Wapres Amin: Merawat Persaudaraan adalah Tugas Bersama
Menjaga harmoni dan persaudaraan Bangsa Indonesia adalah tugas bersama. Semua pemeluk agama juga diharapkan bersama-sama berkontribusi dalam proses pembangunan negeri.
PONTIANAK, KOMPAS — Menjaga harmoni dan persaudaraan bangsa Indonesia adalah tugas bersama. Semua pemeluk agama juga diharapkan bersama-sama berkontribusi dalam proses pembangunan negeri.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengingatkan, kekuatan keberagaman dan solidaritas sebagai anugerah bagi bangsa Indonesia. Beragam tantangan dalam mewujudkan demokrasi ataupun mengatasi tantangan pandemi Covid-19 semakin menunjukkan Indonesia mampu bergandengan tangan dan mengatasinya bersama.
Indonesia dicatat sebagai negara paling dermawan pada 2021. Delapan dari 10 orang Indonesia berdonasi meskipun diterpa krisis. Angka partisipasi relawan Indonesia dikatakan tiga kali lebih tinggi dari rata-rata dunia.
Indeks Kerukuman Umat Beragama di Indonesia pada 2021 juga mencatat skor yang tinggi dengan tiga indikator, yaitu toleransi, kerja sama, dan kerukunan. Keberhasilan bangsa Indonesia mengelola keberagaman hingga menjadi fondasi yang solid bagi toleransi, kerja sama, dan kerukunan masyarakat telah mendapatkan apresiasi dan pengakuan dari negara-negara lain.
”Hal ini tidak berarti pekerjaan kita telah selesai. Dengan pesatnya kemajuan teknologi, dunia berubah sangat cepat, masa depan semakin sulit kita prediksi, ancaman berevolusi menjadi nontradisional. Maka, kerukunan dan persatuan dalam keberagaman harus terus kita rawat, jangan sampai terpecah,” tutur Wapres Amin dalam peringatan hari lahir ke-2.573 Nabi Agung Kongzi (Khonghucu), Rabu (22/9/2022), di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Dalam acara yang diselenggarakan Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) ini, hadir pula Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji.
Baca Juga: Wapres Amin Apresiasi Dialog Islam-Khonghucu
Nilai-nilai agama seperti yang diajarkan Khonghucu mengenai budi pekerti, rasa kemanusiaan, dan kebaikan dalam hubungan antarmanusia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia. Nilai tentang toleransi dan moderasi ini memperkuat jalinan tali persaudaraan sebagai sumber kekuatan bangsa agar sanggup melewati berbagai tantangan dan ancaman.
Kendati telah teruji bermacam kesulitan, demokrasi, dan kebebasan beragama di Indonesia diakui pernah melewati proses berliku di masa lalu. Ke depan, setelah Indonesia naik kelas, lanjut Wapres Amin, saatnya mewujudkan Indonesia maju kendati upaya ini menghadapi tantangan global.
”Tantangan apa pun yang kita hadapi, satu hal yang pasti adalah bahwa semua kerja kita untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan negeri ini berpijak pada perdamaian dan stabilitas. Maka, saya tidak jemu mengingatkan bahwa tugas merawat harmoni dan persaudaraan adalah tugas kita bersama. Kita tidak boleh lengah terhadap potensi-potensi konflik yang pasti hanya akan membawa kerugian dan kemunduran bagi kita,” tutur Wapres.
Baca Juga: Belajar Keberagaman dari Kehangatan Rahim Pancasila di Ende
Wapres Amin juga mengharapkan seluruh pemeluk agama berkontribusi dan berpartisipasi dalam proses pembangunan negeri. Organisasi keagamaan dapat menjadi penggerak roda perekonomian masyarakat, utamanya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta sektor lain, seperti sosial budaya, kesehatan, pendidikan, ataupun lingkungan.
Para pemuka agama, selain membangun manusia berakhlak mulia sesuai ajaran kitab suci masing-masing, diharapkan mampu membangkitkan optimisme dan memotivasi warga bangsa agar tetap produktif dan berdaya juang.
Ketua Umum Matakin Budi S Tanuwibowo, berterima kasih atas dukungan pemerintah yang tulus dan antusias mendukung kegiatan tersebut dan juga yang terkait kelembagaan agama Konghucu.
Budi mengatakan setiap kali perayaan hari kelahiran orang besar, tentu tidak berhenti hanya memeringatinya dan merayakannya saja. Yang perlu lebih dalam adalah menyimak, mempelajari, menghayati, dan melaksanakan anjuran dan nasihat-nasihat tokoh tersebut. Demikian juga ketika memeringati hari kelahiran Nabi Agung Kongzi.
Salah satu nasihatnya menjadi tema acara, yaitu "Gunakan Kitab Cuci untuk Memupuk Persahabatan dan Persaudaraan, Bukan untuk Saling Bersaing atau Merasa Dirinya Paling Baik". Kata Konghucu, hakikat jalan suci atau agama adalah mendekati manusia. Kalau ada jalan suci atau agama menjauhi kemanusiaan sejatinya itu bukan agama karena di empat penjuru samudera semua manusia itu bersaudara.
Oleh sebab itu manusia selalu diingatkan saling membantu. Jika manusia ingin tegak, bantulah orang lain tegak. Apa yang diri sendiri tiada inginkan janganlah diberikan kepada orang lain. "Kita harus selalu belajar ada berlatih karena dengan itulah kemajuan bisa diraih dan selalu lurus dalam kebajikan, karena kebajikanlah Tuhan berkenan," kata Budi.
Pembangunan fisik tanpa diimbangi dengan pembangunan manusia yang sama tekanannya, akan berbahaya. (Budi S Tanuwibowo)
Menurut Budi, cara yang pertama dilakukan adalah melalui pendidikan. Ada pendidikan tiada perbedaan. Pemerintahan yang baik belum sebanding dengan pendidikan yang baik. Pemerintahan yang baik masih bisa membuat rakyatnya takut, tetapi pendidikan yang baik akan membuat rakyat bangkit harga dirinya.
Hak itu selaras, senapas dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah saat ini dengan gerakan nasional revolusi mental. Mentalitas Bangsa Indonesia harus dikembalikan pada mentalitas luhur yang menjadi warisan para leluhur bangsa.
“Saya sangat mendukung kegiatan pemerintah terutama terkait pembangunan manusia. Untuk itu saya mengimbau melalui forum terhormat ini, seluruh rohaniwan Konghucu ketika memberikan khotbah tidak sekadar berbicara soal Tuhan, tetapi juga berbicara soal bangsa, kemanusiaan, dan kebajikan,” tuturnya.
Melalui forum itu ia juga meminta pada Wapres agar pembangunan manusia lebih difokuskan. Pembangunan fisik tanpa diimbangi dengan pembangunan manusia yang sama tekanannya, akan berbahaya.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang maju, penjualannya naik terus, dan pelanggannya semakin banyak, namun ketika pelayanannya kurang karena organisasinya tidak mendukung, maka kepercayaannya akan menurun. Ketika ingin mengangkatnya kembali akan susah.
Baca juga : Singeri Pendidikan Keberagaman
Gubernur Kalbar Sutarmidji, secara terpisah, menuturkan, masyarakat di Kalbar sangat majemuk. Oleh sebab itu, kita harus merawat kemajemukan yang ada untuk menjadi suatu nilai tambah bagi kemajuan daerah.
”Dengan keberagaman etnis, budaya, dan agama yang ada, jika telah terbentuk toleransi dan kebersamaan, tujuan bernegara bisa terwujud,” ujarnya.
Upaya menjaga persaudaraan dalam keberagaman terus diupayakan berbagai pihak di Kalbar. Bahkan, salah satu daerah di Kalbar merupakan kota tertoleran di Indonesia, yaitu Kota Singkawang.
Dalam wawancara Kompas dengan Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie, awal September lalu, toleransi dalam keberagaman di kota yang ia pimpin menjadi salah satu kekuatan dasar yang ”diramu” sebagai modal membangun daerah. Semua paguyuban diberi ”ruang” dalam mengekspresikan kebudayaannya, misalnya dalam rangkaian perayaan Cap Go Meh.