Dari Isu Ijazah Palsu hingga Sosok Pemersatu, Presiden Jokowi Bertemu Geng Kuliahnya
Reuni dengan teman kuliah di Fakultas Kehutanan UGM mewarnai aktivitas Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Yogyakarta, kemarin, 16 Oktober 2022. Pertemuan itu dipakai sekalian untuk menepis isu ijazah palsu.
Pada Minggu (16/10/2022), Presiden Joko Widodo bersama sejumlah menteri datang ke Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan pantauan Kompas, Presiden tiba di hotel dengan sedan hitam bernomor polisi RI 1 sekitar pukul 09.00.
Para menteri yang terlihat hadir pada kesempatan tersebut meliputi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Tak ketinggalan pula Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Pada kunjungannya tersebut, Presiden Jokowi ternyata juga sempat bertemu sejenak dengan teman-temannya semasa mengenyam pendidikan di Universitas Gadjah Mada. Dari video yang diunggah di kanal Youtube Sekretariat Presiden, pada Minggu (16/10/2022), Kepala Negara tampak berbincang santai penuh keakraban dengan teman-teman semasa kuliah.
Baca juga : Presiden Datangi Hotel Ambarrukmo Yogyakarta, Diduga Terkait Rencana Pernikahan Kaesang
Isu ijazah palsu yang beberapa waktu ini kembali terdengar pun tak luput menjadi bahan obrolan ringan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut dengan rekan-rekannya. Presiden Jokowi dengan nada santai terdengar mengawali pertemuan dengan menyinggung soal isu tersebut ijazah palsu, ”Enggak, ini lho, urusan ijazah palsu ini lho... ampuuun, deh....” Sontak teman-teman kuliah Presiden Jokowi pun tertawa mendengar penuturan tersebut.
Sebelumnya, isu ijazah palsu Presiden Jokowi dimunculkan di media sosial oleh seorang warganet. Bahkan, putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, pun dituding membeli ijazah palsu saat wisuda di Singapura. Seseorang di Blora, Jawa Tengah, kemudian malah mengajukan gugatan terhadap penggunaan ijazah Jokowi saat maju sebagai calon presiden 2014. Namun, yang bersangkutan ditangkap karena dianggap penyebar kebohongan.
Belakangan, netizen yang menuding penggunaan ijazah palsu Jokowi ternyata juga diklarifikasi oleh Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara bukan jebolan sekolah tersebut seperti diakuinya semula. Bahkan, cuitan di medsosnya kini sudah dihapus. Menjelang Pilpres 2014, Jokowi memang tidak pernah luput dari sejumlah tuduhan negatif dan kampanye hitam serta hoaks yang diedarkan secara resmi, baik melalui tabloid maupun media sosial lainnya. Tabloid tersebut kini menghilang. Sementara pelakunya sudah divonis penjara.
Foto wisuda
Pada pertemuan tersebut, Presiden Jokowi pun sempat pula menyampaikan pemahaman mengenai isu ijazah tersebut. ”Kalau di SMA, justru, teman-teman saya, kan, (dari) kelas III, II, dan I tahu semua karena saya dulu juara umum, enggaksombong,” seloroh Presiden Jokowi yang kembali disambut tawa teman-temannya.
Terlihat pula ketika teman-teman Presiden Jokowi menunjukkan album foto waktu mereka wisuda. ”Yang mana saya? Lha, saya, lihat to, sudah pakai kacamata (berdiri) di belakang,” ujar Presiden Jokowi yang mengenakan pakaian khasnya, baju putih dengan lengan digulung serta pita berbintang kepresidenan tersemat di dada kiri, sembari turut melihat foto di album tersebut.
Seusai pertemuan, Presiden pun sempat memberikan keterangan. ”Pagi hari ini saya ke Yogya, kemudian mampir ke Ambarrukmo, ini ketemu dengan teman-teman saya mahasiswa. Ada yang dulu di Perhutani, ada yang dosen, wiraswasta, di dinas, ini macam-macam. Pas hari ini kumpul, ya, saya ketemu. Tapi, saya juga hanya sebentar, ndak lama,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi menuturkan bahwa teman-teman semasa kuliahnya tersebut berasal dari sejumlah daerah, mulai Sabang sampai Merauke. Momen semasa kuliah yang diabadikan melalui kamera saat itu pun turut dilihat dan dikenang Presiden bersama para rekan.
”(Saya melihat) Foto-foto waktu wisuda. Ada yang foto waktu di mapala (mahasiswa pencinta alam). Saya sendiri fotonya sudah hilang, tapi ternyata kawan-kawan masih simpan semuanya komplet,” ujar Presiden yang di kesempatan tersebut juga berujar bahwa dirinya sering bertemu dengan teman-temannya tersebut.
(Saya melihat) Foto-foto waktu wisuda. Ada yang foto waktu di mapala (mahasiswa pencinta alam). Saya sendiri fotonya sudah hilang, tapi ternyata kawan-kawan masih simpan semuanya komplet.
Saat berpamitan dengan teman-temannya, Presiden Jokowi pun terlihat menyampaikan terima kasih sambil menangkupkan tangannya sembari menyebut satu demi satu nama temannya. ”Selalu sehat, Pak. Sehat-sehat,” kata teman-temannya mengiringi Presiden yang meninggalkan tempat. Dan, terdengar suara Presiden yang berjalan kian jauh menanggapinya dengan, ”Nggih (Jawa halus: iya).”
Baca juga : Menilik Kembali Gaya Komunikasi Politik Presiden Jokowi
Kenangan dan kesan
Salah seorang teman semasa kuliah, Bambang, menuturkan kesannya saat naik Gunung Kerinci bersama Jokowi. Dia teringat ketika Jokowi saat itu melarangnya memetik edelweiss dan menyarankan untuk menikmati saja dengan melihat bunga tersebut yang tumbuh di alam. ”Saya itu mau methik (Jawa: memetik) edelweiss, (tapi lalu) dilarang. ’Ngapain, Mas Bambang. Dinikmati saja’,” katanya menirukan ucapan Jokowi saat muda dulu.
Adapun Erwansyah, seorang teman lainnya, mengenang Jokowi sebagai sosok yang tidak pernah marah. ”Pak Jokowi selama dia mahasiswa dengan kondisi sekarang itu kurang lebih masih sama. Satu, tidak pernah marah, wise (bijak) dia. Kalaupun kita gojekan (bercanda), ya, sederhana saja gojekan-nya, bergurau saja. Kalau misalkan ketersinggungan, enggak pernah marah. Menasihati kami itu biasa, seperti tadi dikatakan Pak Bambang (terkait jangan memetik edelweiss),” lanjutnya.
Baca juga : Pidato Jokowi, Gemblengan Pandemi, dan Semangat Bangkit Kembali
Jokowi juga dinilai merupakan figur pemersatu. ”Beliau itu memang pemersatu. Kami ini dari beberapa kubu, maklumlah dari mahasiswa itu kan ada HMI, ada apa, tapi bisa disatukan. Beliau yang ibaratnya, walaupun beliau bukan pengurus bukan apa, tapi beliau bisa merangkul kami semua,” ujarnya.
Beliau itu memang pemersatu. Kami ini dari berapa kubu, maklumlah dari mahasiswa itu kan ada HMI, ada apa, tapi bisa disatukan. Beliau yang ibaratnya, walaupun beliau bukan pengurus bukan apa, tapi beliau bisa merangkul kami semua.
Mereka pun mengenang ketika bersama-sama Jokowi ke hutan, praktikum, bahkan beberapa di antaranya juga wisuda bersama. Terkait isu ijazah sarjana milik Presiden Jokowi, teman-teman semasa kuliah menilai isu yang berkembang tidak benar. Menurut mereka, ijazah milik Presiden asli dan sama seperti ijazah lulusan Fakultas Kehutanan UGM tahun 1985 lainnya.
”Ijazah aslinya itu seperti ini. Sama kami, sama semua. Ijazah kami itu ya begini. Dekannya siapa, rektornya siapa, itu sama. Kalau soal (bentuk) tulisan itu selera. Mau nyeni atau enggak nyeni, yang penting tanda kelulusannya itu sah,” ujar Erwansyah.
Teman-teman Presiden Jokowi saat itu juga tidak menyangka bahwa Jokowi kelak akan menjadi pemimpin Indonesia. Namun, ada pula momen-momen yang diingat. ”Waktu kami mendaki Gunung Kerinci sama Pak Jokowi. Kami sama-sama. Beliau orang pertama yang sampai puncak. Ternyata perlambang, kira-kira begitu,” ujarnya.
Baca juga : Diplomasi Mode, dari Sepatu "Mismatched" Bu Menlu hingga Jas Bertanda Jasa Bung Karno
Pun halnya dengan penampilan Jokowi yang dinilai necis. ”Suatu saat kami habis praktik manajemen, dia bawa map gitu. Saya bilang, kami dulu manggil-nya, karena belum Presiden, ya, kami manggilnya Jok gitu, ’Jok kamu itu seperti pejabat, Jok’. Dia (pakaiannya) necis begitu, enggak tahunya jadi Presiden,” kata Johanes.
Ambarrukmo pun menjadi saksi saat Presiden Jokowi bercengkerama sejenak dengan teman masa kuliahnya. Sebuah momen singkat yang diwarnai pembicaraan soal isu ijazah palsu, kenangan larangan memetik edelweiss, hingga penilaian temannya bahwa lelaki yang kini menjadi Presiden di negeri ini tersebut adalah sosok pemersatu.