Gerak Cepat Partai Nasdem
Partai Nasdem memiliki modal besar untuk menarik minat partai politik lain berkoalisi setelah mengusung Ganjar Pranowo, Andika Perkasa, dan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden Nasdem di Pemilu Presiden 2024.
Partai Nasdem melakukan gerak cepat dalam mempersiapkan Pemilu 2024. Persiapannya mulai dari merekomendasikan tiga bakal calon presiden Nasdem di Pemilu Presiden 2024, hingga bertemu dengan beberapa ketua umum partai politik lain. Nasdem pun tidak menutup kemungkinan membangun poros sendiri di Pemilu 2024.
Tiga bakal calon presiden yang direkomendasikan Nasdem untuk Pilpres 2024 sebagai hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Nasdem yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ketiga nama bakal calon tersebut patut diperhitungkan, khususnya Ganjar dan Anies yang memiliki elektabilitas tinggi.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Berdasarkan survei Litbang Kompas pada 26 Mei hingga 4 Juni 2022 menunjukkan, Ganjar berada di urutan kedua dengan elektabilitas 22 persen dan Anies ada di urutan ketiga yang memiliki tingkat keterpilihan 12,6 persen. Mereka hanya kalah dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang menduduki peringkat pertama dengan elektabilitas 25,3 persen.
Surya mengungkapkan, penominasian ketiga calon tersebut sebagai obyektivitas menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan partai. Seperti diketahui, dari ketiga orang yang dicalonkan tak ada yang merupakan kader Partai Nasdem. Menurut Surya, kader Nasdem masuk kategori baik, tetapi belum menjadi yang terbaik.
Baca Juga: Nasdem Disebut Jadi Magnet Baru Penentu Koalisi Pemenangan Pemilu 2024
“Bahwasanya mengedepankan kader partai saya pikir itu semestinya demikian, tetapi tidak kalah juga ketika kita memiliki satu harapan besar, idealisme keinginan kita. Why not the best? Kenapa tidak terbaik?”
“Bahwasanya mengedepankan kader partai saya pikir itu semestinya demikian, tetapi tidak kalah juga ketika kita memiliki satu harapan besar, idealisme keinginan kita. Why not the best? Kenapa tidak terbaik?” tutur Surya dalam acara bincang-bincang Satu Meja The Forum bertajuk ”Manuver Surya Paloh” yang ditayangkan Kompas TV, Rabu (22/6/2022) malam. Acara ini dipandu Wakil Pemimpin Umum HarianKompas Budiman Tanuredjo.
Surya mengaku, pencalonan tiga nama tersebut dilakukan setelah menyerap aspirasi dari masyarakat, baik di kelas atas, menengah, dan bawah, serta dari berbagai latar belakang masyarakat. Referensi yang diberikan oleh masyarakat harus didengar dan nama yang diusung Nasdem merupakan pilihan terbaik.
Dari tiga nama yang dicalonkan, ada Ganjar yang merupakan kader dari PDI-P. Surya mengakui terhadap hal tersebut. Ia berharap, dengan mengusung Ganjar tidak akan merusak persahabatan kedua partai yang sudah dijalin cukup panjang. Surya pun akan mengupayakan komunikasi dengan PDI-P terjaga dengan baik.
Adapun Andika dipilih karena dinilai bisa mengimbangi kedua calon lainnya yakni Ganjar dan Anies. Menurut Surya, tidak ada salahnya bagi seorang panglima TNI seperti Andika mendapatkan penghormatan untuk dicalonkan dari Nasdem. Apalagi, jabatan Andika sebagai panglima akan berakhir pada Desember 2022 nanti, sehingga bisa mengikuti Pemilu yang baru akan digelar pada 14 Februari 2024.
Setelah penyampaian tiga nominasi tersebut, saat ini Nasdem akan menjelaskan ke internal partai. Sebab, kehadiran Anies menimbulkan perbedaan pandangan di dalam tubuh Nasdem. Menurut Surya, apapun gagasan yang ditawarkan Nasdem semata-mata demi membangun iklim politik yang lebih positif.
Surya tidak menutup kemungkinan ketiga nominasi tersebut bisa menjadi calon presiden maupun wakil presiden. Kebijakan politik ke depan tidak ada yang absolut pada hari ini. Meskipun demikian, dinamika tersebut harus ada di dalam koridor pemilu yang lebih baik. Pemilu bukan di atas segalanya, yang terpenting adalah persatuan bangsa.
“Untuk apa pemilu, bangsanya pecah? Lebih bagus tidak ada pemilu, bangsa ini bersatu”
“Untuk apa pemilu, bangsanya pecah? Lebih bagus tidak ada pemilu, bangsa ini bersatu,” tegasnya.
Anies yang dikonstruksikan sebagai wakil kekuatan kelompok religius, Andika kelompok militer, dan Ganjar nasional, menurut Surya, ketiganya sangat mungkin disatukan. Perbedaan dari ketiganya dapat digabungkan dalam rangka menjamin semangat pluralisme. Sejauh ini, Nasdem belum bertemu lagi dengan ketiga bakal calon tersebut setelah penominasian.
Koalisi
Pencalonan ketiga nama tersebut menjadi daya pikat Nasdem dalam berkoalisi dengan partai lain. Setelah pencalonan, Nasdem menerima kunjungan dari Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu dan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Sebelumnya, ada tiga ketua umum yang lebih dahulu berkunjung ke Nasdem dan bertemu Surya Paloh. Mereka adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto.
"Nasdem tidak mungkin berjalan sendiri karena adanya aturan presidential threshold, yang mengharuskan setiap calon presiden mendapatkan dukungan minimal 20 persen kursi di parlemen (DPR)"
Surya mengakui, Nasdem tidak mungkin berjalan sendiri karena adanya aturan presidential threshold, yang mengharuskan setiap calon presiden mendapatkan dukungan minimal 20 persen kursi di parlemen (DPR). Nasdem menghormati aturan tersebut. Karena hanya menguasai 10 persen kursi parlemen, sehingga Nasdem harus membentuk koalisi.
Dalam membangun koalisi tersebut, Nasdem akan melakukannya berdasarkan kesesuaian platform yang menjadi prinsip partai dalam membawa gerakan perubahan yang bermuara pada kepentingan nasional. Persyaratan kedua adalah kesesuaian dengan tiga nama terbaik yang telah dicalonkan Nasdem.
Menurut Surya, seluruh partai yang ada di parlemen saat ini mempunyai kesamaan platform yang dimiliki Nasdem. Ia meyakini seluruh parpol memiliki kesadaran menyayangi dan memperkokoh semangat ideologi kebangsaan yang ada pada bangsa ini. Surya membuka peluang bagi semua parpol yang sepakat dengan Nasdem untuk berkoalisi.
“Bisa (berkoalisi) kalau memang diterima. Kan bisa ada yang tidak diterima. Semuanya punya kepentingan dan kebebasan menentukan pikiran-pikirannya, kebijakan-kebijakannya. Apalagi, dalam pencapresan ini,” kata Surya.
“Bisa (berkoalisi) kalau memang diterima. Kan bisa ada yang tidak diterima. Semuanya punya kepentingan dan kebebasan menentukan pikiran-pikirannya, kebijakan-kebijakannya. Apalagi, dalam pencapresan ini”
Sejauh ini Nasdem belum memastikan akan berkoalisi dengan parpol manapun, meskipun sudah bertemu dengan jajaran pengurus partai lain. Surya mengakui, Nasdem bisa membangun poros sendiri bersama dengan Demokrat dan PKS. Meskipun demikian, Nasdem juga tidak menutup kemungkinan berkoalisi dengan PDI-P.
Bagi Nasdem, yang terpenting saat ini adalah mendahulukan semangat persatuan. Karena itu, para calon presiden yang diusung harus menjadi corong utama untuk menyerukan semangat persatuan yang dimulai saat kampanye. Mereka menjadi tumpuan harapan karena digadang menjadi pemimpin bangsa.
Nasdem juga mendorong calon presiden yang diusungnya dapat melanjutkan pembangunan yang sudah dilakukan Presiden Joko Widodo. Itu menjadi syarat mutlak bagi Nasdem dalam mengusung calon presiden.
Kekuatan baru
Dihubungi secara terpisah, Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro mengungkapkan, Nasdem, PKS, dan Demokrat terlihat semakin memantapkan komunikasi politik mereka dalam rangka menghadapi Pemilu 2024. Pascarakernas Partai Nasdem lalu, komunikasi ketiga partai politik sudah mengalami kemajuan untuk segera mencari kesepahaman mengenai siapa yang akan diusung dalam pemilihan presiden 2024 mendatang.
Menurut Bawono, Nasdem menjelang Pemilu 2024 sangat terlihat ingin membentuk kekuatan baru demi mengurangi dominasi PDI-P selama sepuluh tahun ini. Ada peran tiga tokoh senior dalam merekatkan koalisi ketiga partai ini, yaitu Surya Paloh, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Jusuf Kalla.
Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional, Firman Noor menuturkan, saat ini partai mulai melakukan penjajakan dengan berbagai pihak. Mereka melakukan konsolidasi eksternal setelah melakukannya di internal. Ketika partai lain masih mencari nilai jual, Nasdem terlihat lebih tegas yakni dengan mengusung Anies, Andika, dan Ganjar sebagai bakal calon presiden.
“Itu bagian meraih dukungan. Apa yang disampaikan elite Nasdem, tidak mungkin mencalonkan sendiri. Harus koalisi. Itu tidak bisa sehari dua hari terkait deal yang disepakati. Ada tahapan-tahapan cukup panjang. Nasdem perlu memulainya sejak sekarang”
Baca Juga: PKS Sambangi Nasdem, Pertemuan Sebatas Silaturahmi dan Penyamaan Visi Jelang Pemilu 2024
“Itu bagian meraih dukungan. Apa yang disampaikan elite Nasdem, tidak mungkin mencalonkan sendiri. Harus koalisi. Itu tidak bisa sehari dua hari terkait deal yang disepakati. Ada tahapan-tahapan cukup panjang. Nasdem perlu memulainya sejak sekarang,” kata Firman.
Menurut Firman, Nasdem merupakan salah satu partai yang sukses dalam pencalonan. Insting pemasaran politik yang dilakukan Nasdem bagus, sehingga tokoh-tokoh yang dicalonkan berhasil, termasuk Presiden Joko Widodo. Hal itu menjadi nilai jual dari Nasdem yang bisa menarik minat partai lain untuk berkoalisi.