Kapolri: Ibarat Emas, Saat Ini Polri Tengah Pemurnian
Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo meminta semua anggotanya untuk mengubah perilaku menjadi sederhana dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Oleh
Stephanus Aranditio
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mengakui, institusi yang dipimpinnya tengah mengalami ujian berat sehingga diperlukan perubahan besar dari setiap anggota agar menjadi lebih baik. Dia pun menyebut saat ini Polri tengah memasuki masa pemurnian.
Hal itu disampaikan Listyo seusai menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Lapangan Bhayangkara, Jakarta, pada Selasa (18/10/2022). Listyo meminta anggotanya untuk terus waspada dan berhati-hati dalam bersikap agar selalu bisa bermanfaat bagi masyarakat.
”Kita harus selalu waspada dan saya selalu berpesan kepada anggota saat ini, kita sedang terus diuji. Ibarat emas, saat ini kita sedang melaksanakan pemurnian atau pengayakan untuk menjadi emas 24 karat sehingga kita bisa menjadi Polri yang dekat, lebih dicintai masyarakat,” kata Listyo.
Terlebih, lanjut Listyo, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara kelompok 20 atau G20. Selain itu, Indonesia juga mulai memasuki tahun politik menjelang Pemilu 2024.
”Sinergitas dan soliditas antara TNI-Polri serta ulama dan seluruh elemen bangsa mewujudkan persatuan kesatuan untuk menghadapi situasi dampak global yang sulit dan kita semua harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan, apalagi di situasi tahun politik,” tuturnya.
Pernyataan Listyo ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo saat mengumpulkan 559 pejabat Polri yang terdiri dari pejabat utama Mabes Polri, kepala polda, serta kepala polrestabes dan kepala polres pada Jumat (14/10/2022) di Istana Negara, Jakarta.
Beberapa waktu terakhir, publik dihadapkan pada kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat yang diduga melibatkan Kepala Divisi Propam Polri Ferdy Sambo yang sudah dipecat dan kawan-kawan. Terbaru, Jumat (14/10/2022), Polda Metro Jaya menetapkan bekas Kepala Polda Sumatera Barat Inspektur Jenderal Teddy Minahasa sebagai tersangka pidana narkotika.
Presiden menyampaikan fakta citra Polri yang terus turun. Pada November 2021, tingkat kepercayaan publik kepada Polri disebut sangat tinggi, yakni 80,2 persen. Akan tetapi, pada bulan Agustus 2022, tingkat kepercayaan publik kepada Korps Bhayangkara drop menjadi 54 persen.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menyoroti gaya hidup mewah polisi yang terkesan tidak memiliki empati terhadap rakyat yang tengah dilanda kesulitan ekonomi. Presiden khawatir gaya hidup mewah yang diperlihatkan di tengah situasi ekonomi tidak menentu akan menimbulkan kecemburuan sosial dan letupan-letupan sosial di tengah masyarakat.
”Saya ingatkan, yang namanya kapolres, kapolda, seluruh pejabat utama, perwira tinggi, mengerem total masalah gaya hidup. Jangan gagah-gagahan karena merasa punya mobil bagus atau motor gede yang bagus. Hati-hati. Hati-hati, ya, saya ingatkan hati-hati,” tuturnya seperti yang terekam dalam video yang diunggah akun Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (15/10/2022).
Terkait hal ini, Kapolri Listyo meminta semua anggotanya untuk mengubah perilaku menjadi sederhana dan berdampak langsung bagi masyarakat.
”Tinggalkan gaya-gaya yang tidak pas, kehidupan hedonis. Kita harus sadar bahwa kita semua harus bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada sehingga rekan-rekan bisa duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.” katanya.
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Nicky Fahrizal, menilai, Kapolri harus berani bersikap tegas kepada anggotanya sekalipun perwira tinggi Polri yang secara angkatan lebih tua dibandingkan dirinya.
Diketahui, Listyo merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 1991. Listyo menjadi Kapolri dengan melangkahi dua angkatan setelah Kapolri sebelumnya, yakni Jenderal Idham Azis yang merupakan Akpol angkatan 1988.
”Kapolri harus menunjukkan kepemimpinan yang tegas, menegakkan aturan internal maupun peraturan perundang-undangan. Ketegasan ini yang harus menjadi simbol meskipun Kapolri ini dari sisi angkatan lebih muda dibandingkan senior-seniornya. Dia itu dilindungi hukum sebagai kepala. Jadi, soal ketegasan ini harus menjadi kunci untuk mempercepat pembenahan institusi kepolisian,” kata Nicky.
Menurut Nicky, saat ini Polri harus melakukan pembenahan internal terlebih dahulu sebelum memikirkan citra di masyarakat. Sebab, citra Polri yang baik di masyarakat akan timbul dengan sendirinya jika Polri sudah melakukan bersih-bersih.
”Jangan melihat citra dulu, tetapi Polri harus membenarkan dulu sisi fundamentalnya. Misalnya, soal aspek kultural, sejauh mana peraturan Kapolri dan kode etik profesi Polri ini bisa dijalankan dengan baik oleh seluruh anggota,” ucapnya.
Dia mengusulkan, Kapolri bisa mulai terbuka untuk memproses semua aduan jika ada anggota yang melanggar atau bersikap arogan. Keterbukaan ini menjadi kunci agar kepercayaan masyarakat bisa kembali meningkat.