Wawancara Khusus Presiden: Kita Harus Bersyukur
Memasuki 77 tahun Indonesia merdeka, gotong-royong tetap menjadi modal utama. Ini diperlukan sembari terus mempersiapkan diri menghadapi krisis global seperti salah satu yang diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo.
Tujuh puluh tujuh tahun kemerdekaan Republik Indonesia, merupakan perjalanan yang tidak mudah ditempuh. Pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama dua tahun lebih ini, dan dampak perang Ukraina - Rusia yang masih berlangsung, hingga menyebabkan krisis pangan, energi dan likuiditas, membuat perjalanan bangsa Indonesia sarat dengan lika-liku dan tantangan.
Namun, dengan anugerah yang luar biasa dari Tuhan yang Maha Esa, dan kerja bersama rakyat dan seluruh pemimpin bangsa sejak Presiden Soekarno, Presiden Joko Widodo merasakan kelangsungan membangun negeri ini hingga saat ini. "Saya kira itu yang patut dan terus kita syukuri. Kita juga patut mengapresiasi dan memberikan penghargaan kepada para Presiden pendahulu kita, mulai dari Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden Megawati Soekanoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang secara estafet berkesinambungan membangun negara ini," ujar Presiden Jokowi, Minggu (14/8/2022), saat wawancara khusus dengan Pimpinan Redaksi Harian Kompas, Sutta Dharmasaputra di ruang Veranda Istana Merdeka, Jakarta.
Semula, Presiden Jokowi yang mengenakan "seragam" kerjanya--baju putih lengan panjang yang digulung, celana biru dan sepatu kets biru produk Bandung, Jawa Barat, dan berkaos kaki putih--sudah mengajak berbincang-bincang di meja oval ruang Resepsi, Istana Merdeka. Tak lama, setelah mengetahui tema utama perbincangan lebih banyak soal 17 Agustus dan makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dan tantangan ke depan, Presiden mengajak pindah ke ruang veranda, yang menghadap hamparan taman rumput dan halaman depan Istana Negara.
"Kita ngobrol di sini ya lebih santai," tutur mantan Wali Kota dua kali di Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta, dengan ramah seraya mempersilakan duduk. Hampir satu jam lebih bertemu, Presiden Jokowi tampak cerah, semangat dan antusias saat topik mengenai KTT G20 dan keberadaan Indonesia yang saat ini diperhitungkan banyak negara. Sebaliknya, wajah Presiden Jokowi menunjukkan ekspresi serius tatkala berbicara soal ancaman krisis energi, pangan, dan likuiditas, serta tahun politik 2024 dan Ibukota Negara Nusantara.
Berikut inilah sebagian percakapannya.
Di hari ulang tahun ke-77 RI, pemerintah mengambil tema "Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat." Apa pengalaman mengesankan Bapak mengikuti hari kemerdekaan selama ini?
Saya kira dari dulu, setiap bulan kemerdekaan Agustus selalu muncul kegembiraan, kebersamaan. Bareng-bareng, gotong-royong bangun gapura, bersihkan kampung. Dari desa sampai kota, semuanya semarak dan mensyukuri nikmat kemerdekaan Allah SWT kepada negara kita. Di kampung-kampung, banyak lomba, festival, semua pasang umbul-umbul dan bendera. Saya kira ini suasana dan tradisi yang baik dan memberikan energi positif terhadap bangsa. Alhamdulilah, perjalanan sampai di titik ini tidaklah mudah. Banyak tantangan-tantangan dari masa ke masa yang tidak gampang dilalui.
Terkait HUT ini, Harian Kompas membuat liputan khusus tentang inspirasi merdeka dari pelosok negeri. Kompas ingin melihat masyarakat Indonesia bukan hanya di daerah-daerah yang maju, tetapi di daerah terluar, di pelosok seperti apa. Bagaimana ikhtiar ke depan yang akan Bapak lakukan untuk memerdekakan anak anak bangsa kita yang justru jauh dari kota dan ada di pelosok?
Arah pembangunan kita sekarang bukan Jawasentris tapi Indonesiasentris. Itu yang selalu saya sampaikan. Membangun dari pinggiran, membangun dari desa. Itu terus digaungkan dan diwujudkan dalam sebuah pembangunan konkret, infrastruktur di pinggiran, airport misalnya, di Pulau Miangas, kemudian pembangunan Pos Lintas Batas Negara di Skouw, di Sota Merauke, Motaain, Motamasin, NTT kemudian di Aruk, Nanga Badau, di perbatasan Malaysia dan masih banyak yang kita perbaiki dan bangun. Bukan hanya pos perbatasannya saja, tapi juga infrastrukturnya kita bangun agar rakyat di perbatasan, di pinggiran, dan di desa semuanya merasakan. Kita ingin mereka memiliki kebanggaan dan merasa memiliki negara karena merasakan pembangunannya ada.
"Saya kira dari dulu, setiap bulan kemerdekaan Agustus selalu muncul kegembiraan, kebersamaan. Bareng-bareng, gotong-royong bangun gapura, bersihkan kampung. Dari desa sampai kota, semuanya semarak dan mensyukuri nikmat kemerdekaan Allah SWT kepada negara kita. Di kampung-kampung, banyak lomba, festival, semua pasang umbul-umbul dan bendera. Saya kira ini suasana dan tradisi yang baik dan memberikan energi positif terhadap bangsa. Alhamdulilah, perjalanan sampai di titik ini tidaklah mudah. Banyak tantangan-tantangan dari masa ke masa yang tidak gampang dilalui"
Pembangunan dari pinggiran artinya juga sudah terwujud?
Coba ditanyakan ke desa, misalnya. Betul-betul ada perubahan besar. Saya sering ke desa, kelihatan jalan-jalannya, infrastruktur kecil-kecil, jembatan-jembatan kemudian embung di desa. Inilah yang telah kita gelontorkan selama enam tahun ini ke desa dan mencapai Rp 468 triliun. Saya sampai hafal (hasilnya), jalan sampai 227.000 km, 4.500 embung. Itulah yang dirasakan langsung oleh rakyat, dan itulkah yang saya sampaikan, membangun dari pinggiran, membangun Indonesiasentris.
Besar sekali angkanya ya?
(Kita) belum pernah mengeluarkan dana desa sebesar Rp 468 triliun, belum pernah dalam sejarah kita. Hanya memang sekarang kita kan membangunnya tidak hanya infrastruktur jalan dan irigasi saja, juga pasar desa, BUMDes, dan air bersih di desa. Seperti air bersih, misalnya ada 1,2 juta kilometer sambungan, dan posyandu telah terbangun 38.000. Lalu sumur sebanyak 59.000 unit, dan 56.000 PAUD. Manfaatnya nanti dirasakan oleh rakyat setelah sumber-sumber daya manusia dari desa ini jauh lebih baik. Selain merasakan air bersih yang baik, pendidikan dari PAUD, dan jalan desa. Saya kira goal-nya akan kelihatan 5-10 tahun akan datang.
Baca Juga: Pembangunan Desa Berkelanjutan
Artinya pemerataan pembangunan atau keadilan sosial yang dinantikan semua masyarakat akan berjalan cepat dan mengarah ke tujuan?
Ya, asal kita membangunnya itu. Yang paling penting itu, fokus dan terarah, sehingga bisa tepat pada sasaran. Itu gila-gilaan kerjanya di lapangannya. Misalnya, membangun bendungan itu bukan urusan mudah. Dari situlah muncul, panen yang biasanya satu tahun sekali, kini dua kali. Yang biasanya dua kali menjadi tiga. Ini orang nggak menghitung, padahal dampak dari bendungan sebanyak 4.500 embung dan 1,1 juta hektar irigasi yang dibangun ini, secara nggak langsung munculnya di swasembada (pangan) ini. Kita kan nggak nyangka secepat ini juga.
Apa maknanya jika Bapak Minggu siang tadi di Istana Negara mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) karena dinilai berhasil dalam capaian kinerja pertanian?
Dari sisi pangan, ini yang menurut saya akan lebih mengerikan nanti, karena diperkirakan 345 juta penduduk dunia berada pada kondisi kekurangan pangan dan kelaparan. Kalau dunia tidak bisa menyelesaikan, bisa naik ke 800 juta. Nanti (kalau) dunia tak bisa mengatasi lagi, kita bisa masuk ke 2 miliar lebih (warga kelaparan). Dan kita, IRRI yang di acaranya tadi juga dihadiri Organisasi Pangan Dunia (FAO), memberikan sertifikat bahwa Indonesia memiliki ketahanan pangan yang baik. Kita dinyatakan sudah swasembada pangan sejak 2019. Mereka mengamati angka-angka yang ada. Selama tiga tahun berturut-turut, produksi beras kita sudah di 31,3 juta ton. Konsistensi ini yang dilihat oleh FAO, dilihat IRRI, bahwa betul-betul kita memiliki sebuah ketahanan pangan yang baik.
Jagung pun mereka lihat. Dulu kita impor 3,5 juta ton per tahun. Tahun ini, kita hanya impor kira-kira 800.000-an ton. Turunnya drastis banget. Belum (lagi) banyak bahan-bahan pangan kita kembangkan. Sorgum sekarang mulai kita tanam di NTT, kemudian porang produksinya naik terus, kemudian sagu mulai kita kerjakan di Sorong selatan. Ini banyak yang tidak lihat tapi sudah kita mulai. Saya kira, hasilnya akan secepatnya. Namun, untuk ketahanan pangan yang paling sulit kita kendalikan hanya satu, (yakni) perubahan iklim.
Keseimbangan moneter dan fiskal
Meskipun di bawah tekanan dan belitan berbagai krisis global, perekonomian Indonesia dinilai bisa tetap tumbuh 5,01 persen di Kuartal pertama 2022, dan tumbuh lagi 5,44 persen di Kuartal kedua. Demikian pula inflasi dari Kuartal pertama 4,35, di Kuartal 4,9. Meski demikian, pengendalian perekonomian dinilai tidak mudah karena dari sisi moneter, nilai tukar rupiah tetap bertengger di angka Rp 14.700-Rp 14.800 per dollar AS. Artinya, pengendalian moneter dan fiskal harus diupayakan bisa berjalan beriringan. Inilah strategi yang mau tidak mau harus terus dijalankan pemerintah ke depan.
Bagaimana dengan kemampuan anggaran kita akibat ancaman krisis tersebut dan strateginya?
Sekarang, kayak urusan energi saja, kita harus menyubsidi Rp 502 triliun. Untung kita memiliki pendapatan dari kenaikan (harga) komoditas. Kalau ndak, ndak akan kita kuat menghadapi itu. Pertalite (per liter) masih kita jual Rp 7.650, harga yang benar, keekonomian itu Rp 17.100. Solar masih dijual Rp 5.150, padahal harga sebenarnya Rp 19.000. Pertamax juga harusnya Rp 17.200 kita jual Rp 12.500. Ini subsidi. Enggak ada negara seberani kita menyubsidi sampai Rp 502 triliun. Itu kalau di-(konversi ke) miliar dollar AS kira-kira 35 miliar dollar AS untuk subsidi. Inilah dukungan strategi kita untuk menahan agar tak terjadi perlambatan ekonomi, kenaikan inflasi yang sangat drastis seperti negara lainnya.
Tantangan global saat ini sedemikian besar. Akibat krisis lingkungan, perubahan iklim yang sangat ekstrem terjadi. Krisis pangan dan energi juga menghadang akibat konflik Rusia-Ukraina ditambah memanasnya suhu politik global di Selat Taiwan. Meskipun Indonesia berjalan on the track, melakukan pemerataan pembangunan, tetapi tantangan global sedemikian besar. Apa langkah antisipasinya?
Ya, eksternal sekarang ini sangat mempengaruhi kondisi semua negara. Misalnya, perang di Ukraina, ini kan sebenarnya jauh banget dengan kita, tapi tetap berpengaruh terhadap kondisi ekonomi, pangan, dan energi. Dan, beratnya, krisis ini dimulai dari krisis kesehatan karena pandemi Covid-19. Rangkaian krisis yang berturut-turut hingga ke krisis finansial membuat IMF dan Bank Dunia menyampaikan kondisi tahun ini adalah yang sangat berat. Dan, tahun depan, akan gelap dan lebih berat. Mereka menyampaikannya significant dark, dan itu betul-betul harus kita hati-hati. Kita harus betul-betul waspada, bagaimana mengelola moneter, ekonomi makro kita, mengelola fiskal APBN sejalan dan seiring. Itu juga sesuatu yang tidak mudah.
"Ya, eksternal sekarang ini sangat mempengaruhi kondisi semua negara. Misalnya, perang di Ukraina, ini kan sebenarnya jauh banget dengan kita, tapi tetap berpengaruh terhadap kondisi ekonomi, pangan, dan energi. Dan, beratnya, krisis ini dimulai dari krisis kesehatan karena pandemi Covid-19. Rangkaian krisis yang berturut-turut hingga ke krisis finansial membuat IMF dan Bank Dunia menyampaikan kondisi tahun ini adalah yang sangat berat. Dan, tahun depan, akan gelap dan lebih berat. Mereka menyampaikannya significant dark, dan itu betul-betul harus kita hati-hati. Kita harus betul-betul waspada, bagaimana mengelola moneter, ekonomi makro kita, mengelola fiskal APBN sejalan dan seiring. Itu juga sesuatu yang tidak mudah"
Lalu, bagaimana pemerintah bisa merencanakan sebuah strategi yang bisa menjawab tantangan ke depan secara tepat, jauh sebelum krisis energi dan krisis pangan benar-benar terjadi?
Di G20 kita bertemu dengan lembaga-lembaga internasional. Mereka menyatakan akan terjadi krisis energi, akan terjadi krisis pangan. Mereka sudah menyatakan bolak-balik. Jadi, negara yang akan menang adalah negara yang bisa menyiapkan energinya, dan pangannya. Dan kita bereaksi dengan membangun infrastruktur bendungan, embung dan lainnya tadi. Kemudian untuk energi kita masuk ke B30 sawit. Itu dalam rangka menuju ke sana. Betul-betul kita harapkan, kita bisa mandiri, berdikari, (berdiri) di (atas) kaki kita sendiri. Inilah sesuatu yang harus kita perjuangkan. Selama ini, kita memang sudah ada peringatannya. Untuk itu, kita harus betul-betul melihat dan memperikirakan kejadiannya. Mereka (dunia) sudah berhitung semuanya bahwa negara yang akan survive adalah negara yang memiliki ketahanan energi, ketahanan pangan, dan sekarang juga tambah ketahanan kesehatan.
Ketika Indonesia dalam posisi yang sangat baik ini, dunia melihat kita juga punya peranan sangat besar untuk memperbaiki tatanan kehidupan global. Kebetulan, Indonesia tahun ini menjadi Presidensi G20. Mungkin Bapak bisa cerita, bagaimana kesiapan keketuaan Indonesia di G20 ini dan bagaimana respons negara-negara lainnya?
Ya ini, Presidensi G20, kita ini diberi amanat, diberi kepercayaan, diberi kehormatan, untuk ikut berperan dalam situasi yang tidak mudah, tentu kita siapkan dengan baik. Karena kepercayaan itu harus betul-betul kita respons dengan tindakan konkret. Sebelumnya, saya sering, tidak sekali dua kali, berdiskusi, telpon, dengan Sekjen PBB Antonio Guterres, dengan kepala-kepala negara mengenai situasi seperti ini. Waktu mau ke Kiyv, Ukraina dan Moskow, Rusia, satu setengah bulan sebelumnya sudah bertelpon dengan Presiden (China) Xi Jinping. Selain itu, telpon dengan beberapa kepala negara di Uni Eropa, dan berdiskusi dengan Perdana Menteri India (Narendra Modi). Waktu bertemu Presiden (AS) Joe Biden juga berdiskusi soal itu. Dari diskusi itulah kita memutuskan pergi ke Ukraina dan Rusia.
Bagaimana saat bertemu kedua Presiden?
Dan, dari pembicaraan satu setengah jam dengan Presiden (Volodymyr) Zelenskyy dan dua setengah jam dengan Presiden (Vladimir) Putin, kita jadi tahu. Betapa krisis pangan ini betul-betul bisa kejadian lebih cepat kalau (masalah ekspor) tidak diselesaikan. Ekspor dari Ukraina dan dari Rusia ini (perlu) dibuka dan benar-benar dibuka. Waktu saya berdiskusi dengan Presiden Zelenskyy, dia juga minta jaminan keamanan kapal yang masuk ke Odessa dan terus ke Istanbul, betul-betul diberikan jaminan keamanan. Hal itu saya sampaikan ke Presiden Putin. Beliau menyampaikan, "Lho kalau jaminan keamanan tidak ada masalah, kita bisa memberikan guarantee, bisa memberikan jaminan keamanan". Saya sampaikan ke Presiden Putin, "Boleh ini saya sampaikan ke media?". ‘Silahkan’. Saya sampaikan ke Sekjen Antonio Guterres bahwa ada jaminan keamanan dari Presiden Putin untuk urusan pangan. (Saat) Ini sudah ada kapal yang mulai keluar dari Odessa menuju Istambul. Ini kan bagus.
Ini proses agar krisis pangan itu tidak semakin parah, dan semakin bisa kita atasi. Karena dari diskusi saya dengan Presiden Zelenskyy, beliau menyampaikan ada stok 77 juta ton (gandum) ada di Ukraina, siap untuk dikirim. Kemudian Presiden Putin menyampaikan ada 130 juta ton gandum ada di Rusia. Jumlahnya berarti total di dua negara itu 207 juta ton. Gede sekali, ini yang harus segera keluar dan nanti bisa dibeli, dinikmati oleh negara-negara yang membutuhkan.
"Intinya, kita telah diberi kepercayaan dan harus berperan, berkontribusi. Dan sekarang posisi dan peran Indonesia semakin diperhitungkan. Saya kira ini kesempatan kita untuk berkontribusi terhadap dunia"
Artinya, masyarakat Indonesia harusnya bangga ya, bahwa Indonesia sekarang mempunyai peran penting memperbaiki tatanan global?
Intinya, kita telah diberi kepercayaan dan harus berperan, berkontribusi. Dan sekarang posisi dan peran Indonesia semakin diperhitungkan. Saya kira ini kesempatan kita untuk berkontribusi terhadap dunia.
Pak Presiden merasakan ketika bertemu pimpinan-pimpinan negara itu, ada yang berbeda mengingat (posisi dan peran) Indonesia?
Sangat berbeda dibanding tujuh tahun atau lima tahun yang lalu. Kita ini memang bebas aktif. Non aligned. Kita ini Nonblok. Di semua negara diterima. Kita mau ke manapun juga dihargai. Saya kira, kita ingin merangkul semuanya untuk sebuah dunia yang damai, dunia yang semakin baik, dan kita berharap nanti di G20 pun semua yang kita undang bisa hadir. Ini momentum untuk kebangkitan ekonomi dunia kalau mereka bisa hadir semuanya dan bisa bicara semua secara baik-baik. Saya sampaikan pentingnya ruang dialog bagi negara-negara yang berseteru.
Demokrasi Gagasan
sih
Namun, bagaimana segregasi di masyarakat dampak pemilu-pemilu lalu?
Biasalah, kita ini kalau pas pilkada, pas pilpres, pilgub, pilwali biasa. Tapi masyarakat semakin menyadari pentingnya kebersamaan, pentingnya setelah pilkada atau pilpres rampung, ya menjadi saudara lagi. Kadang saya geleng-geleng juga, sampai segitunya, sampai segitu fanatisnya terhadap kandidat yang didukung. Mestinya ke depan, kita mulai harus membelokkan pada demokrasi gagasan, demokrasi ide sehingga kandidat menyampaikan gagasan untuk memperbaiki kotanya, kabupatennya, provinsinya, negaranya. Mestinya diarahkan ke sana. Kemudian kampanye-kampanye juga mulai menggunakan video conference, menggunakan (teknologi) digital sehingga kualitas demokrasi kita akan semakin baik. Itu yang kita inginkan.
"(Ketika Pilpres) Saya dengan Mas Prabowo (Prabowo Subianto), ramainya kayak apa pada tahun 2019. Kelihatannya ada keterbelahan, (tapi sebenarnya) nggak ada. Kita ini ketemu-ketemu juga, dan akhirnya kita membangun negara bersama-sama. Jadi tidak usahlah kita terlalu (fanatik). Fanatisme membabi buta harus mulai kita tinggalkan, kita harus mulai demokrasi gagasan, demokrasi ide"
(Ketika Pilpres) Saya dengan Mas Prabowo (Prabowo Subianto), ramainya kayak apa pada tahun 2019. Kelihatannya ada keterbelahan, (tapi sebenarnya) nggak ada. Kita ini ketemu-ketemu juga, dan akhirnya kita membangun negara bersama-sama. Jadi tidak usahlah kita terlalu (fanatik). Fanatisme membabi buta harus mulai kita tinggalkan, kita harus mulai demokrasi gagasan, demokrasi ide.
Ada pesan khusus untuk para calon presiden yang akan maju. Karena pendaftaran parpol sudah selesai dan masuk tahun politik 2024 di ambang pintu?
Beri waktu kepada rakyat untuk memilih. Beri waktu kepada parpol untuk bisa membaca keinginan rakyat seperti apa. Memang sudah seharusnya parpol mendengarkan keinginan rakyat. Yang jelas Presiden ke depan harus mau bekerja keras demi rakyat dan menghadapi tantangan-tantangan global yang tidak gampang. Kerja sekarang makro saja tidak cukup, mikro saja tidak cukup tapi harus fokus dan detail.
Baca Juga: Sukarelawan Tunggu Capres Pilihan Jokowi
Bapak dianggap sebagai king maker. Apa sudah ada siapa yang kira-kira cocok memimpin Indonesia ke depan?
Yang mengusung kandidat itu adalah partai atau gabungan partai, sehingga tanyakan ke partai.
Di tengah tantangan sedemikian berat ke depan, pemerintah tentu menjadi faktor penentu untuk tahun ini dan 2023 memaksimalkan kinerja. Apa masih mungkin melakukan perombakan kabinet ketika anggota kabinet belum maksimal dalam kerja-kerjanya?
Masih. Sekarang ini setiap hari bisa terjadi perubahan mendadak situasi dunia. Kita juga membutuhkan kecepatan waktu, ketepatan membuat policy, sehingga kemungkinan reshuffle. Kalau diperlukan untuk kepentingan lebih baik, ya dilakukan. Meskipun tinggal sehari, kalau diperlukan, ya dilakukan.
HUT kemerdekaan 2022 ini dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta. Bapak pernah mengatakan 2024 akan merayakan HUT Kemerdekaan di IKN Nusantara. Sejauh ini seperti apa kesiapan dan apa rencana itu masih bisa direalisasikan?
Kita memiliki keinginan seperti itu, memiliki target seperti itu. Kan boleh saja. Tapi tentu sambil lihat perkembangannya seperti apa. Kalau memang memungkinkan kenapa tidak. Kalau memang nggak memungkinkan, ya ... kita sampaikan apa adanya.
Ada yang ingin disampaikan kepada masyarakat Indonesia di ulang tahun ke-77 Indonesia ini?
Kita harus bersama-sama bergotong-royong dalam situasi yang sangat sulit penuh tantangan ini, bersama bergotong-royong membangun negara ini, menjaga terus kebersamaan kita, menjaga terus persatuan kita. Saya kira dengan cara itulah kita bisa terkait untuk terus bersama-sama memperbaiki negara ini.