Kendalikan Inflasi, Wapres Dorong Pemanfaatan Teknologi Pertanian Modern
Metode hidroponik modern sekaligus menjadi solusi dalam menghadapi perubahan iklim karena didesain terukur dan tak tergantung alam. Risiko gagal panen juga bisa diminimalkan dan berdampak pada stabilisasi harga.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin mendorong pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat dengan pemanfaatan teknologi pertanian modern seperti hidroponik. Penerapan teknik hidroponik diharapkan dapat menyokong kedaulatan pangan sehingga dapat berkontribusi dalam menekan inflasi harga pangan. Teknik hidroponik juga memiliki keunggulan karena bisa menekan risiko gagal panen.
”Saya kira ini yang ini kita kembangkan, yaitu ada rekayasa-rekayasa dalam penananam sehingga menyiasati sehingga risiko-risikonya bisa diperkecil, (seperti risiko) gagal panen, dan kita ingin mengembangkan model nanti inti plasma,” ujar Wapres Amin ketika meninjau kebun hidroponik Batamindo Green Farm di Karawang, Jawa Barat, Kamis (15/9/2022).
Di kebun yang dikelola oleh PT Singapura Fresh Green Makmur ini, Wapres melihat langsung proses tanam, pengemasan, hingga distribusi dengan memanfaatkan teknologi hidroponik. ”Jadi, ada yang inti, tapi ada juga nanti ada plasma yang dikembangkan masyarakat dengan standar yang sama, Saya dengar di Batam sudah mulai ada nanti juga di tempat di sini atau tempat lain ada semacam hidroponik milik rakyat yang menjadi bagian dari kebun inti,” tambahnya.
”Saya kira ini yang ini kita kembangkan yaitu ada rekayasa-rekayasa dalam penananam sehingga menyiasati sehingga risiko-risikonya bisa diperkecil, (seperti risiko) gagal panen, dan kita ingin mengembangkan model nanti inti plasma. ”
Menurut Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, inflasi terkait erat dengan jumlah produksi pangan di dalam negeri dan sejauh mana nilai ekspor. ”Dalam hal ini ekspansi apa yang memang bisa kita maksimalkan, dalam hemat kami yang ideal 60 persennya memang ekspor, 40 persennya impor, karena inflasi terus bergerak, Alhamdullilah inflasi negara kita kecil kalau kita banding negara maju,” ujar Harvick ketika mendampingi Wapres Amin memberikan keterangan pers.
Terobosan seperti pemanfaatan teknologi hidroponik disebut bisa berkontribusi dalam kedaulatan pangan. ”Kalau terobosan kita dengan banyaknya upaya-upaya semacam ini juga dipayungi kawan swasta besar, membantu kegiatan-kegiatan bukan hanya sampai ketahanan pangan tapi juga kedaulatan pangan,” tambah Harvick.
Wapres Amin menambahkan bahwa pemerintah pusat telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk pengendalian inflasi. Peran pemerintah daerah antara lain adalah dalam upaya untuk mencukupi pasokan pangan yang dibutuhkan masyarakat.
”Kalau terobosan kita dengan banyaknya upaya-upaya semacam ini juga dipayungi kawan swasta besar, membantu kegiatan-kegiatan bukan hanya sampai ketahanan pangan, tapi juga kedaulatan pangan. ”
“Dengan demikian diharapkan inflasi kita bisa ditekan, kalau dari satu daerah memang membutuhkan itu akan disuplai dari daerah lain ini sudah ada semacam kesepahaman antara satu daerah ke daerah dengan daerah lain, dan pemerintah daerah diharapkan membiayai ongkos transportasi dari pemindahan itu sehingga inflasi bisa ditekan,” kata Wapres Amin.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga melihat pemanfaatan teknologi pertanian sebagai salah satu solusi pengendalian inflasi. “Karena apa? Sayuran di gunung bisa ditanam di daerah panas sehingga yang tadinya kita mengandalkan hal-hal yang sangat alami tapi kadang terkena cuaca berdinamika atau yang lain dengan hidroponik green house maka tanaman apapun bisa kita hasilnya dimanapun,” ucapnya.
Stabilisasi Harga
Ridwan berharap, rekayasa teknik penanaman sayur dapat memenuhi kebutuhan pangan di Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya. “Betul-betul bisa didesain benar-benar diukur karena tidak tergantung karena gagal panen di sini bisa diprediksi, dikendalikan agar tidak terjadi. Kalau semua bisa dilakukan seperti ini dan juga mengajak instutisi lain seperti pesantren, desa-desa, ini akan menjadi cetak biru indonesia menjadi negara swasembada dari sisi pangan,” tambahnya.
“Betul-betul bisa didesain benar-benar diukur karena tidak tergantung karena gagal panen di sini bisa diprediksi, dikendalikan agar tidak terjadi. Kalau semua bisa dilakukan seperti ini dan juga mengajak instutisi lain seperti pesantren, desa-desa, ini akan menjadi cetak biru indonesia menjadi negara swasembada dari sisi pangan”
Direktur Batamindo Green Farm Franciscus Welirang menambahkan bahwa metode hidroponik modern sekaligus bisa menjadi solusi dalam menghadapi perubahan iklim. “Kita coba menyiasati iklim dan menyesuaikan dan di sini juga hemat penggunaan air dan terjaga sehingga dalam hal ini kalau petani kita dengan teknologi yang seperti ini berjalan, gagal panennya itu akan kecil dan bisa terencana, saya kira itu sangat penting dalam rangka stabilisasi harga,” ucapnya.
Saat ini, teknologi hidroponik ini juga sudah dikembangkan di tujuh pondok pesantren. Selain hidroponik, ponpes-ponpes ini juga mengembangkan teknik aquaponik yang menggabungkan pertanaman sayuran dan kolam ikan. “Ini juga supaya ada pengentahuan-pengetahuan santri kita terhadap teknologi pertanian dan moga-moga mencintai pertanian untuk pangan kita,” tambah Franky.
Batamindo Green Farm mulai beroperasi pertama kali di Batam pada 2020 dengan luas lahan 40 hektar dan memproduksi hasil panen sebanyak 5.000 metric ton/tahun. Di akhir 2021, Batamindo Green Farm melakukan ekspansi dengan membuka lahan di Pulau Jawa seluas 150 hektar dengan target produksi sebanyak 22.350 metric ton/tahun untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam maupun luar negeri.
Produk sayuran hidroponik semiorganik yang dihasilkan antara lain selada hijau, kailan, selada butterhead, sawi pahit, kale, cabe merah kriting, cabe hijau dan tomat. Ditemui di areal pertanaman hidroponik, Supervisor Nutrition Film Technique, Muhammad Bhakti Triyoga menyebut bahwa pertanamanan dengan teknik hidroponik lebih efisien dibanding pertanian konvensional.
Menurut Bhakti, penggunanaan air lebih hemat 90 persen. Air untuk pengairan dirotasi dengan suhu dijaga pada rentang 25-28 derajat celsius. Areal pertanaman dilengkapi dengan cooling tower untuk mendinginkan air serta blower penjaga suhu ruangan di kisaran 28 derajat celsius.
Pemberian nutrisi juga lebih hemat 30 persen dibanding pertanian konvensional. Ia menyebut setiap green house atau rumah kaca dengan luasan 700 meter bisa memproduksi 2-3 ton sayuran per hari. Setiap blok rumah kaca juga lebih hemat tenaga kerja dengan hanya 3 orang pekerja per rumah kaca. (WKM)