KPU dan Parpol Perlu Siapkan Strategi Khusus bagi Pemilih Muda
Kalangan generasi muda calon pemilih pemula, terutama generasi Z, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan generasi sebelum mereka. Strategi dan komunikasi kepemiluan yang tepat diperlukan bagi generasi Z.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
KPU Bali mengadakan diseminasi dan diskusi kelompok terpumpun (FGD) hasil survei tentang Kepedulian Generasi Z pada Pemilu Serentak Tahun 2024 di Bali, Nusa Dua, Badung, Kamis (24/11/2022). Dekan FISIP Universitas Udayana, Bali, I Nengah Punia (kanan) bersalaman dengan anggota KPU, August Mellaz (kiri).
BADUNG, KOMPAS — Penyelenggara pemilihan umum dan partai politik perlu menyiapkan strategi khusus untuk mendorong partisipasi pemilih muda dalam pemilihan umum. Dengan jumlah pemilih muda dari kalangan generasi milenial, yang diestimasikan akan lebih dari 50 persen dari keseluruhan pemilih dalam Pemilu 2024, ]keberadaan para pemilih muda tersebut berpengaruh signifikan pada pemilu mendatang.
Dari hasil survei Komisi Pemilihan Umum Bali bersama tim peneliti Universitas Udayana (Unud), Bali, 83 persen dari 1.800 responden sampel dari kalangan generasi Z di Bali mengaku ingin mengetahui proses pemilu di tempat pemungutan suara (TPS).
Sekitar 63 persen responden mengaku tahu bahwa pergantian pemimpin berpengaruh langsung terhadap kehidupannya.
Akan tetapi, hasil survei dari KPU Bali dan Unud itu juga menunjukkan hanya 20 persen dari 1.800 responden sampel itu pernah mengikuti seminar perihal pemilu, sedangkan 80 persen lainnya tidak pernah mengikuti seminar perihal pemilu.
Perihal itu dipaparkan dalam acara diseminasi hasil survei Kepedulian Generasi Z pada Pemilu Serentak Tahun 2024 yang diselenggarakan KPU Bali di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (24/11/2022).
Adapun survei perilaku politik dan komunikasi pada calon pemilih pemula dalam Pemilu 2024 di Bali dilaksanakan tim KPU Bali dan KPU seluruh Bali pada Juli 2022 dengan jumlah responden mencapai 18.000 siswa sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan di Bali.
Dari 18.000 responden itu, 1.800 orang diambil sebagai responden sampel yang dilibatkan dalam diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion/FGD).
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
KPU Bali mengadakan diseminasi dan diskusi kelompok terpumpun (FGD) hasil survei tentang Kepedulian Generasi Z pada Pemilu Serentak Tahun 2024 di Bali, Nusa Dua, Badung, Kamis (24/11/2022). Suasana saat pemaparan hasil survei perilaku politik dan komunikasi pada calon pemilih pemula dalam Pemilu 2024 di Bali yang dilaksanakan KPU Bali bersama FISIP Universitas Udayana, Bali.
Survei tersebut bertujuan mengetahui pemahaman elektoral calon pemilih pemula (first voter) dalam Pemilu 2024 di Bali dan mengetahui metode sosialisasi yang paling tepat untuk meningkatkan kepedulian generasi Z pada Pemilu 2024.
Sementara itu, generasi muda, khususnya kalangan generasi Z (lahir tahun 1997-2012), masih mendapatkan stigma tidak peduli dengan lingkungan sosial dan politik.
Di sisi lain, proporsi pemilih pemula pada Pemilu 2024 dari kalangan generasi milenial dan generasi Z dipandang akan signifikan dengan potensinya mencapai 53 persen sampai 55 persen dari keseluruhan jumlah pemilih.
Menanggapi hasil survei dan riset perilaku politik dan komunikasi itu, anggota KPU, yang juga mengampu Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat, August Mellaz, menyatakan, survei tersebut mencerminkan adanya keingintahuan generasi Z terhadap kepemiluan.
Akan tetapi, menurut August, dinamika politik saat ini seolah berjarak dengan kalangan anak muda tersebut. ”Mereka membutuhkan sesuatu (tentang politik) yang kontekstual,” ujar August.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
KPU Bali mengadakan diseminasi dan diskusi kelompok terpumpun (FGD) hasil survei tentang Kepedulian Generasi Z pada Pemilu Serentak Tahun 2024 di Bali, Nusa Dua, Badung, Kamis (24/11/2022).
Adapun Ketua Perkumpulan Kader Bangsa Dimas Oky Nugroho menyatakan, hasil survei dan riset itu mengindikasikan generasi muda di Bali memiliki pengetahuan politik yang baik dan berminat mengetahui pemilu.
Kami juga sangat mengapresiasi survei ini karena kami di Bawaslu juga memerlukan informasi mengenai perilaku pemilih (Ketut Ariyani).
Kondisi generasi muda di Bali tersebut, menurut Dimas, perlu dikuatkan dengan membangun komunikasi yang interaktif. ”Anak muda bukan sekadar dijadikan obyek, melainkan perlu diedukasi mengenai pemilu karena mereka menjadi kunci dalam demokrasi sehingga keterlibatan anak muda perlu didorong,” ujar Dimas menanggapi hasil survei tersebut.
Kolaborasi
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Ketua KPU Provinsi Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan ketika memberikan sambutan dalam pembukaan diseminasi dan diskusi kelompok terpumpun di Nusa Dua, Badung, Kamis (24/11/2022).
Diseminasi hasil survei perilaku politik dan komunikasi pada calon pemilih pemula dalam Pemilu 2024 di Bali, yang dilanjutkan dengan diskusi kelompok terpumpun (FGD), Kamis (24/11/2022), juga diikuti kalangan forum komunikasi pimpinan daerah Bali, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Bali, perwakilan partai politik, serta kalangan KPU dari seluruh kabupaten dan kota di Bali.
Dalam sambutannya, Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan mengatakan, KPU Bali mengajak kalangan akademisi mengkaji sejumlah hal menyangkut kepemiluan, terutama dalam menyambut Pemilu 2024, sehingga penyelenggaraan pemilu diharapkan lebih baik dan semakin berkualitas.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana (Unud), Bali, I Nengah Punia menyatakan, akademisi turut berperan dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat, termasuk pula mengedukasi pemilih, agar pemilu menjadi semakin berkualitas dan partisipasi pemilih semakin meningkat.
Punia mengatakan, FISIP Unud dan KPU Bali bekerja sama dalam mengkaji kepemiluan itu, termasuk pula mengenai perilaku calon pemilih pemula tersebut. ”Perlu sosialisasi dengan cara yang tepat agar generasi muda saat ini semakin mengetahui politik dan pemilu,” kata Punia dalam sambutannya.
Adapun pemaparan hasil survei disampaikan Kadek Dwita Apriani dan Ni Made Ras Amanda Gelgel dari FISIP Unud. Dari hasil survei itu juga digambarkan sekitar separuh dari generasi Z di Bali pernah membahas isu politik, baik bersama teman-temannya maupun di lingkungan keluarga.
Akan tetapi, terdapat sekitar 50,5 persen dari 1.800 responden sampel itu menyatakan memilih dalam pemilu adalah kewajiban, 40,3 persen menyatakan memilih dalam pemilu adalah hak, dan 6,2 persen menyatakan tidak tahu.
Terdapat 61,9 persen responden sampel itu menyatakan akan menggunakan hak pilih mereka dalam pemilu, sedangkan 15,8 persen responden menyatakan tidak tahu. Namun, terdapat 2,3 persen responden survei yang menyatakan tidak akan menggunakan hak pilihnya.
Dalam pemaparan tersebut juga disebutkan alasan responden tidak menggunakan hak pilih karena tidak tahu bagaimana memilih dan bingung.
Ketua Bawaslu Bali Ketut Ariyani menyatakan hasil survei perilaku politik calon pemilih pemula itu memberikan pemahaman dan tambahan wawasan bagi penyelenggara pemilu dan juga peserta pemilu.
Ariyani mengatakan, penyediaan dan penyebaran informasi perihal kepemiluan perlu diperbanyak dan disiapkan dengan konten yang menarik kepedulian generasi muda.
”Kami juga sangat mengapresiasi survei ini karena kami di Bawaslu juga memerlukan informasi mengenai perilaku pemilih,” ujar Ariyani di sela-sela acara diseminasi hasil survei KPU Bali itu.