Koalisi Belum Terbentuk, Nasdem-Demokrat Sudah Bersitegang
Saling kritik antara elite Demokrat dan Nasdem terjadi pasca-pertemuan bakal capres Nasdem Anies Baswedan dengan Wali Kota Solo yang juga kader PDI-P Gibran Rakabuming Raka.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
> Demokrat tersinggung dengan sikap elite Nasdem yang menawarkan posisi cawapres Anies Baswedan ke figur-figur yang ditemui Anies
> Nasdem mengingatkan koalisi dengan Demokrat belum terbentuk. Kalaupun sudah terbentuk, Demokrat tak bisa mengatur Nasdem.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
JAKARTA,KOMPAS - Relasi Partai Nasdem dan Partai Demokrat yang kerap disebut akan berkoalisi untuk menghadapi Pemilihan Presiden 2024, terkoyak setelah pertemuan bakal calon presiden Nasdem, Anies Baswedan dengan Wali Kota Solo yang juga kader PDI-P, Gibran Rakabuming. Elite kedua partai bersitegang terkait kunjungan itu.
Melalui akun Twitter-nya, Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Demokrat Andi Arief meminta Nasdem untuk konsentrasi pada hal yang sudah dibicarakan dalam koalisi dengan Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ia juga meminta Nasdem membulatkan tekad di jalur perubahan bersama dengan Demokrat dan PKS.
"Jangan setiap bertemu figur di luar PKS dan Demokrat, Nasdem menawarkan sana-sini," ujar Andi, Kamis (17/11/2022).
Dalam unggahannya, ia menautkan berita di Kompas.com berjudul "Nasdem Sebut Gibran Berpeluang Dampingi Anies, Politikus PDI-P: Maka Apa yang Dilakukan Anies Tak Sopan". Materi dalam berita merupakan kritik dari salah satu politisi PDI-P atas pernyataan Wakil Ketua Umum Nasdem Ahmad Ali menyangkut pertemuan Anies dan Gibran di Solo, Senin (15/11/2022). Ahmad Ali menyatakan, bukan tidak mungkin Gibran dipertimbangkan menjadi calon wakil presiden (cawapres) Anies.
Sindiran Andi Arief pada Nasdem itu pun direspons oleh Ahmad Ali. “Kalau kita belum berkoalisi sudah mengatur-ngatur, ya repot juga itu,” tuturnya.
Menurutnya, kalaupun Nasdem dan Demokrat sudah berkoalisi, tidak tepat jika parpol lain mengatur siapa pihak yang bisa ditemui dan tidak oleh Nasdem. Koalisi yang hendak dibangun Nasdem sepenuhnya koalisi untuk memperjuangkan gagasan bersama untuk Indonesia yang lebih baik ke depan dan sekaligus memperjuangkan pemenangan capres-cawapres yang diusung.
“Jadi, koalisi dibentuk bukan untuk membenci bersama-sama pihak tertentu. Tidak boleh ada partai yang saling mengunci, membungkam, dan jangan merasa terganggu ketika orang lain di koalisi bicara tak sesuai dengan keinginan kita,” tambahnya.
Selain itu, koalisi yang hendak dibangun Nasdem adalah koalisi yang kedudukan antarparpol di dalamnya setara dan antarparpol saling menghargai. Bukan lantas satu parpol menguasai parpol lainnya. “Kalau saling menguasai, ngapain kita berkoalisi,” ucapnya.
Menyangkut wacana memasangkan Anies-Gibran, Ali menekankan wacana itu tak melanggar etika. Apalagi, sekali lagi ditekankannya, Nasdem dan Demokrat belum berkoalisi. “Kita belum berkoalisi. Kita belum menyepakati siapa-siapa. Demokrat juga belum menyepakati Anies sebagai capresnya walaupun kalau ditanya kondisi diskusi Nasdem, Demokrat, PKS, semua berjalan lancar karena masing-masing partai sudah mengutus perwakilannya,” jelasnya.
Untuk diketahui, meski ketiga partai, Nasdem, Demokrat, dan PKS, sudah berulangkali menyatakan intensnya komunikasi di antara mereka, tetapi hingga kini, koalisi ketiganya belum dideklarasikan. Salah satu yang masih mengganjal terkait bakal calon wakil presiden yang akan mendampingi Anies. PKS meminta mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sedangkan Demokrat menilai ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono, tepat untuk mendampingi Anies.