Peta Pilpres Belum Jelas, Jokowi Minta Projo Bersabar Berikan Dukungan
Selain dinamika politik untuk Pilpres 2024 masih belum jelas, Presiden Jokowi meminta Projo, sukarelawan pendukungnya di Pilpres 2014 dan 2019, mendukung pemerintah mengatasi berbagai problem berat yang tengah dihadapi.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, REGINA RUKMORINI
·6 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Presiden Joko Widodo selaku Ketua Dewan Pembina Pro Jokowi atau Projo meminta para sukarelawan pendukungnya agar tidak tergesa-gesa dalam memberikan dukungan untuk Pemilu Presiden 2024. Mereka diminta fokus bekerja dulu untuk menyelesaikan urusan yang terkait kondisi ketidakpastian akibat dampak pandemi Covid-19, perang Rusia-Ukraina, dan lainnya. Apalagi, dinamika politik masih belum jelas sehingga jangan sampai keliru membuat keputusan.
”Urusan politik, aja kesusu sik. Jangan tergesa-gesa. Jangan tergesa-gesa. Meskipun, meskipun, mungkin, yang kita dukung ada di sini,” kata Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Projo di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Ngargogondo, Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (21/5/2022).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Rakernas V Projo ini mengusung tema ”Haluan Baru Projo Menuju 2024”. Hadir pada pembukaan acara tersebut, antara lain, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Umum DPP Projo Budi Arie Setiadi, dan sukarelawan serta kader Projo. Projo merupakan sukarelawan pendukung Jokowi di Pemilu Presiden 2014 dan 2019.
Urusan politik,aja kesusu sik. Jangan tergesa-gesa. Jangan tergesa-gesa. Meskipun, meskipun, mungkin, yang kita dukung ada di sini.
Terkait dinamika politik yang sekarang ini masih belum jelas, Presiden Jokowi menjelaskan, hingga kini, partai politik belum memutuskan akan mengusung siapa di Pilpres 2024.
”Sehingga, jangan sampai keliru, jangan sampai salah. Setuju kita bisa sabar? Setuju kita tidak tergesa-gesa dulu? Kalau sudah menjawab (setuju) seperti itu, saya jadi enak. Tapi kalau ndesek-ndesek (mendesak-mendesak) saya, saya nanti ketrucut (Jawa; telanjur, kelepasan). Sekali lagi, aja kesusu dhisik,” katanya yang direspons persetujuan dari para sukarelawan yang hadir.
Mengawali pidatonya, Presiden Jokowi mengajak Projo menyadari ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun lebih. Kondisi ini dialami bukan hanya di Indonesia tetapi seluruh negara di dunia. ”Pandemi hampir selesai, muncul persoalan baru yang namanya perang di Ukraina. Satu persoalan belum rampung, muncul persoalan besar yang lain,” ujarnya.
Perang di Ukraina seolah terlihat jauh dari Indonesia. Namun, Presiden Jokowi menuturkan, dampaknya dialami oleh semua negara. Perang yang muncul ini berdampak pada ekonomi yang belum pulih dari pandemi. ”Sehingga, harus saya sampaikan apa adanya, semua negara sekarang ini tidak mudah. Negara kita sendiri juga sama, tidak gampang menghadapi persoalan besar ini,” katanya.
Pemulihan ekonomi yang sudah dikalkulasi akan muncul tahun ini diganjal oleh perang Rusia-Ukraina. Kondisi ini bukan hal biasa. Bukan langkah mudah untuk melakukan pengelolaan yang berkaitan dengan anggaran negara, pertumbuhan ekonomi, dan kenaikan harga-harga.
Konsolidasi
Ketua Umum DPP Projo Budi Arie Setiadi dalam pidatonya mengatakan, berbagai tantangan dihadapi saat ini dan di tahun-tahun ke depan. Tantangan dimaksud termasuk terkait disrupsi ekonomi dan dinamika permasalahan politik.
”Terus terang ini menjadi tantangan kita bersama sehingga itu melandasi Projo melakukan Rakernas V untuk melakukan konsolidasi dan penataan organisasi, untuk menghadapi tahun-tahun yang penuh tantangan di masa-masa depan. Kita tahu, (ada) perhelatan politik dan juga tantangan ekonomi yang tidak mudah, yang harus kita hadapi bersama,” kata Budi Arie.
Budi Arie menuturkan pada waktunya nanti Presiden Jokowi akan memberikan komando dan arahan. ”Merah kata Pak Jokowi, merah kata Projo. Putih kata Pak Jokowi, putih kata Projo. Jadi, merah putih kata Pak Jokowi, merah putih kata Projo. Bahwa politik 2024 harus kita warnai dengan politik kebangsaan dan kerakyatan yang nyata. Kontestasi politik harus menyatukan kita semua sebagai elemen bangsa,” kata Budi Arie.
Merah kata Pak Jokowi, merah kata Projo. Putih kata Pak Jokowi, putih kata Projo. Jadi, merah putih kata Pak Jokowi, merah putih kata Projo. Bahwa politik 2024 harus kita warnai dengan politik kebangsaan dan kerakyatan yang nyata. Kontestasi politik harus menyatukan kita semua sebagai elemen bangsa.
Saat jumpa pers, Budi menuturkan, pihaknya baru akan merumuskan keputusan terkait Pemilu 2024 dalam Rakernas V yang akan berakhir besok, Minggu (22/5/2022). Saat didesak tentang siapa figur atau kandidat yang akan diunggulkan Projo, dia enggan untuk menjawab. ”Seperti kata Pak Presiden, jangan terburu-buru,” ujarnya sembari tersenyum.
Projo, menurut Budi, memiliki mekanisme tersendiri untuk menentukan calon atau figur yang akan diunggulkan dalam Pemilu Presiden 2024. Hasil dari rapat atau mekanisme yang ditempuh tersebut, nantinya juga akan langsung disampaikan kepada Presiden.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang ikut dalam rombongan Presiden, tampak menyempatkan diri berswafoto dengan para sukarelawan Projo. Namun, terkait dengan arahan Presiden, dia enggan memberikan komentar. ”Saya datang hanya untuk mengikuti dan mendampingi Presiden saja,” ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, apabila dilihat dari kapasitas Jokowi sebagai Presiden, hal yang menjadi penekanan adalah agar jangan ada ketergesa-gesaan. Hal yang juga ditangkap dalam pernyataan Presiden Jokowi tersebut adalah jangan sampai terjadi kampanye yang berpotensi mengganggu stabilitas politik.
”Itu yang saya tangkap dalam kapasitas (Jokowi) sebagai Presiden dengan penekanan berulang-ulang jangan tergesa-gesa. (Hal ini). Karena beliau juga punya kepentingan menjaga stabilitas politik dalam dua tahun terakhir,” kata Yunarto.
Selanjutnya, dalam kapasitasnya sebagai king maker atau tokoh politik, secara implisit Jokowi menyebut dalam kalimatnya agar ”jangan tergesa-gesa meskipun yang mungkin kita dukung ada di sini”. ”(Orang) Yang di situ ada khan, setahu saya, Pak Moeldoko, Opa Darto, sama Ganjar. Kalau mau dikaitkan, ya, orang akan berspekulasi bahwa itu Ganjar. Dan ini kan match dengan pandangan sebagian publik, Ganjar sekarang tokoh dengan elektabilitas tertinggi sebagai penerus Jokowi, gitu kan,” ujar Yunarto.
Menurut Yunarto, Presiden Jokowi pada akhirnya ingin menunjukkan bahwa dirinya masih memiliki power (tenaga, kemampuan, kuasa) untuk menjadi king maker atau sutradara politik. Namun, di sisi lain, Presiden Jokowi juga ingin kampanye atau upaya memajukan calonnya di 2024 itu dilakukan dengan caranya sehingga tidak mengganggu sisa waktu kepemimpinannya.
”Beliau ingin menunjukkan kekuatannya bahwa beliau memiliki kekuatan atau power untuk menjadi king maker karena beliau kan masih pusat dari kekuasaan. King maker ini sutradara politiklah. Dan, sudah pasti, seorang sutradara politik memiliki jagoannya sendiri. Dan, pesan ini kan bagusnya adalah, menurut saya, disampaikan bukan di forum-forum partai pendukungnya, tetapi di forum yang memang adalah memang sukarelawan Jokowi,” kata Yunarto.
Hal ini dinilai merupakan gaya Jawa Jokowi yang bicara dengan bahasa tidak langsung, implisit, dan dengan kode etik yang sangat menjaga perasaan setiap partai.
”Ini menurut saya cara Jokowi juga untuk menjaga perasaan partai-partai, (yakni) dengan tidak bicara mengenai hal ini di forum-forum partai. Artinya, Jokowi tetap berusaha menjaga proses kedaulatan partai masing-masing yang punya caranya masing-masing menentukan calon, tapi, secara implisit beliau juga menyatakan dia juga punya jagoannya sendiri,” kata Yunarto.
Sementara itu, pengajar Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, berpendapat, seharusnya presiden tidak boleh mengarahkan dukungan pada siapa pun untuk Pemilu 2024. ”Seharusnya Presiden Jokowi tidak mendukung siapa pun dan bahkan tidak perlu mendukung semuanya. Walaupun, saya paham bahwa Presiden menyampaikan hal tersebut terkait beberapa hal,” katanya.
Pertama, adanya gerakan sukarelawan Jokowi yang aktif bersuara mendukung Ganjar Pranowo padahal partai asal Jokowi, PDI-P, belum menentukan capres. ”Jadi, beliau minta sukarelawan bersabar agar beliau tidak terjebak situasi yang tidak mengenakkan, terjebak di tengah antara sukarelawan dan partai,” ujar Hendri.
Kedua, menurut Hendri, Jokowi memahami bahwa situasi politik sangat dinamis yang memungkinkan sukarelawan Jokowi untuk mempertimbangkan memberikan dukungan bagi siapa pun capresnya, termasuk Prabowo Subianto, Puan Maharani, dan Anies Baswedan.