Edhie Baskoro Yudhoyono: Peran Oposisi Demokrat seperti ”David Vs Goliath”
Elektabilitas Partai Demokrat terus meningkat. Tuah dari konsistensi sikap oposisi. Wawancara khusus ”Kompas” dengan Ketua Fraksi Demokrat di DPR Edhie Baskoro Yudhoyono membedah lebih dalam terkait hal ini.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·6 menit baca
Tren positif elektabilitas Partai Demokrat terus berlanjut. Elektabilitas partai yang hanya 4,7 persen berdasarkan hasil survei Litbang Kompas periode Oktober 2019 terus meningkat hingga dua kali lipat lebih atau menjadi 11,6 persen pada survei periode Juni 2022. Dengan capaian itu, partai yang dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono ini pun sudah melampaui raihan suara Demokrat pada Pemilu 2019. Posisinya kini berada di peringkat ketiga elektabilitas tertinggi atau di bawah PDI-P dan Gerindra.
Konsistensi sikap oposisi Demokrat dinilai sejumlah kalangan, termasuk analisis dari internal Demokrat, sebagai salah satu penopang peningkatan elektabilitas itu. Melalui beragam cara dan kanal, baik oleh jajaran struktural partai maupun 54 anggota DPR dari Demokrat, sikap kritis terhadap pemerintah itu intens disuarakan.
Dalam wawancara khusus Kompas dengan Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR/Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono, adik dari Agus Harimurti Yudhoyono ini menyampaikan, tidak ada partai politik (parpol) yang bercita-cita ingin menjadi oposisi. Namun, jalan menjadi oposisi harus dipilih oleh Demokrat sebagai bagian dari checks and balances sebagaimana disyaratkan untuk berjalannya demokrasi.
Bagaimana sulitnya menjadi oposisi saat suara mayoritas di parlemen menjadi bagian dari parpol pendukung pemerintah? Seberapa signifikan kritik tersebut didengar oleh pemerintah? Lalu, akankah konsistensi sikap oposisi ini membawa Demokrat kembali ke puncak kejayaannya seperti saat memenangi Pemilu 2009?
Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana Anda melihat tren positif elektabilitas Demokrat tersebut?
Kami bersyukur, jerih payah yang kami lakukan selama sepuluh tahun di luar pemerintahan mengalami trendline yang baik. Itu semua sebuah proses yang berliku. Tidak ada partai yang bercita-cita ingin jadi oposisi. Pasti semua partai menginginkan menjadi bagian dari pemerintahan, bagian dari mereka yang memimpin dan ikut serta menyukseskan negara ini. Tetapi, dalam demokrasi harus ada peran untuk melakukan checks and balances, mengoreksi jalannya pemerintahan, mengoreksi isu-isu yang berkembang, dan menjadi telinga yang kritis bagi masyarakat.
Seberapa besar sikap oposisi itu berimbas pada elektabilitas Demokrat?
Tidak ada rumusan pasti, ya. Ini, kan, ada faktor ketokohan, manajerial, sistem kepartaian atau kefraksian, tetapi ada juga kerja-kerja besar dari seluruh elemen, baik dari partai maupun fraksi, dan juga masyarakat. Kita harus bisa menilai juga psikologis masyarakat. Masyarakat itu cair dan fleksibel, situasi massa mengambang pun masih sangat luas. Kadang bisa A, B, C, ada juga massa yang seperti itu, yang harus dikejar satu per satu. Artinya, tidak ada rumusan yang pasti sejauh kita konsisten dan konsekuen dalam bergerak, bertujuan, dan juga menggapai aspirasi dari mereka semua.
Meski peran checks and balances sangat penting, tetapi tidak sedikit yang menganggap sikap oposisi itu menghambat kerja pemerintah. Bagaimana menjawab hal itu?
Kami di luar pemerintahan ini bukan ingin mengganggu pemerintah. Kami kritis, tetapi kritis terukur. Demokrat sebetulnya sangat fair. Sikap oposisi itu bukan sekadar menolak atau menerima sebuah keputusan. Jadi, tidak benar juga jika oposisi itu harus bertentangan dengan semua kebijakan/program pemerintah dan sebaliknya kita juga belum tentu bersepakat atau justru menolak jika ada kebijakan yang belum sesuai aspirasi rakyat atau bahkan merugikan mereka. Prinsip kami, kebijakan yang baik kita kawal dukung dan minta untuk ditingkatkan, sedangkan yang belum baik kita kritisi keras, berikan catatan, dan sampaikan solusinya. Lagi pula ketika dulu kami memimpin dan memerintah pun, kami tidak apriori terhadap pandangan-pandangan kritis itu.
Bagaimana menjalankan peran oposisi saat mayoritas di parlemen mendukung pemerintah?
Seperti cerita ”David and Goliath” ya, he-he-he…. Sulit dan penuh tantangan tentu saja. Koalisi parpol di parlemen pendukung pemerintah besar. Seberapa besar teriakan kita akan habis dengan teriakan-teriakan yang lebih besar. Tetapi, teriakan kecil itu juga sangat berarti kalau itu teriakan-teriakan kebenaran. Makanya ada istilah, mari kita perkuat kebenaran, dan janganlah kamu perkuat yang besar. Sejauh kebenaran itu ada, ya kita juga harus terus berteriak dan menyampaikan hal-hal yang baik dan benar.
Apa saja jalan yang ditempuh agar ”teriakan kecil” itu bisa sampai ke fraksi-fraksi parpol pendukung pemerintah dan juga pemerintah?
Fraksi Demokrat dalam bertugas melakukan ”total football” sesuai garis perjuangan Demokrat dan aspirasi konstituen. Segala keputusan juga pasti sudah didiskusikan baik dalam tingkat fraksi maupun DPP Partai Demokrat sesuai dengan garis komando ketua umum agar seluruh kebijakan fraksi sejalan dengan kebijakan partai dan harapan rakyat.
Selain itu, kami mencoba melobi dengan memberikan pandangan kami. Contoh saat pembahasan omnibus law (Undang-Undang Cipta Kerja). Kami sampaikan pandangan agar membuat UU tidak cepat-cepatan, kuat-kuatan. Tetapi, harus berjenjang, yang meluas. Sebab, omnibus law itu me-write off semua undang-undang. Kita ngebahas UU satu aja lama, begitu omnibus law, puluhan UU dibaca di situ, kan. Akhirnya apa? Saya takut ketika satu hari ada kekurangan-kekurangan yang tidak juga membuat baik negara ini. Bisa digugat atau ada pasal atau redaksional yang bermasalah sehingga akhirnya harus disempurnakan lagi.
Jalan melalui lobi itu hanya salah satu. Kami juga intens menyuarakan kritik kami di media massa. Kemudian kami juga gunakan kanal media sosial. Atau yang terakhir, kalau sudah sangat tidak bisa ke mana-mana juga, ya mau tidak mau kami melakukan cara-cara lain yang diatur dalam UU juga, seperti interpelasi, hak angket, walaupun itu pun tidak mudah karena mayoritas di parlemen pendukung pemerintah.
Adakah dari kritik itu yang lantas diserap pemerintah ataupun pendukungnya?
Kadang-kadang banyak juga pandangan kita didengar negara, jadi kita bersyukur, Kadang-kadang negara ini ada juga sisi sisi baiknya dari kacamata itu. Negara mendengar beberapa usulan kami, negara mendengar koreksi-koreksi kami. Tetapi, tidak sedikit juga hal-hal yang tidak tereksekusi, tidak tuntas.
Bagaimana menjaga konsistensi untuk bersikap kritis sesuai dengan suara publik?
Ya, energi harus bagus. Suara kita tidak boleh terlalu lesu, dan kita harus ingat bahwa energi kita datangnya dari masyarakat, dan suara kita datangnya dari masyarakat. Saya juga meyakini hidup ini seperti urip koyo cokro manggilingan. Hidup ini seperti roda berputar. Rakyat enggak berputar, rakyat tetap rakyat. Tetapi, politik bisa berputar, pemimpin bisa berputar. Yang tidak berputar adalah isu kerakyatan, isu kesejahteraan, perekonomian. Nah, karena itu, kita juga bersyukur kalau, misalnya, kader-kader Fraksi Demokrat hari ini masih konsisten, konsekuen, dan bersinergi.
Pernah ada pengalaman peran oposisi ini digembosi salah satu pihak?
Oh, ya, ya, jadi if you cannot be with us, join us, gitu kan. kalau kamu tidak bisa bersama-sama kami, kita ikut sama mereka ayo. Itu, kan, pragmatisme, logislah, itu pilihan politik juga. Saya juga merasa itu tadi kan, kita juga sudah berjuang, kita juga cukup melobi, tapi akhirnya pupus, kandas, akhirnya kita menerima kenyataan we are small, kan gitu ya.
Dengan tren suara yang terus meningkat, mampukah Demokrat kembali memenangi pemilu, terutama di Pemilu 2024?
Seperti yang saya bilang tadi, urip koyo cokro manggilingan. Apakah pada 2024 kami kembali memenangi pemilu? Ya, wallahu a’lam. Ikhtiar itu terus dilakukan. Yang jelas Demokrat berada di tengah, kita harus terus mengayomi masyarakat secara nasionalis dan religius. Pemimpin saya, ketum (ketua umum) saya, senior dan mentor saya, Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), juga selalu berpesan, jadilah kader atau anggota DPR yang baik, terus berproses, berupaya, dan berkegiatan secara besar. Kita bermimpi Demokrat di parlemen semakin besar supaya kita bisa memberikan pengaruh dan menyuarakan yang lebih kuat lagi.