Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengingatkan, perang dan ketegangan antarsejumlah negara yang terlihat saat ini hanya akan menimbulkan derita kemanusiaan.
Oleh
ANTONIUS PONCO ANGGORO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di Jeju Forum, forum internasional yang membahas isu-isu konflik, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyerukan untuk menghentikan peperangan. Perang ditekankannya hanya akan menimbulkan derita kemanusiaan. Krisis energi, pangan, dan ancaman resesi dunia yang dirasakan masyarakat dunia saat ini adalah buktinya.
Megawati yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menekankan, pembahasan perdamaian dunia saat ini sangat mendesak di tengah berbagai persoalan geopolitik. Perang Rusia-Ukraina belum usai, sudah muncul lagi ketegangan antara AS dan China di Selat Taiwan. Selain itu, persoalan lain masih belum tuntas, seperti persoalan di kawasan Timur Tengah, ketegangan di Laut Tiongkok Selatan, hingga upaya mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea.
”Melalui Jeju Forum inilah, saya dan kita menyerukan bersama, tolonglah hentikan perang. Perang hanya akan menimbulkan derita kemanusiaan. Pesan perdamaian Jeju ini harus dikumandangkan,” ucap Megawati dalam pidatonya saat menjadi pembicara kunci di Jeju Forum untuk Perdamaian dan Kesejahteraan, di Jeju, Korea Selatan, Kamis (15/9/2022).
Selain Megawati, hadir pula pembicara kunci lainnya, yakni mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon serta Gubernur Maryland, Amerika Serikat, Larry Hogan. Adapun Asisten Sekjen PBB untuk Hubungan Politik Pembangunan Perdamaian bagi Timur Tengah dan Asia Pasifik Khaled Khiari, serta Presiden Timor Leste Ramos Horta yang juga pembicara kunci, menyampaikan pidatonya dalam bentuk video.
Jeju Forum merupakan platform dialog masyarakat internasional yang tidak hanya berbagi visi perdamaian di Semenanjung Korea, Asia Timur, dan dunia, tetapi juga mencari solusi kreatif untuk melestarikan perdamaian melalui kerja sama internasional. Pergelaran Jeju Forum tahun ini merupakan gelaran ke-17 sejak pertama kali diluncurkan pada 2001.
Forum yang tahun ini mengangkat tema ”Beyond Conflict, Towards Peace: Coexistence and Cooperation” ini diharapkan bisa memetakan peta jalan menuju perdamaian, terutama terkait dinamika global belakangan, seperti perang Rusia-Ukraina, perseteruan AS-China, pandemi Covid-19 yang belum berakhir, dan ancaman perubahan iklim.
Megawati melanjutkan, sejarah peradaban dunia sering dihadapkan pada peperangan besar. Perang Dunia I dan Perang Dunia II contohnya. Dari perang itu sebetulnya sudah terlihat bagaimana perang menyebabkan kesengsaraan dan penderitaan berkepanjangan.
”Pertanyaan reflektif kita bersama, apakah dengan berbagai perang tersebut, dunia masih saja dibutakan oleh ambisi atau hasrat membangun hegemoni suatu negara tanpa mengenal akhir? Lalu ke mana rasa kemanusiaan itu, dan ke mana kearifan para pemimpin dunia sehingga perdamaian menjadi sulit diwujudkan?” ujarnya.
Perdamaian abadi di dunia, lanjut Megawati, merupakan salah satu tujuan bernegara bangsa Indonesia. Syaratnya untuk bisa diwujudkan apabila setiap negara menghormati kedaulatan negara lain dan menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan dalam sistem internasional, serta mengedepankan penyelesaian konflik melalui perundingan.
Belajar dari sejarah ketika dunia terbagi dalam dua blok, menurut Megawati, bangsa Asia dan Afrika memberikan kontribusi penting dengan menginisiasi lahirnya Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Nonblok yang menjadi jawaban terhadap Perang Dingin.
”Spirit konferensi tersebut tetap relevan hingga saat ini. Spirit yang menjadi jembatan perdamaian dan terciptanya solidaritas antarbangsa untuk bersatu mengakhiri segala bentuk perang dan tindakan kekerasan atas nama kepentingan nasional suatu negara,” tambahnya.
Dalam Jeju Forum ini, spirit itu pun diharapkan muncul. Ia meyakini pula cahaya perdamaian akan muncul dari bumi Jeju. Cahaya perdamaian ini akan menuntun para pemimpin bangsa-bangsa dunia, untuk lebih arif-bijaksana, mengedepankan jalan musyawarah, guna mengakhiri perang dan berbagai ketegangan yang terjadi.
Perdamaian penting untuk segera dicapai karena dunia kini kembali harus merasakan dampak perang dan ketegangan tersebut meski hanya beberapa negara saja yang terlibat di dalamnya. Krisis lingkungan sebagai dampak pemanasan global, krisis energi, pangan, dan ancaman resesi dunia yang diderita masyarakat dunia saat ini telah mengajarkan betapa seriusnya dampak perang.
”Karena itulah, stop perang! Dan, marilah kita gelorakan energi perdamaian dengan penuh keyakinan. Itulah tugas sejarah yang bisa ditorehkan dari Jeju Forum for Peace and Prosperity ini,” tambahnya.
Tantangan berat
Sementara itu, Ban Ki-moon dalam pidatonya menyampaikan bahwa tantangan yang dihadapi masyarakat dunia saat ini merupakan yang terberat sepanjang dekade ini.
Tantangan dimaksud, di antaranya, perang Rusia-Ukraina, perseteruan AS dan China di Selat Taiwan, dan eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea, antara Korea Utara dan Korsel.
Di tengah beratnya tantangan itu, problem berat lainnya, yakni pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, masih mengancam kehidupan di muka bumi.
Karena itu, Ban Ki-moon menggugah seluruh aktor lintas negara untuk mencari solusi bersama. Tak hanya itu, kerja sama global harus dibangun dan diperkuat untuk mengatasi seluruh tantangan itu. ”Kita bisa atasi semua problem itu untuk menciptakan perdamaian dunia dan kesejahteraan dengan kerja sama, kerja sama global,” tambahnya.
Ia menekankan pada sejumlah hal yang prioritas untuk diatasi bersama. Di antaranya, efek dari perang Rusia-Ukraina yang mengancam pasokan gas ke negara-negara di Eropa, padahal mereka membutuhkan itu untuk menghadapi musim dingin. Kemudian masih dari efek perang itu, terus meningkatnya harga pangan global bahkan diblokadenya Laut Hitam oleh Rusia membuat pasokan pangan ke Afrika terhambat sehingga membuat masyarakat Afrika terancam kelaparan.
Selain itu, juga terus munculnya penyakit menular dari hewan ke manusia. Yang terbaru adalah Covid-19 dan cacar monyet. Ban Ki-moon melihat hal ini bisa terjadi karena rusaknya lingkungan hidup. Maka, selain pentingnya penguatan sistem keamanan kesehatan global, upaya melestarikan lingkungan hidup harus terus dilakukan. Hal lain yang jadi perhatian terkait pentingnya melanjutkan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals).