Menjaga NKRI di Tengah Keterbatasan
Kekuatan pokok minimum TNI AL masih di kisaran 60 persen. Dengan keterbatasan yang ada, TNI AL harus bisa merumuskan rencana strategi operasi agar setidaknya mampu menjalankan tugas pokoknya.
”Mayday, mayday, kapal kami dibajak... Mayday, mayday, kapal kami dibajak,” seruan itu beberapa kali terdengar melalui radio.
Rupanya, permintaan pertolongan itu berasal dari kapal bernama Kendhaga Nusantara. Salah seorang awaknya berhasil menggapai radio untuk meminta pertolongan. Belasan pembajak dikabarkan telah menguasai kapal.
Tidak jauh, KRI Dewa Ruci tengah patroli. Setelah mendapatkan titik koordinat Kendhaga Nusantara, permintaan pertolongan pun langsung ditanggapi. Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono selaku komandan KRI Dewa Ruci langsung memerintahkan operasi khusus pembebasan kapal.
Tiga tim sea rider pun meluncur mendekati Kendhaga Nusantara dan melakukan pengamatan. Kemudian, satu demi satu kapal sea rider mendekat ke kapal untuk menurunkan belasan anggota pasukan khusus TNI Angkatan Laut.
Baca juga: Kiat TNI AL ”Membuang” Beban Kapal Tua
Tidak hanya dari laut, operasi pembebasan juga dilangsungkan dari udara. Delapan personel pasukan khusus TNI AL diterjunkan dari pesawat dan mendarat persis di atas kapal yang masih melaju.
Tidak sampai di situ. Dari kejauhan, muncul sebuah helikopter Bell dan berhenti tepat di atas Kendhaga Nusantara. Kemudian, sebanyak delapan personel turun secara bergantian dari helikopter melalui tali. Helikopter terbang dengan jarak sekitar 20 meter di atas kapal.
Setelah semua pasukan TNI AL berada di atas kapal, segera operasi pelumpuhan perompak dan pembebasan sandera dilakukan. Satu demi satu personel perompak dilumpuhkan. Dalam waktu singkat, kapal dapat dikuasai kembali oleh pasukan khusus TNI AL yang berasal dari satuan Komando Pasukan Katak, Detasemen Jala Mangkara, dan Batalyon Intai Amfibi.
Operasi pembebasan kapal tersebut merupakan simulasi dari operasi yang sesungguhnya dalam pembebasan kapal yang dibajak. Simulasi tersebut sekaligus hendak menunjukkan kemampuan dan kesiapan personel TNI AL dalam menjaga kedaulatan negara.
Baca juga: Industri Pertahanan Domestik Ciptakan Kapal Perang Baru untuk TNI AL
Setelah simulasi operasi pembebasan kapal Kendhaga Nusantara dari perompak, melintas KRI Sultan Iskandar Muda-367. Kapal perang tersebut baru tiba dari penugasan dalam misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon selama 1,5 tahun.
”Jangan ragu-ragu lagi dengan TNI Angkatan Laut. Kami sudah setara dengan Angkatan Laut di luar negeri. Dengan kekuatan dan kemampuan yang ada, kami siap menjaga kedaulatan,” kata Yudo.
Kesiapan TNI AL
Simulasi tersebut merupakan bagian yang dipertontonkan saat silaturahmi Yudo Margono dengan sejumlah pemimpin redaksi media nasional yang dilakukan di atas geladak kapal legendaris, KRI Dewaruci, Jumat (2/9/2022). Pertemuan tersebut digelar sembari kapal berlayar mengitari Teluk Jakarta dengan titik awal dan akhir adalah Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yang bertempat di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Yudo mengatakan, pada dasarnya, tugas TNI AL adalah menjaga dan menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tugas itu dilaksanakan TNI AL dengan menggelar patroli, menegakkan hukum, membangun kekuatan, dan melaksanakan diplomasi maritim.
Selama ini, ancaman terhadap kedaulatan itu terjadi di perbatasan dalam bentuk penyelundupan dan perampokan. Untuk itu, lanjut Yudo, dirinya telah memperkuat patroli di 10 titik di wilayah Indonesia. Selain itu, selama ini juga telah digelar patroli rutin bersama dengan negara-negara sahabat.
Adapun dalam hal diplomasi maritim, TNI AL melakukan latihan bersama dengan Angkatan Laut negara lain, khususnya dengan kapal Angkatan Laut negara sahabat yang singgah di Indonesia. ”Setiap datang ke sini, saya langsung bilang, (mereka) harus selalu didatangi dan diajak latihan. Kita tidak pernah ragu dan takut menghadapi mereka. Artinya, ini sebagai wujud dari diplomasi TNI Angkatan Laut dan diplomasi maritim,” ujar Yudo.
Kekuatan minimum
Menurut Yudo, secara keseluruhan, kekuatan pokok minimum (MEF) TNI AL berada di kisaran 60 persen. Angka itu berdasarkan kondisi kapal yang menua. Namun, ia memastikan pembaruan dan modernisasi tetap dilaksanakan dengan menyesuaikan anggaran pemerintah yang ada.
Ia menyebut, saat ini, beberapa kapal TNI AL tengah dibangun di beberapa galangan. Jumlahnya cukup banyak, antara lain masih ada 5 kapal dibangun di galangan PT PAL Indonesia, 3 kapal dibangun di Bekasi, 2 kapal dibangun di galangan Lampung, 5 kapal dibangun di Batam, dan 2 kapal dibangun di Banten.
Baca juga: 50 KRI Menjaga Laut Indonesia Setiap Hari
Yudo memperkirakan, hingga 2024, kekuatan pokok minimum setidaknya akan mencapai 80 persen. Yang penting, lanjutnya, TNI AL masih tetap memiliki armada yang cukup untuk melakukan patroli keamanan dan menjaga kedaulatan wilayah.
”Mudah-mudahan sampai tahun 2024 nanti, (kekuatan pokok minimum) melebihi 90 persen atau minimal memenuhi 80 persen. Kami juga mempertimbangkan perekonomian negara yang tidak bisa langsung memenuhi (100 persen),” kata Yudo.
Secara terpisah, Direktur Institute for Security and Strategic Studies Khairul Fahmi berpandangan, kekuatan pokok minimun TNI AL yang sekitar 60 persen masih mencukupi untuk menjaga Indonesia karena negara tidak sedang dalam kondisi perang. Meski demikian, kekuatan tersebut tidak cukup menimbulkan efek gentar.
”Dengan keterbatasan yang ada, TNI Angkatan Laut harus bisa merumuskan rencana strategi operasi agar setidaknya mampu menjalankan tugas pokoknya, seperti patroli, penegakan hukum di laut, dan menjaga perbatasan,” kata Khairul.
Selain itu, dengan keterbatasan anggaran, TNI AL juga perlu membuat sejumlah prioritas. Ini seperti mengarahkan pembelian alutsista baru produksi dalam negeri. Kemudian, alih-alih membeli kapal berukuran besar dengan harga mahal dari luar negeri, anggaran bisa dialihkan untuk membeli kapal patroli yang lebih kecil dan buatan dalam negeri. Meski tidak memiliki efek gentar, jumlah kapal yang banyak akan membantu TNI AL menjangkau lebih banyak lokasi.
Hal lain yang prioritas, kapasitas prajurit TNI AL yang harus terus ditingkatkan meski anggaran terbatas. Sebab, mereka menjadi kunci dalam menghadapi berbagai potensi ancaman yang juga terus berkembang dan berubah.