Agar Lebih Menggigit, Koalisi Parpol Diminta Berlandaskan Gagasan
Komunikasi dan koalisi politik yang dijajaki parpol untuk Pilpres 2024 dipandang masih bersifat pragmatis. Kerja sama belum menyentuh hal fundamental dari visi kebangsaan dan kenegaraan Indonesia.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·3 menit baca
KOMPAS/KURNIA YUNITA RAHAYU
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto setelah pertemuan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, di kediaman Prabowo, di Jakarta, Jumat (24/6/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Komunikasi antarpartai politik masih terus dilakukan, tetapi belum terlihat wacana untuk membangun kesamaan visi yang mendasar, dan dinilai masih cenderung pragmatis dengan mengusung orang atau sosok untuk menjadi calon presiden. Setiap partai masih saling menunggu tercapainya kesepahaman kerja sama dalam Pemilu 2024.
Pasca-Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pekan lalu, Ketua DPP PDI-P Bidang Politik Puan Maharani mengatakan ditugasi untuk menjalin komunikasi politik dengan pimpinan partai-partai politik di Tanah Air.
Menyikapi hal itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, partainya masih terbuka untuk bekerja sama dengan partai lain, termasuk PDI-P. Sekalipun telah ada kesepahaman antara Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk bersama-sama menghadapi Pemilu 2024, partainya terbuka untuk membangun kerja sama dengan partai lain.
”Saya kira itu dinamika politik, ya, satu partai berkunjung ke partai lain melakukan penjajakan dan mencari kesepahaman. Saya rasa itu biasa. Kita apresiasi PDI-P yang dalam hal ini mengikuti dinamika dan alam demokrasi yang ada. Dan melakukan kunjungan-kunjungan silaturahmi itu sangat baik,” katanya saat memberikan keterangan, Senin (27/6/2022), di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad berpidato saat Rapat Paripurna DPR dengan agenda pembukaan masa persidangan V masa sidang 2022 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Ia meyakini, Gerindra akan menjadi salah satu partai yang akan juga dikunjungi PDI-P jika komunikasi politik dilakukan partai berlambang banteng moncong putih tersebut. ”Saya belum tahu ada komunikasi atau belum (dengan Gerindra). Tapi, rasa-rasanya kalau kemudian akan melakukan kunjungan, Gerindra pasti dikunjungi,” ucap Dasco.
Sebelum PDI-P yang baru akan mengunjungi ketua umum sejumlah partai politik untuk penjajakan koalisi dalam rangka Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, sejumlah elite parpol lain sudah sibuk berkunjung satu sama lain. Tak sebatas silaturahmi, pertemuan turut membahas penjajakan koalisi untuk Pilpres 2024.
Bersifat pragmatis
Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, mengatakan, komunikasi dan koalisi politik yang berusaha dijajaki oleh parpol selama ini dipandang masih bersifat pragmatis. Kerja sama politik itu belum menyentuh hal fundamental dari visi kebangsaan dan kenegaraan Indonesia, yakni untuk membangun semangat kewargaan dan kesejahteraan umum.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar seusai pertemuan di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (18/6/2022).
Karena kerja sama dilandasi kepentingan pragmatis untuk meraih kekuasaan, menurut Arie, perhitungan kursi menjadi sangat penting sehingga parpol bisa mengusung calon tertentu sebagai presiden.
”Kecenderungan itu berlangsung 15 bahkan 20 tahun lalu, dan diulang lagi, dan lagi. Sebenarnya kalau ingin lebih menggigit, jangan sekadar koalisi simbolik semacam itu, karena tidak akan mengatasi problem kebangsaan. Belajar dari pengalaman masa lalu, seharusnya koalisi berlandaskan isu atau gagasan, dan bukan sekadar mengusung orang,” ucapnya.
Mantap calonkan diri
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengaku percaya diri mengajukan diri sebagai capres.
Saat memberikan sambutan dalam acara wisuda purnasiswa di Pondok Pesantren Al Ibrohimy, Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Minggu malam, Muhaimin menegaskan modal dirinya sebagai santri dan lingkungan pesantren yang menjadi basisnya adalah kekuatan besar.
Menurut dia, pesantren memiliki konsep yang lengkap dalam hal kepemimpinan ataupun pembangunan bangsa dan negara. Kaum pesantren punya doktrin, ajaran, teori, strategi, ilmu kemasyarakatan, ilmu keumatan, kebangsaan, hingga lahir darussalam, mabadik khoiru ummah. Lahir doktrin keluarga sakinah, ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, ukhuwah bashariyah.
”Teori pesantren jauh lebih tua dari teori sosialisme, kapitalisme. Semuanya lengkap, masa kayak gini enggak percaya diri,” kata Muhaimin dalam keterangan tertulis.
Muhaimin mengatakan, kaum santri wajib memiliki kepercayaan diri yang kuat karena memiliki warisan yang kokoh dan mengakar dalam konsep pembangunan mulai dari unit terkecil di lingkup keluarga hingga unit keumatan, kebangsaan, dan kenegaraan. ”Seharusnya pesantren menjadi arus utama yang percaya diri dalam memengaruhi pembangunan bangsa,” ujarnya.