Usia Satu Abad, Momentum Kebangkitan Baru Nahdlatul Ulama
Usia satu abad NU yang jatuh pada 16 Rajab 1444 H atau awal Februari 2023 diharapkan menjadi momentum kebangkitan baru bagi NU sehingga gerakan keagamaan dan kemasyarakatan semakin efektif.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO
Rais Aam Nahdlatul Ulama (NU) KH Miftachul Akhyar memberikan arahan dalam rapat pleno pembukaan peringatan Satu Abad NU di Jakarta, Senin (20/6/2022).
JAKARTA,KOMPAS - JAKARTA, KOMPAS - Menyongsong usia satu abad Nahdlatul Ulama atau NU yang jatuh pada 16 Rajab 1444 H atau awal Februari 2023, akan digelar serangkaian kegiatan yang menyentuh persoalan nyata umat sehari-hari. NU ingin peringatan satu abad tersebut menjadi momentum kebangkitan baru.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan, PBNU bersama jajaran pengurus wilayah dan cabang seluruh Indonesia menyiapkan rangkaian kegiatan menuju 100 tahun NU yang jatuh pada awal Februari 2023. Rangkaian acara itu bertema ”Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru”.
”Kami sangat mengharapkan momentum 100 tahun Nahdlatul Ulama ini juga menjadi momentum kebangkitan baru bagi Nahdlatul Ulama,” kata Yahya dalam jumpa pers peluncuran Hari Lahir Satu Abad NU di Jakarta, Senin (20/6/2022).
Sejumlah kegiatan telah disiapkan dalam menyambut peringatan tersebut, seperti dalam bidang ekonomi, hukum, dan lingkungan hidup. Menurut Yahya, beragam kegiatan itu diharapkan bisa menyentuh persoalan nyata warga dalam kehidupan sehari-hari.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (kiri) dan Ketua Organizing Committee Satu Abad NU, Yenny Wahid (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan dalam konferensi pers pembukaan peringatan Satu Abad NU di Jakarta, Senin (20/6/2022).
Ketua Panitia Pelaksana Satu Abad NU, Yenny Wahid, menyebutkan, ada sembilan program yang akan digelar. Program-program itu meliputi NU Tech, pembentukan NU Women, Festival Tradisi Islam Nusantara, anugerah tokoh Nahdlah, pekan olahraga NU, Religion of Twenty (R-20), peluncuran gerakan Kemandirian NU, Muktamar Fiqih Peradaban, dan resepsi satu abad NU.
Khusus R-20, tak lain forum pemimpin agama seluruh dunia, yang sekaligus kegiatan tambahan dari G20.
Dihubungi secara terpisah, Ketua PBNU Amin Said Husni mengatakan, peringatan satu abad NU ini diharapkan bisa menjadi tonggak sejarah. Abad kedua NU nanti diharapkan menjadi kebangkitan NU yang ditandai dengan semakin efektifnya gerakan-gerakan keagamaan dan kemasyarakatan.
”Bisa mengambil peran-peran yang lebih signifikan, terutama dalam menjaga keharmonisan kehidupan masyarakat Indonesia maupun partisipasi dan kiprah di dunia internasional,” kata Amin.
Puncak peringatan hari lahir ke-99 Nahdlatul Ulama diselenggarakan secara daring dan luring, Kamis (17/2/2022). Acara luring ini dipusatkan di Pondok Pesantren Syaechona Cholil, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Ia menegaskan, seratus tahun adalah perjalanan yang sangat panjang. Banyak ketidakpastian yang dihadapi, apalagi perubahan begitu cepat. Oleh karena itu, NU perlu untuk memperkokoh konsolidasi organisasi dan memperluas jaringan kerja sama baik pada skala nasional maupun global.
Peradaban baru
Selain itu, NU mereaktualisasi nilai-nilai fundamental yang selama ini menjadi acuan normatif dari gerakan NU. Reaktualisasi ini akan diselaraskan dengan perkembangan dan tantangan yang ada saat ini. ”(NU) terus mengampanyekan upaya membangun peradaban baru yang lebih bermartabat, yaitu membangun nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai keberagaman, menghormati perbedaan, dan memperjuangkan kesetaraan,” kata Amin.
Menurut Koordinator Jaringan Muslim Madani Syukron Jamal, dalam momentum seabad ini, NU harus mampu menjawab tantangan dalam menjaga tradisi keagamaan yang moderat, mengayomi di tengah menguatnya populisme Islam ke arah konservatisme, bahkan ekstremisme.
Pada sisi lain, NU harus memperkuat umat, terutama warga Nahdliyin, agar bisa beradaptasi dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi serta informasi. ”NU juga harus mewujudkan semangat kemandirian organisasi, tidak terjebak pada kepentingan jangka pendek,” ujarnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, menurut Syukron, hal yang paling mendesak dilakukan adalah bagaimana NU melakukan konsolidasi internal, baik struktural maupun kultural. NU harus punya basis data warganya secara utuh sebagai basis utama untuk merawat jagat dan membangun peradaban. NU dalam politik tidak boleh terjebak pada politik praktis satu golongan.
Pemberdayaan umat juga harus diwujudkan, termasuk dalam menjawab tantangan global. Menurut Syukron, NU sebagai harakat (gerakan) akan menghadapi krisis global, seperti stabilitas perdamaian dunia, perubahan iklim, dan lain-lain.