Wapres: Santri Harus Cegah Konflik akibat Perbedaan Aspirasi Politik
Di akun media sosialnya, Presiden menyebut setiap zaman yang dilalui bangsa Indonesia memiliki tantangannya sendiri. Di setiap zaman itu, selalu ada para santri yang berjuang untuk menjadi jalan keluar bangsa.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki tahun politik jelang Pemilihan Umum 2024, Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta para santri ikut berperan dalam mencegah terjadinya konflik di masyarakat akibat perbedaan aspirasi politik. Mereka yang berbeda aspirasi politik dalam pencalonan presiden jangan sampai dianggap sebagai musuh. Politik identitas perlu dicegah agar tidak menjadi isu yang memecah belah masyarakat.
”Nah, santri itu harus berperan untuk menjaga supaya fanatisme kelompok, fanatisme capres itu, kan, jangan sampai menganggap yang tidak seaspirasi itu dianggap musuh gitu,” ujar Wapres Amin dalam keterangan pers seusai Peluncuran Beasiswa Santri Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang digelar bersamaan dengan peringatan Hari Santri Nasional di Istana Wapres, Jakarta, Sabtu (22/10/2022).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Wapres menyampaikan bahwa perbedaan aspirasi politik biasanya timbul dari fanatisme kelompok yang kemudian menimbulkan anggapan bahwa orang lain dengan paham berbeda adalah salah. Untuk itu, santri dengan jumlahnya yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia memiliki peran penting dalam penetralan fanatisme.
Wapres kembali berpesan bahwa peran santri sangat diperlukan dalam menjaga stabilitas politik jelang Pemilu 2024. Sesuai tugasnya, santri harus mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) supaya tetap aman. ”NKRI tidak terganggu ya, dan semua masyarakat tidak terjadi permusuhan, semuanya tetap bersaudara ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa) jangan sampai terkoyak itu saya kira peran dari santri kita,” kata Wapres.
Wapres Amin juga mengimbau kalangan partai politik yang akan berpartisipasi dalam Pemilu 2024 untuk bisa menyikapi perbedaan dengan baik. Parpol diminta turut menjaga narasi kerukunan dalam kampanye yang dilakukan. Sebab, selain dari masyarakat, parpol juga memegang peran strategis dalam menjaga kestabilan politik.
”Dan tentu yang kita harapkan dari kalangan parpol itu sendiri ya ketika dia itu menyikapi perbedaan. Ketidaksamaan itu jangan sampai membuat statement-statement yang bisa menimbulkan permusuhan. Sebab kalau di atas sudah ada unsur-unsur itu, di bawah itu akan bisa lebih parah, akan bisa lain artinya, lebih tajam nanti permusuhannya. Ini yang perlu kita jaga,” tambah Wapres.
Wapres Amin juga mengimbau kalangan partai politik yang akan berpartisipasi dalam Pemilu 2024 untuk bisa menyikapi perbedaan dengan baik.
Terkait pencalonan presiden yang sudah mulai marak didengungkan, Wapres mengingatkan agar penetapan capres dan cawapres dilakukan sesuai dengan undang-undang, yaitu oleh partai politik dan atau gabungan partai politik. ”Saya kira itu siapa yang melakukan pencapresan: partai politik,” tambahnya.
Di laman akun media sosialnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan selamat Hari Santri Nasional. Presiden menyebutkan bahwa setiap zaman yang dilalui bangsa Indonesia memiliki tantangannya sendiri. Dan di setiap zaman itu, selalu ada para santri yang berdiri dan berjuang di tempat terdepan untuk menjawab dan menjadi jalan keluar bagi bangsa ini. ”Menjadi santri adalah menjadi pribadi yang berakhlakul karimah, cinta bangsa, dan berpikiran maju,” kata Presiden.
Ketika menyapa para santri dan santriwati penerima beasiswa santri Baznas, Wapres Amin juga berharap bahwa nantinya akan kembali muncul presiden maupun wakil presiden dari kalangan santri seperti dirinya dan Presiden Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur. Seorang santriwati dari Pondok Pesantren Sulawesi Selatan, Nabila Khairunnisa, sempat bertanya tentang kunci keberhasilan Wapres Amin dari seorang santri hingga menjadi Wapres.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Wapres merespons bahwa menjadi waores itu merupakan hal yang tidak diperkirakan sebelumnya. Wapres pun menceritakan perjalanan kariernya yang dimulai dari seorang politisi hingga menjadi seorang kiai. Ia mengungkapkan, justru ia diminta menjadi Wapres saat menjadi kiai, bukan saat menjabat petinggi partai politik.
”Saya pernah dulu menjadi politisi, saya pernah menjadi pimpinan tertinggi dari suatu parpol, tapi ketika itu saya tidak menjadi apa-apa, akhirnya saya (menjadi Wapres) justru (ketika berada) di jalur kiai, dan tidak ada hubungannya dengan urusan kekuasaan,” jelasnya.
Wapres juga mengisahkan bahwa dirinya pernah menduduki puncak kepemimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pada saat di puncak kepemimpinan dalam bidang keagamaan tersebut, tidak disangka diminta menjadi Wakil Presiden.
”Terus di NU saya menjadi Rais Aam PBNU, saya di MUI menjadi Ketua Umum MUI itu enggak ada jalurnya ke Wapres. Tapi tiba-tiba dengan kehendak Allah tahu-tahu saya diminta menjadi Wapres,” tambahnya.
Menutup arahannya, Wapres berpesan kepada para santri dan santriwati untuk meluruskan niat di jalan Allah karena jabatan itu adalah buah. “Kalau Allah menentukan jalannya, seperti apa yang saya alami, jalan saya di sini, tahu-tahu dibelokkan ke sini. Saya jalur ulama, jalur kiai, ikut para kiai, tahu-tahu dijalurkan menjadi birokrat,” ucapnya.
Sebelumnya, Ketua Baznas RI Noor Achmad melaporkan Baznas telah menyediakan 2.500 beasiswa bagi santri. Melalui Program Beasiswa Santri, Baznas ingin mencetak para santri calon teknokrat, birokrat, dan pemimpin Indonesia di masa depan.