Wapres Amin: Serangan Siber Bisa Lemahkan Pertahanan Nasional
Media sosial turut jadi penjaga demokrasi di dunia modern. Kebebasan mengeluarkan pendapat di media sosial jangan sampai kebablasan sehingga menimbulkan permusuhan di antara saudara sebangsa.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi digital menjadi kebutuhan mendesak yang tak terhindarkan. Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengingatkan agar dunia digital jangan sampai memunculkan perpecahan atau polarisasi di masyarakat. Wapres Amin juga mengingatkan tentang bahaya serangan siber yang bisa melemahkan pertahanan nasional.
”Sejarah mencatat serangan siber besar-besaran terjadi pada tahun 2017 yang menginfeksi sistem komputer di 150 negara, termasuk di Indonesia,” ujar Wapres Amin saat membuka Kongres Mujahid Digital dan Konsolidasi Nasional Komisi Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia di Istana Wapres, Jakarta, Jumat (16/9/2022).
Di Inggris, serangan siber tersebut melumpuhkan Pelayanan Kesehatan Nasional atau NHS yang menyediakan sebagian besar layanan kesehatan bagi masyarakat. Akibat serangan tersebut, semua sistem komputer NHS terkunci, ambulans dialihkan, janji temu dengan dokter dibatalkan dan ruang operasi ditutup.
Menurut Wapres Amin, serangan siber menjadi alarm bagi semua negara maupun perusahaan teknologi tentang ancaman yang nyata dari serangan atas keamanan siber. Meskipun dapat diatasi dan dampaknya tidak permanen, tetapi terbukti telah melemahkan pertahanan dan ketahanan nasional.
”Kejadian tersebut juga membuka mata kita bahwa perekonomian dan kehidupan kita sudah sangat bergantung pada teknologi informasi. Teknologi digital serta Mujahid Digital yang kapabel menjadi kebutuhan mendesak. Oleh karena itu, saya mengapresiasi forum ini,” ujar Wapres Amin.
Ia berharap semakin banyak ormas Islam di Indonesia yang memiliki ahli di bidang teknologi digital untuk membantu pemerintah menjawab berbagai tantangan di masa depan.
”Saya juga berharap para Mujahid Digital membuat program-program edukasi bagi masyarakat di seluruh pelosok Tanah Air agar masyarakat kita semakin bijak bermedia sosial dan cerdas memanfaatkan teknologi digital sebagai medium untuk meningkatkan kemajuan,” ucap Wapres.
Saat ini, perkembangan teknologi digital telah menyentuh hampir seluruh sudut kehidupan.
”Oleh karena itu, saya sangat senang karena MUI dan ormas Islam di Indonesia mempersiapkan Mujahid-mujahid Digital untuk memperkuat dakwah Islam wasathiyah dan kerja kebaikan lainnya yang dihadapkan pada tantangan yang semakin sulit,” kata Wapres Amin.
Wapres Amin menegaskan bahwa realitas sosial pun sudah berubah. Dinamika interaksi sosial di tengah masyarakat berkembang dengan sangat cepat. Hal ini terutama dipengaruhi dengan kehadiran revolusi komunikasi dan teknologi informasi. Komunikasi antarpribadi banyak terfasilitasi dengan aplikasi baru, terutama media sosial.
Pengguna media sosial di Indonesia sangat masif. Berdasarkan data yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, hingga tahun 2022, penetrasi internet Indonesia sudah mencapai 77 persen atau menembus 210 juta pengguna. Mayoritas mengakses internet melalui ponsel untuk membuka media sosial.
”Teknologi adalah alat. Semua alat dapat membawa manfaat atau mudarat, tergantung dari penggunanya. Sama halnya dengan media sosial akan menjadi berkah apabila dijadikan kendaraan untuk mengantarkan pada tujuan yang mulia,” ujar Wapres Amin.
Tujuan mulia dari pemanfaatan media sosial tersebut, antara lain, adalah melindungi dan mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan menjaga ketertiban dunia. Sebaliknya, media sosial akan menjadi bencana jika digunakan untuk menyebarkan hoaks, disinformasi, ujaran kebencian, penipuan, perundungan, dan lain sebagainya.
Wapres Amin menegaskan bahwa media sosial turut menjadi penjaga demokrasi di dunia modern. Demokrasi yang dulu diperjuangkan dan dijaga hanya di dunia nyata, kini juga mesti dijaga di dunia digital. Setiap orang diharapkan mampu menjaga kebebasan mengeluarkan pendapat di media sosial agar jangan sampai kebablasan sehingga menimbulkan permusuhan di antara saudara sebangsa.
Bagi umat Islam, kehadiran media sosial mesti dioptimalkan sebagai sarana menguatkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah. Jangan sebaliknya, justru dunia digital membuat umat di dunia nyata terpolarisasi dan terpecah.
Wapres juga menekankan agar para Mujahid Digital meneguhkan enam platform literasi digital Qur’ani, yaitu qawlan sadîdá (perkataan yang benar); qawlan ma’rûfá (perkataan yang baik); qawlan balîghá (perkataan yang berkesan, membekas pada jiwanya); qawlan karîmá (perkataan yang mulia); qawlan maysûrá (perkataan yang mudah dipahami); dan qawlan layyinâ (perkataan yang lemah-lembut).
Dalam sambutannya, Ketua Komisi Infokom MUI Mabroer MS mengungkapkan bahwa istilah ”mujahid digital” dipilih dalam rangka mengembalikan pemahaman kata ”jihad” ke makna yang seharusnya, bukan dalam arti sempit seperti yang kebanyakan orang ketahui. Mujahid digital merupakan sebutan bagi para ahli teknologi dan informasi dari komisi Infokom MUI.
”Ternyata jihad ini sangat akrab di telinga kita, tapi mispersepsi. Maka kami berusaha agar makna dan penggunaannya benar,” ujar Mabroer.
Kongres Mujahid Digital dimulai dengan kick off Kongres Mujahid Digital di Graha Mental Spiritual, Jakarta Pusat, pada Rabu 31 Agustus 2022 yang lalu. Kongres kemudian dilanjutkan dengan kegiatan halaqoh dengan para youtuber dan pemengaruh Muslim.
MUI sebagai rumah besar umat Islam diharapkan bisa menjadi rumah yang nyaman bagi youtuber dan pemengaruh. Selama ini, youtuber dan pemengaruh dinilai menjadi bagian dari sumber informasi yang agak menyesatkan. Hal ini karena berkembangnya ujaran kebencian hingga ujaran yang menyinggung SARA.
”Oleh karena itu, MUI melalui Infokom, memiliki kewajiban moral untuk mengajak mereka kembali. Harapannya, agar Islam wasathiyah yang dikembangkan MUI ini menjadi mainstream,” ujar Mabroer.