Nasyiatul Aisyiyah dan Lesbumi NU Ingin Berkontribusi pada Peradaban Bangsa
Muktamar Ke-16 Nasyiatul Aisyiyah digelar di Bandung, Sabtu. Lesbumi-NU juga menggelar Rakernas V dan Temu Nasional Seniman Budayawan Muslimin Indonesia 2022 di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jumat-Sabtu.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua organisasi masyarakat, yakni Nasyiatul Aisyiyah dan Lesbumi Nahdlatul Ulama, ingin melahirkan kebijakan yang berkontribusi pada pemajuan peradaban bangsa. Melalui muktamar dan rapat kerja nasional mereka membicarakan permasalahan penting dan relevan bagi kemaslahatan umat dan bangsa.
Setelah Muktamar Ke-48 Muhammadiyah digelar, kini giliran organisasi remaja putri Nasyiatul Aisyiyah, organisasi otonom persyarikatan itu menyelenggarakan Muktamar Ke-16. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap ada semangat persatuan, gotong royong, dan tolong-menolong yang lahir dalam acara tersebut.
Muktamar Ke-16 Nasyiatul Aisyiyah digelar di Bandung, Sabtu (3/12/2022). Acara itu dihadiri oleh Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.
Saat membuka acara tersebut, Haedar mendoakan agar muktamar menjadi suri tauladan yang baik bagi masyarakat, sebagaimana Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah di Surakarta pada November lalu. Sesuai dengan tema ”Memajukan Perempuan, Menguatkan Peradaban”, muktamar merupakan cerminan diri dari permusyawaratan yang dimiliki oleh Muhammadiyah berikut organisasi otonomnya.
”Muktamar itu bukan etalase, melainkan cermin dari Muhammadiyah dan seluruh keluarga besar persyarikatan dan akan menjadi contoh bagi bangsa Indonesia yang tahun 2024 juga akan bermuktamar, yaitu Pemilu 2024,” kata Haedar dalam siaran daring, Sabtu.
Haedar menambahkan, Muktamar Ke-16 Nasyiatul Aisyiyah itu harus disertai semangat persatuan Indonesia, gotong royong, sekaligus saling tolong-menolong sebagaimana perintah yang ada di dalam Al Quran. Menurut dia, ini mengikat seluruh elemen yang terhimpun dalam persyarikatan.
Dalam konteks kebangsaan, dia juga menyebut bahwa Indonesia dapat bertahan dan maju seperti sekarang karena ada persatuan dan gotong royong dari seluruh elemen yang ada. Persatuan, kemajuan, dan gotong royong tersebut lahir dari perjuangan panjang dan ketulusan.
Selain itu, muktamar juga bertujuan untuk meregenerasi kepemimpinan. Di persyarikatan, kepemimpinan yang ada merupakan usaha untuk menghadirkan nilai-nilai Islam untuk penghikmatan, yang memadukan antara nilai agama yang membawa peradaban bangsa dan agama, untuk membangun peradaban itu sendiri.
”Kepemimpinan dalam perspektif Islam adalah proyeksi dari fungsi kerisalahan nabi, artinya adalah kepemimpinan kenabian. Untuk menegakkan nilai-nilai agama yang bukan eksklusif untuk orang Islam itu sendiri,” katanya.
Dia juga berpesan agar suami yang mendampingi para istri yang mengikuti muktamar itu untuk menjaga anak-anak mereka di rumah dengan riang gembira. Jangan sampai ada keluhan karena mereka datang sebagai penggembira. Agar status itu tidak gugur, suami harus senantiasa bergembira dalam menjaga anak-anaknya.
Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah Diyah Puspitarini mengatakan, Muktamar Ke-16 Nasyiatul Aisyiyah mengambil tema ”Memajukan Perempuan, Menguatkan Peradaban” sebagai wujud upaya menjawab tantangan zaman. Ini selaras dengan semangat bangsa dan Nasyiatul Aisyiyah yang berkomitmen untuk membangun peradaban bangsa. Adapun, penggembira dalam acara itu, selain kader Nasyiatul Aisyiyah juga terdapat suami dan anak yang ikut menyertai.
”Dalam periode ini, Nasyiatul Aisyiyah dapat menyelenggarakan berbagai program, antara lain Pashmina (Posyandu Remaja), Samara Course, Family Learning Center, BUANA, dan kegiatan lainnya dalam rangka menguatkan perempuan dari sisi ekonomi, pendidikan, dan politik,” lanjutnya.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan, perempuan harus berjalan beriringan dengan perkembangan zaman. Hal-hal yang mendikotomi peran perempuan dan laki-laki sudah tidak punya tempat di negara ini. Memajukan perempuan sama dengan memajukan peradaban. Demikian juga menguatkan dan memajukan peradaban bangsa adalah tanggung jawab sosial, baik perempuan maupun laki-laki.
”Membangun peradaban bukanlah tugas elite politik dan elite intelektual semata. Ini adalah masalah bersama laki-laki dan perempuan yang membutuhkan dukungan bersama dari berbagai pihak,” katanya.
Peran Nasyiatul Aisyiyah adalah membaca dan melihat permasalahan bangsa secara tajam. Dalam muktamar itu, Nasyiatul Aisyiyah diharapkan mampu menghasilkan keputusan dan program-program yang solutif.
Lesbumi PBNU
Sementara itu, dalam waktu berdekatan, Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Nahdlatul Ulama (Lesbumi-NU) juga menggelar Rakernas V Lesbumi PBNU dan Temu Nasional Seniman Budayawan Muslimin Indonesia 2022 di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta, Jumat-Sabtu (2-3/12/2022).
Rakernas itu bertema”Tauhid Menumbuhkan Kebudayaan, Menyuburkan Pohon Kehidupan”. Rakernas melibatkan pengurus Lesbumi PBNU, perwakilan Lesbumi dari wilayah dan cabang se-Indonesia, ahli dan tokoh, serta pemerintah selaku pengambil dan pelaksana kebijakan negara.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf saat membuka acara tersebut mengatakan, Lesbumi adalah lembaga pembuat kebijakan di lingkungan NU. Secara hierarki, dia adalah pembuat kebijakan. Oleh karena itu, Lesbumi diarahkan untuk tidak membuat produk atau kegiatan seperti pertunjukan tari dan teater. Lebih dari itu, Lesbumi diminta mendorong tumbuhnya produk kegiatan yang sudah ditetapkan oleh PBNU.
”Lesbumi membuat kebijakan yang isinya dua. Regulasi dan aturan yang menjadi haluan agenda dan harus dikembangkan sampai ke level bawah. Menjadi aktor lapangan bagi eksekusi program lembaga NU yang akan dimobilisasi oleh badan otonom yang ada seperti Muslimat, Fatayat, Ansor, dan sebagainya,” ucapnya.
Lesbumi juga ditantang untuk membuat perspektif tersendiri tentang seni dan budaya yang perlu dikembangkan PBNU. Desainnya seperti apa diserahkan kepada Lesbumi. Dari sisi PBNU, katanya, ada kepentingan menjalankan fungsi seni budaya yang sudah berkembang di masyarakat untuk kepentingan PBNU. Kepentingannya adalah untuk membangun narasi peradaban, mau ke mana arah Indonesia ke depan.
Dengan menjaga kebudayaan masa lalu, dan masa kini, masyarakat bisa diajak menyadari keberadaan leluhur dengan sejarahnya yang hebat. Narasi itu ketika disebarluaskan bisa membentuk kesadaran kolektif yang akan mengonstruksi peradaban masyarakat.
”Sudah saatnya kita membangun narasi sesuai dengan kepentingan itu. Indonesia butuh jadi apa, bangkit seperti apa? Harus dibangun narasi atas hak, fungsi, dan peran kita sehingga secara kolektif masyarakat berhak menentukan warna peradaban dunia,” terangnya.
Ketua Lesbumi Jadul Maula menambahkan, rakernas akan merumuskan berbagai langkah nyata berdasarkan identifikasi persoalan, baik dalam hal keorganisasian maupun kebudayaan secara luas. Selanjutnya, Lesbumi akan membuat solusi dan acuan kerja bersama. Harapannya, akan lahir berbagai resolusi terkait masalah yang dihadapi masyarakat dalam bingkai kebudayaan.
Dia menambahkan, Lesbumi juga siap bekerja sama dengan berbagai pihak. Baik itu lembaga di lingkaran PBNU, lembaga-lembaga kebudayaan dalam negeri, maupun mancanegara. Para ahli yang mendedikasikan diri mereka dalam kebudayaan, serta pemerintah. Itu demi penguatan kapasitas Lesbumi sebagai sebuah lembaga kebudayaan dengan cakupan nasional yang turut andil dalam pemajuan kebudayaan nasional.
”Kerja sama akan saling menguatkan satu sama lain, memperlancar agenda pemajuan kebudayaan nasional, serta meningkatkan kapasitas kita sebagai sebuah bangsa,” ucapnya.