Pers Dibutuhkan untuk Menjaga Bangsa Tetap Bersatu
Perkembangan pers kian dinamis akibat kemajuan teknologi informasi, begitu pula persoalan bangsa. Namun demikian, diharapkan Indonesia tetap bersatu meski diwarnai perbedaan pandangan, salah satunya lewat peran pers.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Menparekraf Sandiaga Uno, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (dari kiri ke kanan) ketika mengisi diskusi dan pemaparan pandangan mereka di acara Peringatan 10 Tahun Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) di Hotel Raffless Jakarta, Kuningan, Jakarta, Jumat (5/8/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks akibat kondisi global yang semakin tak menentu. Dalam kondisi tersebut, peran pers sangat dibutuhkan untuk menjaga bangsa tetap bersatu. Namun, sinergi dari para pemimpin bangsa juga tak kalah penting agar semua memiliki gerak yang sama dalam memajukan bangsa.
Pesan itu mengemuka dan disampaikan oleh sejumla pihak yang hadir pada peringatan hari ulang tahun ke-10 Forum Pemimpin Redaksi (Pemred), di Jakarta, Jumat (5/8/2022). Acara bertemakan ”Memajukan Pers, Menyatukan Bangsa” itu dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Di awal acara, Presiden Joko Widodo terlebih dahulu memberi sambutannya melalui tayangan video. Presiden menyampaikan, sebagaimana tercatat pada sejarah, peran pers begitu besar dalam membangun negeri ini. Pers menjadi pilar keempat demokrasi.
Karena itu, Presiden mengajak pers agar terus menjaga hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar, menghadirkan pemberitaan yang berdasarkan karya jurnalistik berkualitas, serta memerangi hoaks dan fitnah yang dapat memecah belah bangsa.
TANGKAPAN LAYAR KANAL YOUTUBE SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo
”Teruslah menunjukkan komitmen dalam menjaga independensi dan kebebasan pers,” ujar Presiden.
Acara ini dihadiri pula, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf; Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti; Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid; dan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy’ari.
Ketua Forum Pemred Arifin Asydhad mengatakan, perkembangan pers semakin dinamis dengan masuknya teknologi informasi, begitu pula persoalan bangsa. Namun, ia berharap bangsa ini tetap bersatu meski ada perbedaan-perbedaan pandangan dan pemikiran sebagai konsekuensi dari negara demokrasi.
Ia mengingatkan, sejak berdiri, Indonesia dibangun oleh para tokoh dan pemimpin dengan gagasan yang besar dan revolusioner. Para pemimpin negara yang seperti itu dibutuhkan saat ini. “Para pemimpin visioner yang tidak berpikir sesaat untuk jangka pendek, tetapi jangka panjang,” katanya.
Indonesia kini dihadapkan pada situasi dunia yang tidak mudah, seperti pandemi Covid-19 yang belum usai, konflik Ukraina dan Rusia yang berkepanjangan.
Satu komando
Airlangga Hartarto menyebut, Indonesia kini dihadapkan pada situasi dunia yang tidak mudah, seperti pandemi Covid-19 yang belum usai, konflik Ukraina dan Rusia yang berkepanjangan, serta perubahan iklim yang tak menentu. Dalam situasi itu, Indonesia tak hanya dituntut untuk mampu menangani dampak perang, tetapi juga dampak ekonomi.
Namun, Indonesia mampu bertahan. Pada kuartal II-2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,44 persen. Pertumbuhan ini lebih baik dibandingkan kuartal I-2022 yang tumbuh 5,01 persen.
Menurut Airlangga, pencapaian ini, salah satunya, tak terlepas dari eratnya kerja sama di antara seluruh pemangku kepentingan, mulai dari TNI-Polri, pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Untuk bisa terus mendorong pembangunan Indonesia, semua hanya bisa terjadi apabila seluruh pihak bersatu.
“Kerja sama kita luar biasa di dalam situasi krisis. Hanya ada satu cara, hanya satu metode kepemimpinan, yaitu satu komando. Dengan satu komando, Indonesia bisa keluar dari pandemi Covid-19. Dengan satu komando, kita bisa memulihkan perekonomian nasional,” ujar Airlangga.
Sandiaga Uno sependapat dengan Airlangga bahwa Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur, hanya bisa terwujud jika demokrasi politik semakin sehat dan bermartabat. Indonesia telah mampu menunjukkan demokrasi yang matang itu, salah satunya dengan kebijakan Presiden Jokowi yang mengajak rivalnya dalam Pemilihan Presiden 2019, yakni dirinya dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, bergabung dalam kabinet Indonesia Maju.
”Ini merupakan suatu terobosan. Mungkin yang pertama di dunia dalam demokrasi dan di sinilah kebersamaan bisa kita timbulkan,” kata Sandiaga.
Menjaga persatuan
Anies Baswedan pun menggarisbawahi soal pentingnya menjaga persatuan. Persatuan harus dijaga dengan memberikan rasa keadilan bagi semua. Persatuan sulit dibangun jika masih terdapat ketimpangan dan ketidaksetaraan.
Untuk itu, media memiliki peran memberikan rasa keadilan itu. Media harus mampu memastikan ruang perdebatan itu selalu ada dan setara. Semua pihak diberikan kesempatan untuk bertukar gagasan demi tujuan yang sama, yakni menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
”Bila media menjadi wahana untuk memberikan kesetaraan gagasan, kesempatan, maka saya yakin rasa kebersamaan muncul, persatuan akan bisa muncul. Dan dengan begitu kita bisa meraih tujuan kita sama-sama,” tutur Anies.
Menparekraf Sandiaga Uno, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Anggota Dewan Penasihat Forum Pemred Heddy Lugito, dan Anggota Dewan Penasehat Forum Pemred Budiman Tanuredjo (dari kiri ke kanan) berfoto bersama dengan kenang-kenangan lukisan dari Forum Pemred di acara Peringatan 10 Tahun Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) di Hotel Raffless Jakarta, Kuningan, Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Sependapat dengan itu, Ridwan Kamil menilai, Indonesia akan sulit meraih tahun emas apabila masih sibuk bertengkar di negaranya sendiri, mulai dari urusan sepak bola hingga urusan pemilihan presiden. ”Ini negara kebanyakan bertengkar di dalam dapur dengan urusannya sendiri sehingga tidak punya waktu untuk mengejar negara-negara yang sudah maju,” ucapnya.
Muhaimin Iskandar menambahkan, dalam menjaga persatuan bangsa, setidaknya tiga level kepemimpinan harus bersatu, yakni pemerintah, tokoh-tokoh nonformal di luar pemerintahan, dan rakyat. Keberhasilan membangun persatuan di tiga level ini sebenarnya sudah terlihat dengan keberhasilan proses vaksinasi Covid-19.
Dalam menjaga persatuan bangsa, setidaknya tiga level kepemimpinan harus bersatu, yakni pemerintah, tokoh-tokoh non-formal di luar pemerintahan, dan rakyat.
”Persatuan di tiga level esensial ini perlu terus dikembangkan ke arah pendidikan, kesehatan, dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat,” ujarnya.
Agus Harimurti Yudhoyono pun mengingatkan, dalam membangun demokrasi, setidaknya ada tiga tantangan yang patut diantisipasi ke depan. Pertama, politik uang yang semakin merajalela. Kedua, identitas politik yang membahayakan bagi persatuan. Ketiga, era politik pasca-kebenaran yang ditandai dengan merajalelanya kabar bohong dan pasukan siber politik.