Tiga figur potensial calon presiden dengan elektabilitas tertinggi saat ini, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, bisa menjadi jangkar utama koalisi partai politik.
Oleh
IQBAL BASYARI, PRAYOGI DWI SULISTYO, edna c pattisina
·4 menit baca
JAKARTA,KOMPAS - Sejumlah partai politik memprediksi jumlah pasangan calon presiden-wakil presiden pada Pemilu Presiden 2024 lebih banyak daripada dua pemilu terakhir yang hanya diikuti dua pasang calon. Peta politik yang cair dan intensnya komunikasi antarelite parpol yang terlihat beberapa waktu terakhir melandasi prediksi tersebut.
Pada Sabtu (7/5/2022), Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menemui Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Pertemuan disebut silaturahmi. Meski demikian, seusai pertemuan, Airlangga dan Agus menyampaikan terbukanya peluang kedua parpol untuk berkoalisi.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Sebelum pertemuan ini, persisnya Maret lalu, Agus menemui Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di Nasdem Tower, Jakarta. Di tempat yang sama, Airlangga juga menemui Surya Paloh. Selain elite parpol ini, pertemuan juga rutin digelar elite dari parpol lainnya.
Deputi Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani mengatakan, pertemuan Agus dengan sejumlah ketua umum parpol merupakan bagian dari program silaturahmi 360 derajat. Salah satunya untuk membangun koalisi pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. ”Sebelum 2022 pun sudah terjalin silaturahmi dengan parpol lain, seperti Partai Keadilan Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan,” kata Kamhar saat dihubungi, Minggu (8/5/2022).
Meski demikian, Demokrat belum akan menentukan capres atau cawapres tahun ini karena waktunya dinilai belum tepat. Tahun ini akan dimanfaatkan untuk membangun komunikasi politik. ”Kami realistis konfigurasi politik Indonesia sangat cair dan sering kali baru mengkristal di menit akhir. Jadi, terlalu dini jika sejak awal deklarasi dukungan,” ujar Kamhar.
Dalam rancangan tahapan Pemilu 2024 yang disusun Komisi Pemilihan Umum (KPU), tahapan pendaftaran pasangan capres-cawapres masih akan dibuka tahun depan, persisnya September 2023.
Tak hanya Demokrat, Kamhar melihat elite parpol lain pun intens berkomunikasi dengan sesama elite parpol. Dengan intensnya komunikasi, apalagi konfigurasi politik yang cair, ia yakin akan ada tiga poros koalisi parpol pengusung capres-cawapres untuk Pilpres 2024. ”Tren terbentuknya tiga pasang capres-cawapres kian menguat karena konfigurasi dan dinamika politik yang cair,” katanya.
Mengacu pada Undang-Undang Pemilu, untuk mengusung pasangan capres-cawapres, parpol atau koalisi parpol harus memenuhi syarat minimal 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara pada Pemilu 2019. Parpol yang telah memenuhi syarat ini hanya PDI-P, sedangkan parpol lain harus berkoalisi.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menilai komunikasi antarketua umum parpol adalah sebuah keniscayaan dalam membangun koalisi. Karena itu, Airlangga membuka komunikasi sebagai bentuk penjajakan dengan semua parpol. Bahkan, bagi Golkar, komunikasi itu menjadi penting sebagai bentuk dukungan dari parpol untuk program pemulihan dan menjaga stabilitas ekonomi, bukan hanya kepentingan 2024.
Senada dengan Kamhar, ia memprediksi lebih dari dua poros koalisi di Pilpres 2024. ”Melihat konfigurasi yang ada, bisa tiga atau empat pasang capres- cawapres,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas mengatakan, komunikasi antarketua umum parpol mengindikasikan mulai terbangunnya ikatan di antara mereka. Semakin kuat ikatan, kian besar pula potensi terbangunnya koalisi.
Menurut Sirojudin, ada tiga aspek yang menentukan dalam membangun koalisi. Pertama, ideologi, khususnya terkait prinsip dasar yang diperjuangkan parpol. Kedua, agenda kebijakan yang ingin diperjuangkan jika berkuasa. Terakhir, representasi tokoh yang bisa mewadahi kepentingan mereka. ”Semakin besar persamaan dan semakin cair komunikasinya, prospek kerja sama dalam membangun koalisi akan semakin terbuka,” ujarnya.
Khusus soal aspek ketokohan, Sirojuddin menyebut, jika ada tokoh yang dinilai bisa mewadahi perbedaan kepentingan di antara parpol, terlebih punya elektabilitas tinggi, lebih besar peluang koalisi bisa terjalin.
”Dengan asumsi itu, maka untuk saat ini, tiga tokoh dengan elektabilitas tertinggi, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, bisa menjadi jangkar utama koalisi,” katanya.
Safari Lebaran
Selain pertemuan antarelite parpol, sejumlah figur potensial capres terlihat terus bersafari memanfaatkan momentum Lebaran.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, misalnya. Pada Sabtu (7/5), Prabowo melanjutkan safarinya dengan menemui mantan atasannya di TNI Angkatan Darat, yakni Jenderal (Purn) Subagyo Hadi Siswoyo, di rumahnya di Yogyakarta, dan sempat pula bertemu dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan itu bersilaturahmi dengan Presiden Joko Widodo, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta sejumlah ulama pemimpin pondok pesantren yang berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Menteri BUMN Erick Thohir yang namanya juga kerap disebut dalam sejumlah survei capres terlihat pula intens bersafari. Pada Jumat (6/5), ia bersilaturahmi dengan Presiden di Istana Kepresidenan Tampaksiring, Bali. Sehari sebelumnya, ia sowan ke sejumlah ulama pengasuh pondok pesantren.
Deputi V Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodhawardani, Minggu (8/5), menekankan pentingnya para menteri, terutama yang hendak maju pada Pemilu 2024, mengutamakan tugas menteri seperti diatur dalam sejumlah aturan. Begitu pula etika politik. ”Posisi menteri harus digunakan membantu agenda presiden, bukan untuk kepentingan yang sifatnya pragmatis dan personal bahkan mengarah ke konflik kepentingan,” katanya.