Jaringan Gusdurian Desak Pemerintah Perluas Ruang Demokrasi
Temu Nasional Jaringan Gusdurian yang digelar di Surabaya, Jawa Timur, menghasilkan lima resolusi dan rekomendasi. Salah satu resolusi itu adalah mendesak agar pemerintah dan parlemen memperluas ruang demokrasi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Suasana saat acara panggung budaya dalam Temu Nasional (Tunas) Jaringan Gusdurian di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (15/10/2022) malam. Tunas pada 14-16 Oktober 2022 dihadiri oleh 1.500 anggota Jaringan Gusdurian dari Nusantara dan mancanegara, menghasilkan lima resolusi dan rekomendasi yang mempersoalkan oligarki untuk inklusi sosial politik dan ekonomi.
SURABAYA, KOMPAS — Temu Nasional Jaringan Gusdurian yang digelar di Surabaya, Jawa Timur, menghasilkan lima resolusi dan rekomendasi. Salah satu resolusi yang dihasilkan dalam pertemuan itu adalah mendesak agar pemerintah dan parlemen memperluas ruang demokrasi dengan merevisi undang-undang yang bermasalah serta melibatkan masyarakat dalam perumusan kebijakan strategis.
Temu Nasional Jaringan Gusdurian dilaksanakan pada 14-16 Oktober 2022 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya. Acara tersebut diikuti sekitar 1.500 pegiat Jaringan Gusdurian.
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, mengatakan, Indonesia menjadi contoh baik dunia dalam penanganan pandemi Covid-19. Bangsa Indonesia dinilai mampu memelihara harmoni sosial, melaksanakan berbagai agenda pembangunan, dan memajukan demokrasi.
Pemerintah dan masyarakat juga dinilai mampu berkolaborasi untuk mengatasi pelbagai tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, Jaringan Gusdurian menilai, kekuasaan di Indonesia semakin terkonsentrasi di kalangan elite. Kekuatan modal juga menjadi sumber banyak masalah, terutama perusakan kelestarian alam dan pengabaian kepentingan masyarakat.
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, saat membacakan resolusi dan rekomendasi Temu Nasional (Tunas) Jaringan Gusdurian di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (16/10/2022). Tunas pada 14-16 Oktober 2022 dihadiri oleh 1.500 anggota Jaringan Gusdurian dari Nusantara dan mancanegara.
Padahal, dunia belum pulih dari rangkaian krisis terkait pandemi Covid-19 sekaligus menghadapi sejumlah ancaman, yakni resesi, kerusakan lingkungan, perang, krisis energi, ketimpangan sosial, dan kemiskinan. Itulah kenapa Jaringan Gusdurian menyampaikan lima resolusi dan rekomendasi terkait kondisi bangsa Indonesia.
Resolusi dan rekomendasi itu disampaikan Alissa dalam penutupan Temu Nasional Jaringan Gusdurian, Minggu (16/10/2022). ”Pertama, kami mendesak pemerintah dan parlemen untuk memperluas ruang demokrasi,” ujar Alissa yang merupakan anak sulung dari empat putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid dan Ny Sinta Nuriyah.
Upaya memperluas ruang demokrasi itu bisa dilakukan dengan merevisi undang-undang (UU) yang kontraproduktif terhadap keadilan ekonomi, jaminan ruang hidup, dan kebebasan berpendapat berekspresi. UU yang dinilai harus direvisi, misalnya, UU Pertambangan Mineral dan Batubara, UU Cipta Kerja, serta UU Informasi dan Transaksi Elektronik.
Perluasan ruang demokrasi juga bisa dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam perumusan kebijakan strategis. Selain itu, akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dari pusat hingga desa harus diwujudkan.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, memberikan keterangan pada media seusai pembukaan Temu Nasional Penggerak Jaringan Gusdurian 2018, Sabtu (11/8/2018), di Asrama Haji Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kedua, Jaringan Gusdurian mendesak pemerintah menegakkan hukum yang mencerminkan keadilan dan pemenuhan hak-hak konstitusional. Upaya itu bisa dilakukan dengan menuntaskan pengusutan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan pemulihan terhadap para korban.
Selain itu, pemerintah juga mesti mencegah dan menyelesaikan pelbagai kasus intoleransi melalui revisi aturan dan penguatan peran aparatur negara yang berpandangan keadilan dan kesetaraan.
Upaya lainnya adalah memberantas korupsi dan menguatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Polri, kejaksaan, dan kehakiman. Upaya reformasi TNI, Polri, kejaksaan, dan kehakiman juga harus dilakukan.
”Ketiga, pemerintah daerah agar melaksanakan demokratisasi ekonomi yang inklusif, responsif jender, dan memperhatikan penyandang disabilitas,” ujar Alissa.
Upaya itu bisa dilakukan dengan memberikan perhatian pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui penguatan program inklusi keuangan dan akses pasar. Selain itu, pemerintah harus mewujudkan pemerataan ekonomi, redistribusi sumber daya alam dengan reformasi agraria dan pajak kekayaan, serta transisi energi yang berkeadilan.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Anggota Gusdurian Muda Malang dan Orang Muda Katolik sibuk memindahkan bibit beberapa jenis sayur dari tempat persemaian ke dalam sejumlah polybag, Kamis (5/6/2020) siang, di Kelurahan Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur.
Keempat, Jaringan Gusdurian berkomitmen mengawal Pemilihan Umum 2024 untuk mewujudkan rekonfigurasi kekuasaan. Hal itu akan dilakukan melalui pendidikan politik untuk pencegahan politik uang dan polarisasi sosial.
Jaringan Gusdurian juga akan mengawal proses pemilu untuk memenuhi prinsip langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (luber jurdil). Partai politik juga didesak mereformasi diri sehingga menjadi lembaga berbasis akuntabilitas programatik.
Pertama, kami mendesak pemerintah dan parlemen untuk memperluas ruang demokrasi. (Alissa Wahid)
”Kelima, kami berkomitmen memperkuat konsolidasi masyarakat sipil untuk perimbangan oligarki kelompok elite,” kata Alissa yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Oleh karena itu, Jaringan Gusdurian akan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melakukan pendidikan politik, pemberdayaan ekonomi, dan turut mengadvokasi kasus-kasus rakyat. Selain itu, Jaringan Gusdurian juga akan membangun ruang-ruang dialog untuk memperkuat kohesi dan solidaritas.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Ibu Negara ke-4 Republik Indonesia, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (tengah), berfoto bersama dengan keempat putrinya seusai penganugerahan gelar doctor honoris causa bidang sosiologi agama dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (18/12/2019), di Kampus UIN Sunan Kalijaga, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Nilai-nilai Gus Dur
Sementara itu, Sinta Nuriyah meminta para pegiat Jaringan Gusdurian terus mengamalkan nilai-nilai utama Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Sembilan atau nawa nilai utama itu ialah ketauhidan atau spiritualitas, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, dan kearifan tradisi.
Menurut Sinta, nilai-nilai itu jelas terinspirasi dari Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. ”Nilai-nilai itu penting untuk memelihara rumah Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika,” katanya.
Sinta juga mendoakan korban Tragedi Kanjuruhan atau kerusuhan sepak bola seusai laga antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jatim. Insiden itu menjadi tragedi mengerikan bagi kemanusiaan yang mengakibatkan kematian 132 orang yang mayoritas pendukung Arema atau Aremania.
Sinta menilai, Tragedi Kanjuruhan yang dipicu tindakan aparatur menembakkan gas air mata itu merupakan insiden yang tak manusiawi. ”Tragedi yang tidak manusiawi dan jangan sampai terjadi lagi,” katanya.
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Suasana saat acara panggung budaya dalam Temu Nasional (Tunas) Jaringan Gusdurian di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (15/10/2022) malam. Tunas pada 14-16 Oktober 2022 dihadiri oleh 1.500 anggota Jaringan Gusdurian dari Nusantara dan mancanegara, menghasilkan lima resolusi dan rekomendasi yang mempersoalkan oligarki untuk inklusi sosial, politik, dan ekonomi.
KH Ahmad Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, mengatakan, Jaringan Gusdurian perlu terus memelihara dan menyalakan nilai-nilai keutamaan Gus Dur. Sikap yang diperlukan untuk mengikuti Gus Dur ialah kasih sayang terhadap Allah dan sesama serta makhluk hidup.
”Terus menempatkan perhatian utama terhadap kemanusiaan dan kebangsaan,” kata kiai yang akrab dipanggil Gus Mus itu.