Menghidupkan Pemikiran Syafii Maarif lewat Festival
Meskipun Buya Syafii telah tiada, karya dan pemikirannya tetap relevan. Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif diselenggarakan guna melanjutkan warisan Buya Syafii.
JAKARTA, KOMPAS — Buya Ahmad Syafii Maarif memang telah pergi meninggalkan bangsa ini untuk selamanya. Namun, pemikiran dan gagasannya tak lekang oleh waktu.
Karya pemikiran dan gagasan almarhum Buya mulai dari soal keislaman, keindonesiaan, hingga kemanusiaan terus disebarkan melalui lembaga Maarif Institute yang telah didirikan sejak tahun 2003.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Abd Rohim Ghazali mengatakan, pihaknya akan menggelar Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif. Kegiatan tersebut ditujukan bagi generasi muda agar dapat mewarisi nilai-nilai perjuangan dan pemikiran Buya Syafii.
”Atas pengakuan banyak orang, bukan hanya orang di Muhammadiyah, pemikiran Buya ini bukan hanya dilestarikan. Kita hidupkan terus dan kembangkan,” kata Rohim pada acara Media Gathering Festival Pemikiran Ahmad Syafii Maarif di kantor Maarif Institute, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (6/10/2022) malam.
Baca juga: Kesederhanaan dan Nilai Toleransi Buya Syafii Maarif Perlu Dihidupi Generasi Muda
Rohim menyampaikan, diselenggarakannya festival tersebut sebagai bentuk menjawab tantangan sekaligus harapan dari banyak pihak pasca-kepergian Buya. Syafii Maarif muda, kata Rohim, mampu menyelaraskan Islam dan Pancasila sebagai jawaban atas permasalahan bangsa.
Ia menambahkan, pemikiran Buya mampu merekatkan setiap perbedaan di kalangan generasi muda lintas etnis, suku, agama, dan budaya.
”Minoritas merasa kehilangan pelindung ketika Buya meninggal. Meski sosok Buya tidak ada, pemikiran dan gagasannya harus kita jaga,” ucap Rohim.
Baca juga: Melanjutkan Keteladanan Buya Syafii Maarif
Rangkaian festival
Direktur Program Maarif Institute Moh Shofan menyampaikan, rangkaian festival itu bakal digelar selama delapan bulan sejak Oktober 2022 hingga Mei 2023. Kegiatan dimulai dengan pengumuman sayembara video pendek dan artikel.
Kegiatan akan diawali dengan diskusi buku-buku karya Buya Syafii pada 27 Oktober 2022 di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Jakarta. Rangkaian festival dilanjutkan dengan Muktamar Pemikiran Buya Syafii yang diselenggarakan pada 12 November 2022 di Solo, Jawa Tengah. Fokus Muktamar Pemikiran ialah membahas relevansi pemikiran Buya terkait tantangan keindonesiaan dan kemanusiaan hari ini.
Kegiatan dilanjutkan dengan program Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan ASM Ke-IV (SKK-ASM IV) selama lima hari, yaitu pada 13-17 November 2022. Program ini akan menghadirkan sejumlah tokoh lokal dan nasional lintas agama serta cendekiawan.
”Dari Muktamar Pemikiran Ahmad Syafii Maarif itulah akan lahir pokok-pokok pemikiran yang disumbangkan untuk bangsa ini sebagai salah satu kader terbaik Muhammadiyah. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka syiar Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan digelar pada 19-20 November 2022 di Solo, Jawa Tengah,” kata Shofan.
Shofan berujar, perhelatan Muktamar Pemikiran ASM dan SKK IV itu bakal diikuti 100 peserta dari sejumlah daerah di seluruh Indonesia. Mereka terdiri dari kader intelektual, aktivis ormas Islam, aktivis lintas agama, peneliti muda alumni program Maarif Fellowship (MAF), dan alumni SKK-ASM sebelumnya, serta peserta SKK periode 2022.
Tidak hanya itu, Maarif Institute berencana menggelar acara ”Mensyukuri 2 Dekade MAARIF Institute”. Tujuannya, mensyukuri 20 tahun perjalanan Maarif Institute yang didirikan pada 28 Februari 2003. Acara tersebut sebagai ruang refleksi atas peran Maarif Institute dalam mencapai misi dan tujuannya.
Pada kegiatan itu, nantinya akan ditayangkan profil 20 tahun perjalanan lembaga, testimoni dari sejumlah tokoh, serta penerima manfaat program Maarif. Selanjutnya, pada Mei 2023, Maarif Institute menetapkan bulan itu sebagai Bulan Pemikiran Ahmad Syafii Maarif.
”Hal ini lantaran Buya Syafii lahir dan meninggal dunia di bulan Mei, yaitu 31 Mei 1935 dan 27 Mei 2022. Bulan Pemikiran Ahmad Syafii Maarif ini akan digelar setiap tahun dan menjadi agenda inti dari program Maarif Institute,” ucapnya.
Shofan melanjutkan, pada Bulan Pemikiran tersebut ada dua agenda besar yang akan dilakukan. Pertama, Syafii Maarif Memorial Lecture (SMML) yang sudah memasuki tahun kedua. Forum akademik ini mengundang sarjana dan cendekiawan terkemuka sebagai narasumber untuk memaparkan ide, pemikiran, dan temuan penelitian terbaru terkait isu-isu keagamaan, politik, demokrasi, kebinekaan, dan kemanusiaan.
Baca juga: Cermin Kejernihan, Mengenang Buya Syafii Maarif
Agenda kedua, penganugerahaan Ahmad Syafii Maarif Award yang merupakan penghargaan yang diberikan setahun sekali, yakni setiap bulan Mei. Penghargaan itu diberikan kepada individu atau lembaga di wilayah Asia-Pasifik yang telah teruji konsistensi dan pengaruh perjuangannya di masyarakat.
Penghargaan ini, kata Shofan, diberikan untuk kategori yang mencerminkan jalan perjuangan intelektual Buya Syafii, yaitu bidang pemikiran keagamaan yang menekankan konsistensi menghidupkan api reformisme keagamaan, progresivitas, dan keberanian mengatasi sekat-sekat kultural, politik, agama, serta bidang aktivisme sosial yang mencerminkan keteguhan dalam membela hak-hak minoritas dan kelompok terpinggirkan.
”Inisiatif award ini didedikasikan untuk mengenang perjuangan almarhum Ahmad Syafii Maarif,” katanya.
Acara ini turut dihadiri sejumlah pimpinan redaksi media cetak dan elektronik. Mereka mengapresiasi dan berharap festival tersebut berjalan dengan lancar.
Buya Syafii wafar pada usia 87 tahun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (27/5/2022). Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah di Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, DIY.