”Kita jangan ikut dalam ramai-ramai soal pencalonan karena pencalonan dilakukan partai politik atau gabungan parpol,” kata Wapres Amin seusai Mukernas Kedua Majelis Ulama Indonesia 2022.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan harapannya agar Majelis Ulama Indonesia tidak ikut serta dalam keramaian usung-mengusung bakal calon presiden. Namun, MUI bisa memberikan pedoman memilih calon terbaik saat partai-partai politik sudah menentukan sosok yang diusungnya.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan hal ini kepada jajaran MUI seusai membuka Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ke-2 Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2022, Kamis (8/12/2022). ”Kita jangan ikut dalam ramai-ramai soal pencalonan karena pencalonan dilakukan partai politik atau gabungan parpol,” ujarnya dalam keterangan kepada wartawan.
Kendati demikian, ketika partai-partai politik sudah menentukan calon presiden dan wakil presiden yang diusung, MUI dapat memberikan pedoman untuk memilih calon terbaik. ”Kalau sudah ada calon-calon, MUI bisa memberikan guidance untuk memilih calon terbaik. Sifatnya petunjuk untuk membawa kebaikan,” ujarnya.
Dalam keterangan tertulis, Ketua Panitia Pengarah Mukernas Ke-2 MUI Prof Utang Ranuwijaya menjelaskan, Mukernas Ke-2 MUI menyoroti persatuan umat dalam menghadapi tahun politik 2024. ”Jadi, kami memberikan rekomendasi, baik untuk dalam negeri maupun luar negeri. Tahun ini yang harus diperhatikan oleh peserta karena ini menghadapi tahun 2023 menjelang tahun politik 2024,” kata Ranuwijaya.
Dalam Mukernas yang berlangsung sampai 10 Desember ini akan dihimpun banyak pemikiran dan masukan dari peserta, yang kemudian melahirkan rekomendasi. Oleh karena itu, kata Ranuwijaya, rumusan kerja MUI 2023 diharapkan ikut mendukung terciptanya masyarakat yang bersatu, ukhuwah islamiyah, dan persatuan yang kokoh serta dapat mengendalikan situasi jelang tahun politik.
Program kerja yang disiapkan juga semestinya ikut situasi 2023 menjelang 2024. ”Artinya, di tahun politik bisa membangun visi yang betul-betul cocok dengan kondisi yang sekarang,” katanya.
Wakil Ketua Umum MUI Pusat KH Marsudi Syuhud menambahkan bahwa dalam Mukernas akan dibahas berbagai permasalahan bangsa. Harapannya, pembahasan ini memberi solusi dari bibit perpecahan masyarakat yang diakibatkan berbagai dinamika, seperti dalam hal politik. Menurut dia, tantangan bangsa Indonesia ke depan akan semakin panas dan keras seiring dengan semakin dekatnya pesta demokrasi.
Kiai Marsudi menegaskan bahwa bernegara dan berbangsa itu artinya membangun. Karena itu, MUI, selain menjaga ukhuwah, juga membangun masyarakat secara bersama. ”Berbangsa dan bernegara itu membangun bukan meruntuhkan,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Wapres Amin menyebut MUI sebagai ”rumahnya” sehingga akan terus bersama MUI. Tema Mukernas mengenai optimalisasi perkhidmatan kali ini juga dinilai sangat tepat. Sebab, MUI adalah wadah perkhidmatan para ulama dan para cendekiawan, baik kepada umat maupun kepada bangsa dan negara.
Berkhidmat kepada umat dinilai penting karena umat harus dijaga, diurus, dipelihara akidahnya, baik dari akidah-akidah yang menyimpang: dari cara berpikir yang menyeleweng; dan dari sikap abai atau tidak punya perhatian. Hal ini yang disebut Wapres Amin sebagai satu visi MUI.
”Kalau di MUI tidak satu visi, MUI akan kacau. Visi MUI itu sesuai khidmat kepada umat dan menyatukan umat. Ini fokus kita, dijaga itu,” ujarnya.
Di sisi lain, MUI perlu menjaga negara. Wapres mencontohkan, ulama saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tak hanya menjaga jiwa dan harta, tetapi juga negara. Karena itu, laskar yang dibentuk bernama Laskar Sabillillah (di jalan Allah). Bahkan, KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa jihad wajib hukumnya. Karena itu, slogan hubbul wathon minal iman atau cinta tanah air bagian dari iman pun digunakan.
”Sekarang, jihadnya melawan kemiskinan, kebodohan, dan jihad ekonomi, bagaimana memberdayakan umat Islam,” ujarnya.