Sambut Idul Fitri, Muhammadiyah Ajak Pemimpin dan Tokoh Hindari Sikap Menebar Resah
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan, bersatu dalam kebinekaan dan berbineka dalam kesatuan akan menjadikan Indonesia utuh dan maju. Sebaliknya, berpecah hanya akan menjadi sumber fiitnah dan musibah.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengimbau kepada para pemimpin negeri dan tokoh umat agar tidak berhenti menebarkan mozaik ilmu dan hikmah dalam mengayomi umat. Mereka mesti menghindari sikap berat sebelah, menebar resah, serta memecah belah agar kehidupan semakin cerah dan terhindar dari musibah.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, bulan Ramadan dan Idul Fitri 1443 Hijriah mesti dijadikan sebagai jalan baru kerohanian. Iman dan takwa kepada Allah ditingkatkan, serta menampilkan keteladanan diri dalam perilaku dan pengamalan keagamaan yang mendamaikan, menyatukan, mencerdaskan, memajukan, mencerahkan, dan kebajikan utama rahmat segenap alam.
”Mohon maaf atas segala khilaf di hari raya yang sarat makna bagi semua. Taqabbala-Llahu minna wa minkum. Semoga puasa serta ibadah Ramadhan dan Idul Fitri bagi setiap Muslim yang menjalankannya diterima di sisi Allah SWT (Subhanahu wa ta’ala),” tutur Haedar melalui keterangan tertulis, Minggu (1/5/2022).
Para pemimpin negeri dan tokoh umat agar tidak berhenti menebarkan mozaik ilmu dan hikmah yang tinggi dalam mengayomi segenap umat dan warga bangsa dengan sikap adil, ihsan, dan teladan. Mereka mesti menghindari sikap berat sebelah, menebar resah, dan memecah belah agar kehidupan bersama semakin cerah bertabur berkah dan terhindar dari musibah.
Setelah sebulan penuh ditempa untuk mengontrol segala sisi nafsu selama bulan Ramadhan, lanjutnya, kini saat Idul Fitri seyogianya perbedaan dalam praktik ibadah bisa memperkaya toleransi atau tasamuh yang tulus. Umat mesti mengedepankan ukhuwah seluruh umat, serta terbebas dari ananiyah hizbiyah atau egoisme kelompok yang dapat mengoyak rumah keragaman milik bersama.
Haedar mengimbau kepada para pemimpin negeri dan tokoh umat agar tidak berhenti menebarkan mozaik ilmu dan hikmah yang tinggi dalam mengayomi segenap umat dan warga bangsa dengan sikap adil, ihsan, dan teladan. Mereka mesti menghindari sikap berat sebelah, menebar resah, dan memecah belah agar kehidupan bersama semakin cerah bertabur berkah dan terhindar dari musibah.
”Dengan kerendahan hati, kami mengajak marilah kita gerakan kearifan hidup bersama sebagai rohani kita berbangsa. Indonesia dengan segala keragamana agama, suku, ras, golongan, dan kekayaan alam niscaya kita rawat disertai nilai luhur yang utama,” ucapnya.
Menurut dia, bersatu dalam kebinekaan dan berbineka dalam kesatuan akan menjadikan Indonesia utuh dan maju. Sebaliknya, berpecah dan menebar masalah hanya akan menjadi sumber fitnah dan musibah di tubuh bangsa tercinta. Oleh sebab itu, segenap warga bangsa seharusnya belajar memberi dan menerima, menghilangkan kemudaratan dan mendatangkan kemaslahatan, menahan dengki dan merekatkan kasih persaudaraan, membuang egoisme pribadi dan merawat keluhuran etika.
Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto menghimbau, pelaksanaan shalat Id dan perayaan ibadah lain dilakukan dengan khusyuk. ”PP Muhammadiyah mengimbau agar shalat Idul Fitri dan segenap rangkaiannya, seperti takbiran dan pelaksanaan zakat fitrah, dapat diselenggarakan dengan khusyuk dan saksama,” katanya.
Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menetapkan awal bulan Syawal 1443 H jatuh pada Senin, 2 Mei 2022, atau bersamaan dengan Muhammadiyah. Penentuan itu didasarkan pada rukyatul hilal bil fi’li di sejumlah lokasi yang melaporkan telah berhasil melihat hilal pada Minggu petang.
”Hari ini adalah akhir dari Ramadhan, besok pagi kita bisa menikmati Idul Fitri,” kata Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
Kepada warga NU dan umat Islam pada umumnya, Gus Yahya menyampaikan selamat hari raya Idul Fitri 1443 H. Idul Fitri dirayakan dengan penuh sukacita dan harus tetap mematuhi protokol kesehatan.