Jika selama ini agama hanya diterapkan sebagai salah satu instrumen pembangunan, forum R20 akan membicarakan berbagai permasalahan agama dalam pergaulan dunia. Hal itu termasuk upaya rekonsiliasi.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Forum Pemimpin Agama Dunia atau R20 yang akan diselenggarakan di Bali pada 2-3 November 2022 diharapkan menjadi ajang untuk mencapai konsensus antar-pemimpin agama guna menjadikan agama sebagai sumber solusi dunia. Forum itu akan menjadi pelopor yang mengajak para pemimpin agama membuat refleksi jujur terhadap agama yang selama ini, alih-alih menjadi sumber perdamaian, menjadi latar belakang terjadinya konflik di beberapa negara.
Juru Bicara Religion of Twenty (R20) Muhammad Najib Azca yang datang bersama tim penyelenggara R20 di Redaksi Harian Kompas, Jakarta, Jumat (23/9/2022), menyampaikan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai inisiator acara menginginkan agar hasil yang dicapai dari kegiatan R20 adalah semacam konsensus antarpemimpin agama. Forum ini akan menjadi ruang perjumpaan yang mengajak para pemimpin agama membuat refleksi jujur terhadap agama, termasuk problem antaragama yang selama ini terjadi.
Setelah masalah-masalah tersebut dipetakan, para pemimpin agama itu didorong untuk membangun kesepakatan mengenai hal-hal yang menjadi fondasi bersama. Salah satunya untuk membangun peradaban agama yang lebih adil dan damai ke depan.
”Intinya adalah bagaimana menyingkap (permasalahan) agama untuk merawat agama sebagai kekuatan solusi global. Sebelum menjadi solusi, harus dikenali dulu masalahnya seperti apa,” kata Najib yang juga menjabat Wakil Sekretaris Jenderal PBNU.
Kehadiran Najib ini diterima oleh Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo dan Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra.
Pada kesempatan itu, Ketua Panitia Pelaksana R20 Ahmad Suaedy menyampaikan, sejauh ini ada sekitar 70 pemimpin agama dari seluruh dunia yang sudah dihubungi untuk hadir dalam acara R20 tersebut, bahkan sebagian di antaranya sudah ditemui. Selain pemimpin agama, acara ini juga akan diikuti tokoh politik dan intelektual dari universitas-universitas di Indonesia, Amerika Latin, Eropa, dan Amerika Serikat. Sebanyak 350-400 peserta akan hadir di forum itu.
Adapun pemimpin agama yang terkonfirmasi hadir dalam acara itu di antaranya Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami atau Liga Muslim Dunia Muhammad bin Abdul Karim al-Issa, Presiden Pontifical Council for Interreligious Dialogue dari Vatikan Kardinal Miguel Ayuso, Sekretaris Jenderal World Evangelical Alliance Pendeta Thomas Schirrmacher, Raja Norodom Sihamoni dari Kamboja sebagai seorang pemimpin agama Buddha, serta Presiden India Draupadi Mumu.
”Ada kemungkinan juga Paus Fransiskus (pemimpin agama Katolik) akan hadir. Ada pernyataan pribadi dari Presiden Joko Widodo yang mengatakan bahwa beliau akan menelepon Paus agar bisa hadir dalam acara R20 itu,” ucap Suaedy.
Lebih lanjut Najib menjelaskan, forum ini menjadi relevan dan penting karena selama ini agama hanya diterapkan sebagai salah satu instrumen pembangunan, misalnya untuk menyukseskan program pembangunan berkelanjutan (SDGs). Para pemimpin agama tidak pernah membicarakan secara lebih mendalam apa permasalahan di dalam agama itu sendiri. Oleh karena itu, PBNU akan berupaya agar forum R20 menjadi ajang dialog yang membicarakan persoalan agama dalam pergaulan dunia.
Rekonsiliasi
Najib menjelaskan, hasil yang dicapai dari forum R20 ini juga diharapkan signifikan. Oleh karena itu, para pemimpin agama yang hadir dalam acara itu diminta untuk berbicara jujur mengenai masalah agama. Menurut Najib, kejujuran itu bisa dimulai dari mengakui kepedihan sejarah yang melibatkan agama. Pengungkapan kebenaran itu dinilai bisa menjadi rekonsiliasi pengampunan. Selain itu, bagaimana merangkul agama dari peradaban dunia yang makin maju. Nilai-nilai yang sama dari semua agama harus bisa menjadi motor perubahan global nantinya.
Najib mengakui, isu dan tema yang akan dibahas dalam forum itu memang ada beberapa yang cukup sensitif. Namun, hal itu tetap perlu disiasati untuk menempatkan kembali agama menjadi nilai yang dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia.
Ide lain yang akan dibahas dalam forum itu adalah seruan untuk benar-benar menghentikan politik identitas dalam kontestasi politik untuk merebut kekuasaan. Sejarah telah mencatat penggunaan politik identitas telah memicu konflik sosial, seperti yang terjadi dalam pemilu di India.
Lebih jauh, para pemuka agama dari seluruh dunia itu juga akan diajak untuk memikirkan masalah ekologi spiritual. Nilai-nilai agama harus bisa menjadi solusi untuk mengatasi bencana ekologis yang terjadi di masyarakat.
Terkait dengan acara R20 ini, sebelumnya Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf beserta jajaran PBNU telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/9). Dalam kesempatan itu, Yahya menyampaikan, dalam waktu dekat akan digelar R20 di Bali. Selain itu, PBNU juga akan mengadakan serangkaian kegiatan menuju peringatan hari lahir atau Satu Abad NU yang akan jatuh pada tanggal 16 Rajab 1444 Hijriah, pada 7 Februari 2023.
Pada kegiatan Satu Abad NU itu, disiapkan sembilan kluster kegiatan, di antaranya NU Women, NU Technology, festival seni tradisional Islam Nusantara, dan Fiqih Peradaban. Salah satunya secara khusus akan diselenggarakan Muktamar Fiqih Peradaban yang substansi acaranya akan saling menopang dengan agenda acara R20. Perihal yang akan dibahas adalah masalah bagaimana manusia bisa membangun kemanusiaan.