JAKARTA, KOMPAS — Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo menegaskan bahwa pilot adalah aset yang berharga bagi kesatuan dan negara. Karena itu, pelaksanaan tugas harus dilakukan dalam suasana yang profesional dan terbuka.
Hal tersebut disampaikan Fadjar saat mengunjungi para penerbang Pangkalan Udara (Lanud) Iswahjudi, di Madiun, Jawa Timur, Rabu (20/7/2022), pasca-kecelakaan pesawat T50i Golden Eagle. Fadjar menegaskan bahwa kecelakaan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dan merupakan risiko dari tugas insan Angkatan Udara. ”Kehadiran saya disini untuk memberikan semangat kalian semua, segera terbang dan ciptakan suasana terbang yang profesional,” ujar KSAU.
Kehadiran saya disini untuk memberikan semangat kalian semua, segera terbang dan ciptakan suasana terbang yang profesional.
Kunjungan itu juga dihadiri Komandan Lanud Iswahjudi Marsma M Untung Suropati. Acara diawali dengan doa bersama untuk almarhum Kapten Pnb Anumerta Allan Syafitra Indera Wahyudi.
Secara khusus Fadjar menegaskan, para komandan dan senior diminta untuk membimbing serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas serta menciptakan suasana profesional dan terbuka. Dengan demikian, diharapkan para penerbang dapat melaksanakan tugas ke depan dengan lebih baik, penuh semangat, dan profesional. ”Tetap semangat menjalankan tugas mulia, yaitu menjaga kedaulatan wilayah udara Indonesia,” kata Fadjar.
Tak boleh turunkan semangat
Menurut anggota Komisi I DPR dari Fraksi Golkar, Bobby Adhityo Rizaldi, saat dihubungi terpisah, kecelakaan tersebut juga tidak boleh menurunkan semangat para penerbang. ”Kecelakaan ini tidak boleh membuat turun semangat TNI AU, sebaliknya menjadi evaluasi agar persiapan latihan menjadi lebih hati-hati,” ucapnya.
Bobby meminta kepada TNI AU agar menginvestigasi dan mengevaluasi secara mendalam atas kasus jatuhnya pesawat latih tempur T50i di Blora. Apalagi, beberapa insiden jatuhnya pesawat tipe ini juga pernah terjadi pada 2015 dan pernah pula terjadi insiden tergelincir dari landasan pacu (skidded off the runway) pada 2020. ”Apakah karena teknis, human error, atau karena keterbatasan anggaran? Ini perlu didalami karena solusinya berbeda,” ujar Bobby.
Evaluasi ini, ujar Bobby, sudah sangat mendesak. Sebab, tingkat kesiapsiagaaan matra udara ini sangat rendah dibandingkan dengan matra lain. Bobby pun menyerahkan kepada TNI AU jika ingin bekerja sama dengan Korea Selatan untuk membantu proses audit tersebut.