Nasdem Disebut Jadi Magnet Baru Penentu Koalisi Pemenangan Pemilu 2024
Posisi tawar Nasdem dalam pembentukan koalisi pilpres disebut lebih kuat. Manuver Surya Paloh diprediksikan dapat mengubah koalisi parpol jelang Pemilu 2024.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Nasdem dan ketua umumnya, Surya Paloh, menjadi magnet baru dalam percaturan politik di Tanah Air yang dapat menentukan peta koalisi pada Pemilihan Umum 2024. Kendati hanya menguasai 10 persen kursi parlemen, sejumlah petinggi partai politik bergantian mengunjungi Partai Nasdem untuk membicarakan berbagai persoalan bangsa sekaligus menjajaki kemungkinan kerja sama pada pemilu presiden dua tahun mendatang.
Sejak Maret hingga saat ini setidaknya sudah lima ketua umum partai politik (parpol) yang berkunjung ke Nasdem dan bertemu Surya Paloh. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menjadi pimpinan parpol pertama yang bersilaturahmi ke Nasdem pada 10 Maret lalu. Salah satu tema yang dibahas dalam pertemuan itu adalah wacana penundaan Pemilu 2024.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan kemudian menyusul bertemu Surya Paloh pada 23 Mei. Saat itu Zulkifli disebut menyampaikan perihal Koalisi Indonesia Bersatu yang dibentuk PAN bersama Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pertemuan juga membahas kemungkinan kerja sama dalam kontestasi politik tahun 2024.
Pada 1 Juni, giliran Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto menemui Surya Paloh di Nasdem Tower. Keduanya menyatakan pertemuan itu sebagai pertemuan sahabat lama. Baik Surya maupun Prabowo memang pernah berada dalam parpol yang sama, yakni Partai Golkar. Berbagai persoalan bangsa serta visi dan misi kedua parpol itu juga dibahas dalam pertemuan selama 5 jam tersebut.
Empat hari kemudian, tepatnya pada 5 Juni, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menyambangi Surya Paloh. Selain merupakan kunjungan balasan, pertemuan itu disebut juga membahas kemungkinan kerja sama di antara kedua parpol.
Rencananya, pada Kamis (23/6/2022) ini, Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono akan kembali bertandang ke Nasdem untuk bertemu Surya Paloh. Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menuturkan, Agus Harimurti dijadwalkan untuk bertemu dengan Surya Paloh didampingi Sekretaris Jenderal Teuku Riefky Harsya dan sejumlah pengurus teras lainnya.
Sebelumnya, pada Rabu (22/6/2022), Presiden PKS Ahmad Syaikhu berkunjung ke Nasdem Tower. Syaikhu didampingi Wakil Ketua Majelis Syuro M Sohibul Iman, Sekretaris Jenderal Habib Aboe Bakar Al Habsy, Bendahara Umum Mahfudz Abdurrahman, dan lain-lain. Pertemuan keduanya baru sebatas silaturahim atau penjajakan koalisi.
Usai bertemu selama hampir 2,5 jam, baik Paloh maupun Syaikhu mengakui ada berbagai kecocokan di antara kedua parpol berideologi nasionalis dan religius tersebut. Namun, untuk benar-benar berkoalisi masih diperlukan penjajakan yang lebih dalam. Saat ini, koalisi partai politik masih cair karena pencalonan presiden dan wakil presiden masih cukup jauh.
Surya Paloh mengatakan, kehadiran PKS ke Nasdem Tower masih sebatas silaturahim untuk menjaga hubungan baik yang sudah terjalin baik selama ini. Selain makan siang bersama, kedua ketum parpol itu juga memulai diskusi untuk mempersiapkan konsolidasi barisan masing-masing dalam menyongsong pemilu 2024. Namun, Paloh menyebut, belum ada satu hal serius yang terjadi dalam pembahasan tersebut. Meskipun demikian, tetap ada sesuatu hal yang bisa dimaknai dalam pertemuan tersebut.
”Ada banyak kesamaan pandangan pikiran yang sangat dimungkinkan untuk dikolaborasikan bersama menjadi suatu harapan untuk meningkatkan upaya yang memang harus dipersiapkan dari dini agar kualitas pemilu pada tahun 2024 yang akan datang bisa jauh lebih baik dari apa yang pernah kita lalui,” kata Paloh.
Paloh menambahkan, satu hal yang menjadi konsentrasi bersama antara PKS dan Nasdem adalah berupaya untuk membangun kesadaran masyarakat dalam menyongsong, menghadapi, dan menjalankan pemilu 2024. Hal itu harus dibangun dengan kesadaran untuk menjaga semangat solidaritas persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa yang masing-masing memiliki hak dan pilihannya masing-masing dengan suasana yang kondusif, lebih riang, dan jauh lebih membanggakan.
”Kami juga memberikan gambaran kepada bangsa lain bahwa bangsa Indonesia sebenarnya amat siap menghadapi pemilu yang bebas pada tahun 2024 yang akan datang,” terang Paloh.
Syaikhu menambahkan, banyak hal yang didiskusikan sebagai langkah awal kerja sama antara PKS dan Nasdem. Menurutnya, ke depan akan ada banyak titik temu menuju agenda besar yang perlu dipersiapkan. Hal itu menjadi hal yang akan ditindaklanjuti dalam tataran di tingkat elite politik dalam kaitan yang lebih teknis.
”Mudah-mudahan bisa kami lakukan. Mudah-mudahan kami bisa mencontoh bagaimana partai yang representatif bisa memberikan pelayanan kepada bukan hanya sekadar anggota, tetapi masyarakat secara luas,” kata Syaikhu.
Posisi tawar kuat
Terkait dengan kunjungan sejumlah pimpinan parpol ke Nasdem Tower, dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, menuturkan, Nasdem menjadi magnet baru karena perolehan suara dalam pemilu 2019 mencapai 12,66 juta suara atau 9,05 persen dari total suara sah nasional. Nasdem juga memiliki kursi sebanyak 59 kursi di DPR sehingga posisi tawarnya untuk membentuk koalisi parpol untuk pemenangan Pemilu 2024 menjadi lebih kuat.
Saat ini Partai Nasdem juga sudah memiliki tiga bakal capres yang akan diusung dalam Pilpres 2024. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Surya Paloh akan memilih salah satu dari tiga nama bakal capres untuk diusung dalam pilpres bersama parpol lainnya.
Surya Paloh sebagai politikus senior juga menjadi magnet tersendiri bagi pola dinamika koalisi parpol. Sebagai politikus senior, Paloh dinilai mengetahui betul karakteristik atau watak dari elite politik di Indonesia.
Selain itu, sosok Surya Paloh sebagai politikus senior juga menjadi magnet tersendiri bagi pola dinamika koalisi parpol. Sebagai politikus senior, Paloh dinilai mengetahui betul karakteristik atau watak dari elite politik di Indonesia. Watak dari elite politik di Indonesia itu adalah mudah berubah dan mudah melupakan masa lalu politik. Paloh dinilai memiliki kemampuan untuk memahami berbagai perilaku politik yang lain. Ini menjadi pintu bagi parpol lain untuk mengetahui apa yang terjadi di antara parpol-parpol lain.
”Manuver Surya Paloh bisa mengubah peta koalisi partai politik menjelang pemilu 2024,” kata Ubedilah.
Menurut Ubedillah, Surya Paloh juga bagian dari konglomerasi media yang membentuk parpol secara terang-terangan atau secara vulgar. Hal ini berbeda dengan parpol lain yang tidak membentuk media. Sebagai konglomerasi media, Surya Paloh dianggap sebagai kekuatan politik yang memiliki cukup modal finansial untuk pemenangan politik 2024.
”Ada banyak pintu yang dilihat parpol-parpol lain sebagai pintu untuk negosiasi politik menuju pemenangan pemilu 2024,” imbuh Ubedilah.
Terakhir, menurutnya, Surya Paloh juga memiliki kecepatan manuver politik di tengah parpol lain sebelum mendeklarasikan capresnya. Keputusan Nasdem untuk mengumumkan capres yang akan diusung, yaitu Anies Baswedan, Andika Perkasa, dan Ganjar Pranowo, dinilai dalam berbagai riset dipertimbangkan oleh publik sebagai capres. Hal ini tentu menjadi magnet juga bagi parpol untuk menggalang koalisi dengan Nasdem. Sebab, sudah jelas siapa sosok calon yang akan diusung oleh Nasdem.
Selain peluang koalisi parpol, Ubedilah juga mengingatkan kepada Nasdem dalam menentukan capres dan cawapres untuk mempertimbangkan suara publik. Suara publik itu dapat direkam melalui hasil riset atau survei dari lembaga survei yang kredibel. Dengan mempertimbangkan suara publik yang terekam melalui hasil-hasil survei itu, artinya parpol mendengarkan pula suara publik.
”Suara publik harus didengar terutama adalah suara publik yang kritis. Sebab, dalam sejarahnya, posisi wapres itu cenderung hadir di injury time sehingga mengubah harapan publik. Saya kira pola semacam itu harus dihindari untuk menangkap aspirasi publik sebenarnya,” kata Ubedilah.