, yang akan dihadiri oleh jutaan warga NU.
”Produksinya di Praha, Republik Ceko. lirik sederhana, namun indah,” ujarnya di Kantor PBNU, Kramatjati, Jakarta.
Mustasyar NU yang juga menulis lirik lagu ini, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, menjelaskan, makna besar yang ingin disampaikan dalam lagu ini adalah agar NU selalu istikamah dalam menjaga akidah keislaman dan persatuan Indonesia. Lagu ini juga menjadi ucapan syukur NU yang bisa tetap bertahan hingga satu abad dalam mengarungi pasang surut perjalanannya.
”Kalimat awal dibuka dengan ’subhanallah’ dan ’Allahu Akbar’, dan di tengah disematkan ’alhamdulillah’, ini adalah ungkapan batin kita, apa yang dicapai NU hingga sekarang tidak lepas dari kehendak Allah,” ucapnya.
Memasuki usia seabad ini, ia berharap warga NU mengamalkan Islam dengan tujuan untuk membantu masyarakat luas. Ke depan, agama tidak hanya berbicara soal tauhid atau ketakwaan, tapi juga laku sehari-hari yang mencerminkan kasih sayang kepada sesama.
Nahdlatul Ulama harus menjadi contoh Islam yang rahmatan lil alamin.
Menebarkan kasih sayang ini juga perlu dilakukan untuk melawan ketidakpahaman banyak orang mengenai Islam yang kerap ditampilkan secara salah dan bertentangan dengan ajaran rahmatan lil alamin atau rahmat bagi semesta alam. ”Para pendiri NU ini adalah orang yang penuh kasih sayang, maka NU harus menjadi contoh. Jika ingin melihat kasih sayang Rasulullah, lihatlah para kiai NU,” tambahnya.
Gus Mus juga mengajak setiap warga NU membulatkan tekad untuk terus berjuang menegakkan nilai-nilai kemasyarakatan dan juga kemanusiaan. ”Mari kuatkan niat kita untuk mengembangkan khidmah kita, baik untuk organisasi, masyarakat, dan juga kemanusiaan,” jelasnya.
Di bulan ini, PBNU telah menyiapkan berbagai rangkaian acara menuju acara puncak di Sidoarjo, 7 Febuari 2023.
Pada 9 Januari 2023, akan ada Festival Seni Islam Nusantara yang akan diadakan di Banyuwangi, lalu dilanjutkan dengan Pekan Olahraga dan Seni NU pada 15-21 Januari 2023 di Solo. Selanjutnya, NU akan menggelar Muktamar Internasional Fikih Peradaban pada 6 Februari 2023, yang rencananya dihadiri 400 ulama dari seluruh dunia.
NU juga akan memberi penghargaan kepada sejumlah tokoh yang telah berjasa pada organisasi melalui acara Anugerah Satu Abad NU pada 31 Januari 2023.
Momen refleksi
Tema ”Merawat Jagad, Membangun Peradaban” dipilih sebagai ikhtiar NU untuk memperluas kemampuan NU dalam memberikan manfaat bagi Indonesia dan juga dunia. Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia NU Ulil Abshar Abdalla mengatakan, dua kata yang tersemat dalam tema itu merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi NU di masa depan.
”Merawat jagad artinya merawat keutuhan masyarakat, dari lokal hingga global. Membangun peradaban kita lakukan dengan menyebarkan ajaran Islam yang membawa kedamaian,” ucapnya.
Tema ini juga menjadi bentuk komitmen NU untuk meneruskan aspirasi serta nilai-nilai dari tokoh NU, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Bagi Ulil, NU tidak bisa lepas dari kerangka berpikir yang dibangun oleh Gus Dur yang selalu menekankan pentingnya membangun masyarakat yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, menghargai perbedaan, toleran, dan juga menjunjung keadilan.
Di usia ini pula, warga NU diajak untuk kembali mengingat momen-momen penting dan bersejarah yang sudah dilalui selama seratus tahun ini. Ulil menyebut, peristiwa ini menjadi pengingat dan panduan untuk NU berjalan mengarungi perjalanan seabad kemudian.
”Pertama, kita belajar dari pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, yang menyetujui Indonesia sebagai negara nasional dan tidak menghendaki adanya negara agama. Kedua, di Muktamar tahun 1984, saat NU menegaskan bahwa Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara dan landasan untuk kehidupan bersama di Indonesia,” ucapnya.
Peristiwa penting lainnya adalah pada Musyawarah Nasional NU pada 2019, di Banjar, Jawa Barat, yang menegaskan perlunya membangun adab dalam politik. Hal ini dimulai dengan tidak lagi menggunakan istilah ”kafir” untuk warga non-Muslim dalam konteks kenegaraan.
”Ditegaskan kembali bahwa setiap orang yang tinggal di Indonesia harus diperlakukan dengan adil tanpa melihat perbedaan latar belakangnya,” ucapnya.
Peristiwa penting NU dahulu, jadi pembelajaran bagi kita ke depan.
Momen penting lainnya adalah kembali mengingat nilai-nilai yang dipegang Gus Dur, seperti visi yang dibawa oleh Yahya Cholil Staquf pada Muktamar NU di Lampung, tahun 2021. Menghidupkan kembali nilai-nilai Gus Dur menjadi momentum mengangkat kembali nilai-nilai kemanusiaan.
”Ini tonggak bersejarah yang perlu selalu diingat dalam perjalanan kita ke depan,” tambahnya.
Ulil menambahkan, ada beberapa tantangan besar pula yang akan dihadapi NU ke depan, salah satunya mengenai independensi atau kemandirian, khususnya dalam bidang ekonomi. Kini, NU tengah membangun gerakan ekonomi skala lokal, yang bertujuan menciptakan kemandirian di dalam warga NU.
Tantangan lain yang dihadapi adalah melakukan diplomasi global yang bertujuan membangun dunia yang adil dan juga damai, sesuai dengan harapan dan cita-cita NU. ”Kita utamakan diplomasi global, dan ini sudah dilakukan Gus Yahya bahkan sebelum dia menjadi ketua umum,” ucapnya.