Peningkatan elektabilitas Ridwan Kamil dalam survei kali ini disebut didominasi oleh kelompok perempuan di Jawa Barat. Berbeda dengan tokoh potensial capres/cawapres lain yang pendukungnya dominan laki-laki.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
Elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam survei Kompas periode Oktober 2022 melonjak dibandingkan survei periode Juni 2022. Bahkan, Ridwan menempati urutan keempat dalam elektabilitas sebagai calon presiden serta urutan pertama dalam elektabilitas calon wakil presiden. Kenapa bisa terjadi?
Hasil Survei Nasional Kompas yang dilakukan pada 24 September-7 Oktober 2022 menunjukkan, dalam tren elektabilitas calon presiden (capres) menempatkan Ridwan Kamil pada urutan keempat dengan elektabilitas 8,5 persen. Elektabilitasnya itu meningkat 5,1 persen ketimbang survei Juni yang saat itu masih 3,4 persen.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Adapun elektabilitasnya sebagai calon wakil presiden (cawapres), Ridwan menempati urutan pertama dengan elektabilitas 11,5 persen. Mantan Wali Kota Bandung itu mendapatkan peningkatan elektabilitas sebesar 5,8 persen dan mampu menggeser Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (10,6 persen) yang sempat bertengger di posisi puncak pada survei Juni 2022.
Peneliti senior Litbang Kompas, Bambang Setiawan, di Jakarta, Rabu (26/10/2022), mengungkapkan, peningkatan elektabilitas Ridwan dalam survei kali ini didominasi oleh kelompok perempuan di Jawa Barat. Hal ini agak berbeda dengan tokoh potensial capres dan cawapres lain yang pada umumnya kelompok pendukungnya didominasi laki-laki.
Peningkatan elektabilitas tersebut disebabkan dalam beberapa waktu terakhir Ridwan memberi contoh yang baik kepada masyarakat tentang bagaimana figur publik menjadi pemimpin yang harmonis dan hangat dalam keluarga. Apalagi, Ridwan menunjukkan karakter-karakter tersebut di tengah kekhawatiran akan hilangnya sifat-sifat tersebut karena perubahan zaman, terutama disrupsi teknologi komunikasi yang menggerus sendi-sendi kehangatan keluarga.
Dalam survei kali ini, karakter pemimpin yang harmonis dan hangat dalam keluarga hanya ditemukan pemilih pada sosok Ridwan, tidak terlihat pada Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, maupun Anies Baswedan. ”Orang Indonesia atau di mana pun, suka drama keluarga atau ingin tahu kehidupan keluarga tokoh,” ujar Bambang.
Ridwan memberi contoh yang baik kepada masyarakat tentang bagaimana figur publik menjadi pemimpin yang harmonis dan hangat dalam keluarga.
Menurut dia, momentum saat ini semestinya dimanfaatkan Partai Golkar untuk mendeklarasikan Ridwan sebagai bakal capres karena elektabilitas Ridwan sedang melonjak. Deklarasi tersebut bahkan diyakini bisa memberikan keuntungan bagi keduanya, mengingat elektabilitas Golkar sedang menurun sehingga perlu figur yang dapat menaikkan elektabilitas partai pimpinan Airlangga Hartarto itu.
”Potensi Golkar sangat besar, bisa seketika rebound kalau ada calon yang bagus. Sementara buat Ridwan, Golkar juga kendaraan politik yang sangat bagus untuk menaikkan elektabilitasnya karena jauh dari isu negatif saat ini,” tutur Bambang.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan, peristiwa meninggalnya anak Ridwan, Emmeril Kahn Mumtadz, tidak hanya menimbulkan simpati terhadap Ridwan, justru menguak kualitas Ridwan sebagai seorang pemimpin. Suami Atalia Praratya tersebut mampu bijak mengambil keputusan dan menekan emosinya untuk terlebih dahulu menyelesaikan tugas sebagai Gubernur Jabar sebelum akhirnya melanjutkan pencarian anaknya yang tenggelam di Sungai Aare, Swiss.
Ridwan jika dipasangkan dengan Ganjar yang memiliki elektabilitas tertinggi sebagai capres belum tentu menang.
”Biasanya, peristiwa tertentu pengaruhnya paling lama satu bulan, tetapi untuk Ridwan tidak. Sebab, peristiwa itu tidak hanya memunculkan simpati publik, tetapi kualitas Ridwan sebagai pemimpin semakin terlihat,” tuturnya.
Namun, menurut Djayadi, Ridwan jika dipasangkan dengan Ganjar yang memiliki elektabilitas tertinggi sebagai capres belum tentu menang. Sebab, elektabilitas cawapres tidak selalu linear dengan capres karena perlu melihat ceruk pemilih yang berbeda antara capres dan cawapres agar bisa saling meningkatkan perolehan suara.
Menanggapi hasil survei Litbang Kompas, Ridwan Kamil menilai hasil survei bisa jadi bahan evaluasi kinerja. Sebab, menurut dia, peningkatan kinerja akan mengiringi kenaikan elektoral. ”Saya mengapresiasi hasil survei Litbang Kompas. Selain mencerminkan dinamika masyarakat, bagi saya juga sebagai bahan evaluasi kinerja. Bagi saya, fokus bekerja sebagai gubernur dan menyelesaikan berbagai masalah di daerah untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Ridwan di Bandung, Rabu (26/10/2022), dikutip dari Kompas.com.
Selain penilaian masyarakat, menuntaskan kewajibannya sebagai pemimpin di Jawa Barat juga menjadi modal tambah untuk dipertimbangkan oleh partai politik. Apalagi, saat ini, Ridwan belum memutuskan untuk menjadi kader partai. ”Bagi saya, fokus bekerja saja sebagai gubernur mengerjakan tugas sebaik-baiknya dan menyelesaikan berbagai masalah di daerah untuk kesejahteraan masyarakat. Soal elektoral akan mengiringi, dan parpol tentu akan menilai dan bisa melihat dari rekam jejak yang ada,” tuturnya.
Ridwan pun memastikan akan segera mengumumkan langkah politiknya untuk bergabung dengan salah satu partai. Namun, ia masih merahasiakan partai mana yang dituju. ”Saya memang mempertimbangkan masuk parpol untuk bisa melakukan hal-hal yang lebih luas dalam membangun masa depan bangsa. Dalam politik semua bisa terjadi, termasuk peluang untuk diusung oleh parpol atau sebaliknya. Bagi saya, tidak ada masalah. Parpol yang menentukan calon yang akan diusungnya,” ujarnya.