Presiden Joko Widodo Ajak Atasi Dampak Krisis Global
Presiden Joko Widodo menyampaikan beratnya problem imbas dari ketidakpastian global. Mencari solusi atas problem itu harus diutamakan, alih-alih urusan politik pada Pemilu 2024.
Oleh
REGINA RUKMORINI, RINI KUSTIASIH, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Ketidakpastian global sebagai imbas dari pandemi Covid-19 yang disusul invasi Rusia ke Ukraina memunculkan ujian berat bagi semua negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Harga-harga barang meningkat, pertumbuhan ekonomi tersendat, hingga anggaran negara terkuras untuk menghadapi ketidakpastian tersebut.
Dengan ketidakpastian yang belum jelas kapan akan berakhir, Presiden Joko Widodo meminta segenap pihak fokus membantu pemerintah mengatasi problem-problem tersebut, sekaligus menyiapkan langkah antisipasi jika kondisi global kian buruk. Fokus ini diharapkan menjadikan semua pihak tidak tergesa-gesa untuk berurusan dengan politik, terutama kontestasi pada Pemilu 2024.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Presiden menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Projo di Balai Ekonomi Desa Ngargogondo, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5/2022). Projo adalah singkatan dari Pro Jokowi, yang merupakan kelompok sukarelawan pendukung Jokowi pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019. Hadir pula dalam acara pembukaan rakernas itu Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
Presiden memaparkan, ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun lebih dialami bukan hanya oleh Indonesia, melainkan juga semua negara di dunia. Kemudian, ketika pandemi sudah hampir selesai, muncul persoalan baru, yakni invasi Rusia ke Ukraina. ”Satu persoalan belum rampung, muncul persoalan besar yang lain,” ujar Presiden.
Perang di Ukraina seolah terlihat jauh dari Indonesia, tetapi dampaknya sampai ke Indonesia dan banyak negara lain. Perang berdampak pada kondisi perekonomian yang belum pulih dari pandemi. Padahal, sebelumnya, pemulihan ekonomi dikalkulasi bisa dilakukan tahun ini. Kondisi ini bukan hal yang biasa, dan bukan hal yang mudah bagi pemerintah untuk melakukan pengelolaan yang berkaitan dengan anggaran negara, pertumbuhan ekonomi, dan kenaikan harga-harga.
”Karena itu, harus saya sampaikan apa adanya, semua negara sekarang ini tidak mudah. Negara kita sendiri juga sama, tidak gampang menghadapi persoalan besar ini,” katanya.
Hemat dan menabung
Oleh karena beratnya persoalan yang dihadapi, Presiden meminta agar urusan kontestasi politik pada Pilpres 2024 tak tergesa-gesa dipikirkan. Tidak hanya sekali Presiden menegaskan permintaan ini dalam pidatonya, tetapi berulang kali. Semua pihak diminta Presiden fokus membantu dan mendukung pemerintah mengatasi problem yang dihadapi. Presiden juga meminta masyarakat menyiapkan langkah antisipasi jika kondisi global kian buruk. Langkah dimaksud ialah hidup hemat dan menabung.
”Saya minta seluruh rakyat, seluruh masyarakat kecil, menabung, berhemat, sehingga apabila ada keadaan-keadaan tertentu, yang kita prediksi itu masih punya cadangan, rakyat punya cadangan, negara juga punya,” ujar Presiden.
Ketua Umum DPP Projo Budi Arie Setiadi memahami tantangan berat yang dihadapi negara saat ini. Saat jumpa pers setelah pembukaan acara, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi itu mengatakan, Projo akan mengikuti arahan Presiden agar tak terburu-buru menentukan dukungan untuk Pilpres 2024.
Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya, salah satu yang penting dicermati dalam pidato Presiden adalah penekanannya agar urusan Pemilu 2024 tak tergesa-gesa dipikirkan. Penekanan berulang dari Presiden ini menandakan pentingnya stabilitas politik di tengah upaya pemerintah menghadapi beragam persoalan yang dihadapi. Dalam sisa dua tahun kepemimpinannya, Presiden tak ingin instabilitas politik mengganggu ikhtiar pemerintah itu. ”Beliau (Presiden) juga punya kepentingan menjaga stabilitas politik dalam dua tahun terakhir,” kata Yunarto.
Meski Pemilu 2024 masih tersisa dua tahun lagi, pihak-pihak yang ingin bertarung pada 2024 sudah terlihat intens menggalang simpati publik. Para figur potensial calon presiden yang banyak di antaranya menjabat menteri dan kepala daerah, misalnya. Begitu pula partai politik.
Khusus terhadap menteri, Presiden Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna, 9 Mei lalu, telah mengingatkan agar semua menteri fokus pada tugasnya meski tahapan Pemilu 2024 sudah dimulai pada pertengahan 2022.
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, yang disampaikan Presiden di hadapan sukarelawan Projo ialah penegasan bahwa terkait dengan capres-cawapres untuk Pilpres 2024, harus memperhatikan banyak aspek. Salah satu yang terutama ialah melihat konteks situasi bangsa dan negara. ”Saat ini fokus utama adalah berpacu mengatasi dampak pandemi dan ketidakpastian global. Hal inilah yang ditegaskan Presiden Jokowi sebagai kepentingan nasional yang harus didahulukan,” tambahnya.
Tidak terburu-buru
Karena itu pula, PDI-P tidak terburu-buru menentukan sikap untuk Pilpres 2024. ”Prioritas sekarang adalah bekerja untuk rakyat, turun ke bawah, memberikan energi terbaik di tengah tantangan global yang tidak mudah,” ucap Hasto.
Sementara itu, Partai Golkar, menurut Ketua DPP Golkar Tubagus Ace Hasan Syadzily, juga memahami pentingnya mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, apalagi di tengah kondisi saat ini ketika sejumlah ujian berat dihadapi.
”Kami memahami memang kepentingan bangsa dan negara itu yang harus dikedepankan. Selama ini, kami sebagai parpol yang mengawal pemerintahan Pak Jokowi juga berjuang memastikan program-program Pak Jokowi bisa berlangsung dan sukses,” katanya.
Meski demikian, sebagai parpol yang merupakan pilar utama demokrasi, Golkar harus pula menyiapkan diri untuk menghadapi Pilpres 2024.
”Pernyataan Pak Jokowi agar tidak buru-buru itu tentu harus kita pahami, terutama kepada Projo, bahwa Presiden pasti tidak akan menentukan pilihannya jauh-jauh hari. Karena beliau, kan, harus berdiri di antara semua kekuatan parpol, terutama parpol koalisi yang selama ini mendukung Presiden,” ujar Direktur Golkar Institute itu.